•5•

141 42 35
                                    

Saat berjalan menuju ruang UKS Kalila dan Miza berada diposisi depan—sementara kelima anak Omorfos; Erlan, Ersa, Dika, dan Kevin—mereka mengekori dibelakang keduanya.

Saat sudah tiba di koridor, Kalila sengaja menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya kebelakang, hal tersebut tentu membuat Kevin hampir saja menabrak tubuh Gabby kalau saja Dika tidak menarik lengannya.

"Kita sedang buru-buru anjir! Ngapain lo pake berhenti segala di jalan sih?" Kevin menggeram kesal.

"Nggak boleh kasar gitu sama cewek, tolol!" Miza mencerca.

"Kali ini gue setuju sama kata Miza!" Erlan menyahut dengan setuju.

"Emangnya lo pernah nggak setuju sama perkataan gue?" Miza malah balik bertanya.

"Bukan saatnya ngelawak bro! Lagi serius ini." Dika menengahi.

"Abis jadi cewek ngeselin banget si—" Kevin menyahut sebal.

"Lila ngapain? Kok tiba-tiba jalannya berhenti?" Ersa bertanya dengan merendahkan suaranya—sengaja memotong perkataan Kevin barusan. Ersa tampak bersikap sebaik mungkin pada cewek yang belum dia kenal lebih jauh.

Mata Kalila memang masih berkaca-kaca, namun sebisa mungkin dirinya tidak boleh menjatuhkan air matanya pada saat ini juga. "Kalian pasti bingung dengan perubahan Rei?" Kalila bertanya dengan benar.

"Malam itu sebelum libur diadakan Rei mengalami kecelakaan, dia sekarang—"

Miza jadi heboh. "Sekarang apa?"

"Dia amnesia." Lanjut Kalila lalu menghela nafas panjang.

Damn! Mendengar pertanyaan dari Kalila barusan membuat kelima anak Omorfos termenung. Mereka masih berusaha mencerna setiap kata yang baru diucapkan oleh cewek yang menurutnya masih asing bagi mereka. Lantas mereka menggeleng pelan—tanda tak percaya. Bukannya sebelum libur di adakan, Reizo malamnya balapan, ya?

Kevin tertawa remeh. "Lo ada bukti?"

Kalila tersenyum samar seraya mengangguk, dia merogoh sakunya untuk mengeluarkan sebuah ponsel miliknya. Membuka galeri, mencari foto Kenan saat berada di UGD. Dia menyerahkan ponselnya pada Kevin. Sontak ketiganya ikut melihat. Benar, itu adalah Reizo—ketua geng Omorfos sekaligus sahabat baik mereka.

Kevin menggeleng pelan, kenapa dia baru mengetahui saat ini?

Erlan tertawa hambar. "Kita udah gagal jadi anak Omorfos."

"Harusnya waktu itu kita tetep kawal pak bos sama bu bos pulang." Ersa menyahut penuh sesal.

Keempatnya mengangguk, menyetujui kalimat yang baru saja dilontarkan Ersa.

Mereka gagal? Benar, faktanya memang begitu.

"Kenapa kita baru mengetahui hal yang bahkan sangat penting?" Dika bertanya dengan meninggikan suaranya.

"Terus Rei udah tau kalo dirinya sendiri mengalami amnesia atau belum?" Ersa bertanya penasaran kepada Kalila, walau rasanya masih sakit mengetahui fakta yang baru saja terkuak.

Kalila menggeleng lemah. "Belum, mami Rei pernah bilang pada Kalila, kalo soal amnesia, Rei tidak perlu dikasih tau, lama-lama pasti dia inget semuanya kok."

Lantas kelima anak Omorfos menggeleng pelan—mereka tidak setuju dengan kalimat yang dilontarkan oleh Kalila barusan.

Bagaimana bisa hal yang terdengar sangat penting harus dirahasiakan?

Dia tidak habis pikir dengan mami Kenan.

Miza tidak bisa berkata-kata seketika, seolah lidahnya terasa kelu untuk sekedar berbicara. Dia tidak menyangka apa yang sudah menimpa leader Omorfos seminggu yang lalu.

Ruang UKS terlihat tampak sepi begitu Gabby dan kelima anak Omorfos membuka pintu yang menghasilkan suara decitan. Terlihat di ujung sana terdapat dua cowok yang memiliki kesamaan—salah satunya adalah sama-sama berparas tampan.

Mata Kalila seketika kembali berkaca-kaca ketika melihat Reizo yang tengah terbaring di ranjang UKS. Dia menatap sendu kearah cowok berwajah tampan yang sedang berbaring lemah.

"Rei—" Kalila memanggil lirih.

Sekarang Reizo sedang berada diatas ranjang UKS dengan kedua mata yang masih terpejam. Kalila tidak tahu bahwa saat ini Reizo sedang pingsan atau tidur. Tanpa menunggu lama lagi, Kalila segera mengayunkan kembali kakinya menuju ranjang yang kini ditempati Reizo.

Decitan pintu UKS terdengar nyaring mampu membuat Daren menolehkan wajahnya kebelakang—mendapati Kalila yang kini terlihat sedang berjalan menuju kearahnya. Daren memberikan atensinya lebih pada cewek itu—dia rasa Kalila ingin menghampi Reizo.

Melihat hal itu kontan dia langsung peka—lantas dia segera menggeser tubuhnya untuk menjauh dari ranjang yang tengah ditempati Reizo. Sejujurnya dia merasa bersalah pada salah satu Sahabatnya masih berada di ranjang UKS dan belum juga sadarkan diri.

Setelah melontarkan kalimat yang begitu menohok tadi saat berada ditaman belakang sekolah—hatinya sedikit terasa sakit. Dia tidak tahu apa yang sudah terjadi pada Reizo, namun dia juga sangat sakit ketika melihat Zeyya—pujaan hatinya yang Daren yakini bahwa saat ini cewek itu juga merasa tersakiti oleh kelakuan Reizo.

Kalila menghentikan langkahnya ketika sudah berada disamping Reizo—jaraknya kini hanya terpaut beberapa centimeter saja. Tidak bisa ditahan lagi, air matanya menetes begitu saja—turun sampai menetesi lengan kekar milik Reizo.

"Rei lagi tidur apa pingsan sih?" Kalila bertanya lirih, telapak tangan kanannya terangkat untuk menggenggam telapak tangan Reizo. Jika begini, dia jadi teringat pada masa-masa Reizo yang masih di rawat di UGD dan belum sadarkan diri.

Dingin, telapak tangan Reizo terasa dingin, sungguh.

Kalila cemberut seraya menyeka air mata yang berada di pipi kanannya yang terlihat basah. Dia tersenyum tipis seraya menggelengkan kepalanya pelan. "Oh iya, Lila baru inget kalo Kenan tuh nggak suka cewek cengeng."

Benar dugaan Miza tadi—jika tidak ada yang beres dengan kedua sahabatnya. Siapa lagi kalau bukan Reizo dan Daren?

Miza berjalan kearah Daren yang kini sudah duduk di sofa yang letaknya sedikit agak jauh dari ranjang yang masih ditempati Kenan. Begitu pula dengan keempat anak Omorfos yang masih setia mengekori dibelakang Miza. Ketiganya masih membungkam mulutnya rapat-rapat dan tentu belum berniat untuk membuka suara terlebih dahulu.

Berbeda dengan Dika yang belum memasuki ruang UKS—kini dia masih berada tepat didepan ambang pintu UKS. Sengaja mengeluarkan ponsel miliknya yang berada didalam saku celananya—berniat untuk mengirimkan pesan lewat WhatsApp untuk seorang cewek berparas cantik yang masih berstatus sebagai pacar Reizo—juga pujaan hatinya Daren.

Siapa lagi kalau bukan Zeyya?

Dia perlu memberi tahu Zeyya, bagaimanapun juga Zeyya masih berpacaran dengan ketua Omorfos. Justru dia akan salah jika sengaja tidak memberitahu Zeyya persoalan ini.
                                                              Dika:
Bu bos, pacar lo ada di UKS, tadi dia diajak ngobrol empat mata sama Daren. Gue nggak tau mereka ngomongin apa, tapi yang pasti mereka berdua berujung di ruang UKS.

Tanpa menunggu jawaban dari Zeyya, Dika segera mematikan benda pipih yang masih berada digenggamannya dan menyimpannya kembali—sebelum ikut menyusul para anak Omorfos yang sudah terlebih dahulu masuk ke ruang UKS. Dia memilih untuk menyusul kelima anak Omorfos yang kini sudah berkumpul.

                                 o0o

TBC!

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang