•15•

38 15 0
                                    

Nggak usah sedih, kamu punya pacar juga aku masih tetap nungguin kamu disini. Batin Daren dalam hati.

Dia tidak menyangka jika ketua Omorfos berani mencium seorang gadis lain sementara dia masih punya pacar. Sebenarnya fine-fine saja jika Reizo mencium gadis itu dengan catatan dia sudah mengakhiri hubungannya dengan Zeyya. Mengingat bahwa saat ini keduanya masih menjadi sepasang kekasih.

Sementara Zeyya? Gadis itu benar-benar terpukul ketika melihat foto itu. Dia tidak menyangka jika pacarnya berbuat seperti itu. Sakit sekali hatinya, bahkan Zeyya sangat sulit untuk mendefinisikan rasa sakit yang dia alami. Dia tidak rela melihat pacarnya bermesraan dengan gadis lain selain dirinya.

Daren tidak sanggup melihat pujaan hatinya menangis karena cowok brengsek itu. Mungkin dia nantinya akan memberi pelajaran untuk ketua Omorfos. Daren mengusap rambut Zeyya dengan sayang— berharap gadis itu berhenti menangisi pacarnya.

"Udah Zey, Lo jangan nangis mulu ntar cantik Lo jadi ilang—" Daren berusaha menghibur Zeyya agar gadis itu berhenti menangis, sayangnya bukannya berhenti tangisan Zeyya malah bertambah parah.

"Reizo jahat, Ren. Gue nggak nyangka dia udah sejauh itu, yang gue tau Reizo cowok setia, dia nggak mungkin berbuat macam-macam dibelakang gue,"

Diluar gadis itu memang terlihat dingin dan kuat, padahal didalam gadis itu sangat rapuh dan tidak sekuat itu. Untungnya masih ada Daren dan para anak Omorfos yang selalu ada untuknya. Seluruh anak Omorfos memang sangat menyayangi Zeyya— mengingat bahwa gadis itu adalah pacar dari ketua Omorfos— otomatis para anak Omorfos memperlakukan Zeyya selayaknya ratu.

"Reizo amnesia Zey. Dia bahkan nggak inget Lo sama sekali. Dia juga nggak inget kalau dia punya pacar."

Daren ingin sekali mengatakan bahwa Zeyya harusnya memilihnya dan bukan memilih Reizo, namun dia mengurungkan niatnya itu— dia sadar akan posisinya— bahwa dia hanya dianggap sahabat dan tidak lebih oleh Zeyya. Sakit sekali rasanya dan kini Zeyya juga merasakan rasa sakit yang dia alami. Apa mungkin ini yang disebut dengan keadilan? Andai saja dia bisa merubah takdir, maka dia tidak akan membiarkan pujaan hatinya merasakan sakit seperti yang dia rasakan.

*

Setelah membereskan karpet bulu berwarna biru dan beberapa snack dan minuman yang masih tersisa, keduanya tidak langsung pulang. Karena ponsel Reizo yang berada disakunya bergetar. Reizo lantas menerka-nerka siapa orang yang sudah mengganggunya ketika dia sedang bersama gadis ajaib yang menurutnya sangat menyebalkan.


Reizo merogoh saku ponselnya dan mengeluarkannya, sementara Kalila? Dia masih berdiri dan tetap mengunci mulutnya— takut jika Reizo kembali memarahinya lagi. Namun mata bulatnya senantiasa masih saja menyorot kearah Reizo yang saat ini sedang menatap layar ponselnya yang baru saja dia keluarkan.


Mami:
Rei, kamu lagi keluar sama Lila ya? Jangan lupa fotbar ya, mami mau lihat. Awas kalau nggak fotbar sama Lila.

Maminya memintanya untuk fotbar dengan gadis ajaib ini?

Tidak salah, huh?

Reizo tidak habis pikir lagi dengan maminya, kenapa maminya sangat suka membuatnya menjadi menderita, huh? Bukan apa-apa tetapi kenapa dia harus fotbar dengan Kalila? Yang ada di sini Reizo bisa gila jika disuruh menuruti permintaan maminya yang menyuruhnya untuk selalu berdekatan dengan gadis ajaib nan menyebalkan macam Kalila dalam jangka waktu yang panjang.

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang