•12•

37 15 0
                                    

Jika hari minggu— sebelum amnesia, Reizo biasanya menyibukkan dirinya untuk hang-out bersama Zeyya dan para anak Omorfos. Namun, berbeda dengan minggu ini. Mengingat bahwa dia telah amnesia dan melupakan semua hal yang telah terjadi. Minggu kali ini dia bersama Kalila.

Miza:
Bos, lo mau kumpul sama para anak Omorfos ga?

Setelah membaca chat dari Miza, Reizo jadi bimbang di buatnya. Dia juga masih terlalu enggan bertemu para teman sekelasnya dengan mengajak gadis ajaib itu, Reizo tidak bisa membayangkan lagi— pasti teman-temannya dengan senang hati meledek Kalila.

Tadi, teman-temannya mengirimkan pesan di roomchat bahwa hari ini mereka akan pergi ke tempat gym yang sudah jadi tongkrongan mereka sebelum Reizo amnesia. Tetapi Reizo sudah bilang bahwa dia hari ini tidak bisa ikut.

Awalnya teman-temannya bersikeras menyuruh Reizo ikut, namun sayang seribu sayang. Bujukan mereka sama sekali tidak mempan. Teman-temannya juga sempat mencurigainya— sebab Reizo memilih untuk tidak ikut.

Tetapi Reizo membohongi para temannya jika hari ini dia ada urusan mendadak— setelahnya para temannya tidak lagi memaksanya untuk ikut. Bukan tanpa sebab, Reizo menolak mereka karena dia masih merasa canggung dengan para anak Omorfos. Ya, wajar saja mengingat bahwa dia lupa akan dirinya sendiri yang menjadi ketua geng Omorfos.

Perlu digaris bawahi, jika dalam perkumpulan dengan para anak Omorfos— Reizo lah yang selalu ikut dan tidak pernah telat sekalipun. Sebenarnya Reizo juga tidak enak menolak ajakan para anak Omorfos yang terlihat sangat peduli terhadapnya.

Namun dia bisa apa?

Pergi meninggalkan gadis ajaib itu dirumah sendirian? Hell no! Dia tidak setega itu untuk ukuran cowok gentleman.

Gadis ajaib itu adalah Kalila. Setiap hari dia selalu mengganggu kehidupannya yang aman dan tentram ini. Dia tidak habis pikir lagi dengan gadis itu. Kenapa sangat suka mengganggunya, huh? Anehnya Reizo tidak berani mengusir gadis itu.

Derap langkah kaki Kalila berhasil menyadarkan Reizo dari lamunannya. Sekarang dia tengah duduk ditepi ranjangnya-sedangkan tangan kanannya dia gunakan untuk memegang ponsel.

Reizo mendongakkan wajahnya kearah ambang pintu, terlihat disana ada Kalila yang sedang berdiri didekat bingkai pintu.

Ketika Reizo memandanginya, dia sontak tersenyum lebar seraya melambai-lambaikan tangannya sebelum akhirnya menghampiri Reizo.

Raut wajah Reizo masih datar-dia belum bergeming ketika melihat wajah Kalila yang cantik nan imut, apalagi saat ini rambut Kalila di kuncir dua—kanan dan kiri, tidak lupa dipasangkan bando kelinci berwarna putih.

Ah, lucu sekali.

Bohong jika Reizo bilang bahwa dirinya tidak terpesona dengan kecantikan Kalila.

Sekarang Kalila tengah mengenakan gaun pendek tanpa lengan berwarna biru muda-tampilannya sangat feminim bukan?

Jauh sekali jika dibandingkan dengan gadis tomboy yang selalu mengenakan pakaian layaknya seorang lelaki.

Kalila dan Zeyya memang dua gadis yang berbeda. Kalila sangat feminim, berbeda dengan Zeyya yang tidak terlalu feminim.

Aroma bunga menyeruak kedalam hidung Reizo, Reizo memejamkan matanya—menikmati betapa candunya aroma khas yang tentunya dimiliki oleh Kalila.

Kalila berdiri tepat didepan Reizo-kini jarak keduanya sekarang cukup dekat, lantas Reizo membuka matanya dengan cepat—degup jantungnya semakin berpacu dua kali lebih cepat dari sebelumnya.

Kalila mencebikkan bibirnya lucu. "Lila mau pergi,"

"Terus?" Reizo bertanya singkat sembari beranjak dari duduknya.

Kalila tersenyum, walaupun respon Reizo cuek-namun dia tetap senang. Yah ... masih mending dari pada tidak ada respon sama sekali? Itu lebih sangat menyakitkan bukan?

"Hari ini Lila mau pergi ke taman." Kalila berucap pelan seraya memasang puppy eyesnya—berharap sekali bahwa Reizo akan luluh dan mengabulkan permintaannya.

"Sama siapa?" Reizo bertanya memancing, ingin tahu jawaban Kalila meski dia sudah tahu jawabannya.

"Sama Rei," sahutnya.

Damn!

Dugaannya benar bukan?

Jika bukan dengan dirinya, lantas dengan siapa lagi?

Reizo melihat jam dinding kamarnya, terlihat sudah pukul setengah tujuh pagi. Diluar sana, terlihat jalan masih sepi pengendara—wajar karena masih pagi. Udara diluar juga masih segar. Setidaknya dia hari ini bisa bebas dari yang namanya sekolah. Sebenarnya banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang ada didalam benaknya.

"Lo tunggu diluar, gue mau siap-siap," Reizo berujar.

Sontak Kalila langsung mengangguk patuh, detik berikutnya dia langsung berlari kecil untuk meninggalkan kamar Reizo.

Reizo hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan ketika melihat kelakukan Kalila yang terlihat sangat kekanak-kanakan dimatanya. Bahkan dia tidak tahu alasan kedua orangtuanya yang sangat menyukai Kalila.

Sekarang Kalila sudah berdiri didepan ambang pintu kamar milik Reizo yang sudah tertutup. Dia menunduk memperhatikan jari-jemarinya yang lentik. Tadi jam empat pagi dia sengaja bangun untuk mengganti warna kutek yang menghiasi kukunya. Namun Reizo tidak menyadarinya.

Hampir setiap hari Kalila mengganti warna kutek dikuku lentiknya-karena hal itulah yang membuat puluhan kuteknya cepat habis, namun sayangnya dia tidak peduli. Jika habis, dia hanya perlu bilang pada daddy-nya dan daddy-nya pasti langsung mentransfer uang untuknya. Sangat mudah bukan? Bahkan dia tidak perlu repot-repot menangis untuk merayu daddy-nya.

Sebenarnya Reizo ingin menolak ajakan Kalila-namun niatnya kembali terurung ketika mengingat pesan dari maminya yang berulang wanita paruh baya itu ucapkan. Maminya selalu berpesan jika dirinya harus menuruti semua permintaan Kalila-kalau tidak, maminya tidak akan segan memotong separuh uang jajan Reizo selama sebulan.

Dari pada uang jajannya dipotong lebih baik dia nurut saja, bukan? Meskipun rasanya terpaksa.

Ah, maminya sangat menyebalkan sekali, bukan?

Seolah maminya lebih memihak anak orang lain dari pada anak sendiri. Tidak adil rasanya. Lagi-lagi Reizo hanya bisa mengalah dan pasrah. Mengingat betapa kekanak-kanakannya gadis ajaib itu.

"Reizo sayang, aku cinta kamu, jangan tinggalin aku, please."

Samar-samar Reizo mendengar suara seorang cewek. Dia tidak tahu gadis itu siapa, yang pasti cewek itu sangat berharga baginya. Kepala Reizo seketika berdenyut hebat. Bayang-bayang itu selalu menghantuinya. Hatinya berdenyut sakit. Entah kenapa dia jadi memikirkan gadis bertopi yang waktu itu sempat berpapasan dan jatuh karenanya.

Mata indahnya sangat menyejukkan hatinya.

Dia siapa, huh?

Reizo merasa penasaran dengan cewek itu, cewek yang tampaknya sangat dekat dengan Darel dan para anak Omorfos.

Dan kenapa juga para anak Omorfos selalu memanggilnya dengan sebutan bos?

Bukankah dia bukan bagian dari anak Omorfos?

Reizo tidak tahu lagi dengan semuanya. Baginya ini terlalu aneh dan terjadi secara tiba-tiba. Tetapi mata teduh milik Zeyya membuat hatinya teriris. Dia merasa tidak kenal Zeyya. Namun kenapa hatinya merasa bahwa dia sangat dekat dengan cewek itu, huh?

o0o

TBC!

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang