•7•

111 43 12
                                    

Dulu mami Reizo dengan Zeyya lumayan cukup dekat. Saat Reizo dan Zeyya berpacaran— Reizo sering membawa Zeyya main kerumahnya, tentu saja hal tersebut membuat mami Reizo mengetahui hubungan mereka berdua. Tetapi hubungan mereka berdua merenggang ketika Kalila kembali pulang ke Indonesia dan tinggal serumah dengan Reizo.

Tetapi Zeyya belum tahu sosok Kalila itu siapa dan dia juga tidak tahu kalau sewaktu kecil Reizo dan Kalila mempunyai hubungan yang sangat dekat. Zeyya tersenyum getir— mengingat sikap mami Reizo yang menjadi dingin kepadanya. Saat itu Reizo dirawat dirumah sakit pasca kecelakaan yang membuatnya hilang ingatan.

Bersamaan dengan itu mami Reizo tidak mengijinkannya menjenguk tatkala Reizo masih belum sadarkan diri. Zeyya masih teringat betul ketika mami Reizo mengusirnya secara terang-terangan saat Zeyya ngotot ingin bertemu Reizo. Bagaimanapun juga mami Reizo tidak ingin jika Zeyya menjadi calon menantunya. Dia tidak suka cewek tomboy macam Zeyya.

Zeyya cukup sadar diri tentang hal tersebut— dia sudah berjanji kepada dirinya sendiri, bahwa dia tidak akan merubah dirinya menjadi cewek feminim. Jujur saja, dia lebih nyaman dengan dirinya yang terkesan tomboy. Lagi pula kenapa dia harus berubah? Sementara Reizo tidak pernah menyalahkan penampilannya yang terkesan tomboy.

Dengan buru-buru Zeyya menyimpan ponselnya kembali kedalam saku sebelum beranjak dari duduknya, dia sebelum keluar kelas sempat izin ke toilet. Walau alasannya sangat bertolak belakang dengan kenyataan. Dia bahkan sudah berada di depan UKS, hanya saja dia memilih posisi di depan jendela UKS.

"Rei... Gue kangen sama lo, lo nggak kangen gue ya?" Zeyya bertanya lirih dibalik jendela ruang UKS yang gordennya sedikit terbuka—melihat kelima anak Omorfos, termasuk Reizo.

Detik berikutnya Zeyya mengalihkan pandangannya pada sosok cewek cantik yang menurutnya juga imut. Mencoba tersenyum dalam keadaan hati yang terasa tengah ditikam itu menyakitkan, bukan?

Tidak ada dia disamping Reizo, setidaknya masih ada cewek lain yang bisa menemani Reizo.

Bersamaan dengan itu, Dika tidak sengaja melihat ke arah jendela UKS yang sedikit terbuka— kontan dia terkejut ketika melihat Zeyya yang tengah berdiri disana dengan tatapan yang terlihat kosong. Dika mengulum bibirnya yang terasa kering sebelum mulai menghampiri Zeyya yang masih berada diluar— sementara para anak Omorfos hanya acuh saja ketika melihat Dika pergi.

Dika menaikkan salah satu alisnya. "Bu bos, lo ngapain diem disini?"

"Mending lo masuk deh—"

"—Siapa tau kalo lo masuk, Rei habis itu langsung sadar?" Lanjutnya dengan tatapan yang terlihat serius ke arah Zeyya.

Zeyya sendiri dia masih bungkam—dia tidak enak jika dirinya ikut masuk ke dalam?

Memang dirinya siapa?

Bahkan Reizo yang notabene-nya adalah pacar saja tidak mengingat dirinya— apa lagi mengingat status keduanya? Lucu sekali.

"Gue nggak enak sama tu cewek," Zeyya menyahut dengan sedikit berbisik seraya melirik Kalila sekilas.

Dika refleks menoleh ke arah Kalila yang masih saja menggenggam tangan Kalila. Dika menggaruk tengkuknya yang tak gatal— sakit memang jika harus berada diposisi Zeyya untuk saat ini. Rasanya Dika ingin menyingkirkan Kalila dari samping Reizo, tetapi dia tidak tahu bagaimana caranya.

Dika menepuk bahu Zeyya pelan. "Lo udah tau kalo Rei amnesia?"

Zeyya menunduk seraya menautkan jari-jemarinya, dia bingung harus menjawab apa. Jika dirinya jawab 'belum' berarti dia telah berbohong. Tetapi jika dirinya menjawab 'iya' maka sudah bisa dipastikan bahwa anak Omorfos pasti akan marah kepadanya dan tentunya Zeyya tidak mau jika hal tersebut sampai terjadi. Dia harus pura-pura belum mengetahui, kalaupun nanti dia ketahuan berbohong maka dia siap menerima konsekuensinya— entah apapun itu.

Berikutnya Zeyya langsung menampilkan wajah yang dibuat terlihat shock sebisa mungkin— untuk memperkuat aktingnya jika dia tengah berbohong. Dia menggeleng pelan. Nafasnya juga terdengar memburu.

Jujur saja, dia takut kalau harus berbohong.

Tetapi dia berbohong juga ada alasannya, bukan?

"Lo pasti sedang bercanda, kan?"  kembali menggelengkan kepalanya pelan— tanda tidak percaya. Matanya sudah berkaca-kaca dan hanya butuh beberapa detik sebelum cairan bening turun membasahi pipinya.

"Gue nggak bohong. Rei beneran amnesia Zey—" Dika menyahut lirih, bingung harus melakukan apa ketika melihat Zeyya yang sudah menangis. Sebenarnya dia ingin memeluk dan menenangkannya, tetapi jika Reizo sudah kembali dan ingat pacarnya pasti dia akan babak belur. Begitupun dengan Daren yang pasti merasa tidak terima, mengingat bahwa Zeyya adalah pujaan hatinya.

*

Jari-jemari Reizo perlahan bergerak— dia mengerjapkan matanya pelan. Dia merasa terusik dengan suara para anak Omorfos yang masih saja menjaganya. Kalila yang menyadari Reizo sudah sadarkan diri kontan langsung berhambur memeluk Reizo.

Sementara para anak Omorfos tampak sangat senang ketika melihat ketuanya sadar. Akhirnya mereka sekarang bisa bernafas lega lagi. Tetapi tampaknya mereka terkesima.

Alasan terkesima yaitu ketika melihat tingkah laku Kalila yang menurut mereka sangat kelewat batas— bagaimanapun juga Reizo masih punya pacar. Tidak seharusnya Kalila memeluk Reizo. Bahkan tidak sepantasnya mereka berdua dibilang sahabat, lebih cocok jika dibilang sepasang kekasih.

Namun mereka tidak ada yang berani menegurnya.

Reizo termenung sejenak, dia tidak memperdulikan Kalila yang kini masih saja memeluknya— kepalanya kembali berdenyut sakit ketika sepercik bayangan kembali memenuhi kepalanya. Dia teringat akan anak perempuan kecil yang dulu selalu bermain bersamanya— dimana rambut gadis itu selalu dikuncir dua. Tampaknya gadis kecil itu... Tidak terasa asing baginya.

"Rei... Jangan main bola mulu dong, main barbie sini sama aku—"

"Nggak. Aku nggak suka mainan anak perempuan."

Gadis itu lantas cemberut. Setiap kali dia mengajak Reizo bermain bola pasti berujung seperti ini. Reizo selalu menolak dengan alasan dia tidak menyukai mainan anak perempuan. Padahal menurutnya bermain barbie itu menyenangkan. Akhirnya gadis itu selalu ikut bermain bola bersama Reizo meskipun awalnya Reizo selalu tidak mengijinkannya ikut main.

"Rei... udah sadar?" Kalila bertanya dengan wajah khawatir setelah melepaskan pelukannya.

"Gue baik-baik aja. Lo nggak usah khawatir."

"Lila takut kalau Rei kenapa-kenapa,"

Begitupun dengan anak Omorfos yang sengaja mendekat pada Reizo.

"Bos, lo nggak apa-apa kan?" Erlan bertanya—berhasil mewakili ke-enam anak Omorfos.

"Gue bukan bos kalian." Rei menyahut dingin.

"Eh, temen deng... Tadi Erlan salah ngomong Rei, maklum aja—" Ersa menimpali lalu tertawa canggung.

Para anak Omorfos refleks saling berpandangan. Oke. Mereka harus memaklumi untuk saat ini, mengingat bahwa Reizo masih amnesia. Mereka sebenarnya merasa sedih karena Reizo tidak ingat dengan Omorfos, walau hanya sedikit saja. Tetapi jika dibandingkan dengan Zeyya—pasti cewek itu lebih sakit berkali lipat dari pada apa yang dirasakan oleh anak Omorfos.

Rasanya menyalahkan Reizo pun tidak berguna. Lagi pula siapa juga yang meminta akan jadi seperti ini? Pasti Reizo juga tidak ingin kehilangan ingatan yang sangat penting.

o0o

TBC!

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang