- penculikan -

12 4 0
                                    

"Lepaskan aku!" teriak Selena.

"Tidak mau," ejek laki-laki yang sepertinya punya hubungan tidak baik dengan Selena di masa lalu.

Dia terus menarik tubuh Selena menuju ke dalam hutan, hingga tibalah mereka di sebuah tempat yang sangat sunyi. Hanya ada suara pohon yang rantingnya di ayunkan oleh angin malam, entah mengapa tak ada bunyi hewan sama sekali di sana. Padahal saat ini mereka ada di tengah hutan yang harusnya banyak sekali hewan malam yang berkeliaran.

"Kau membawaku kemana?" tanya Selena pada laki-laki tadi. Orang itu bukannya menjawab malah tersenyum sinis, dia membuka rantai yang mengikat tubuh Selena dan mendudukan gadis itu di tanah.

"Sebentar lagi kau akan melihat kekuatanku yang sangat luar biasa."

Selena yang tak bisa bergerak karena terkena mantra hanya bisa diam terpaku. Ia tak bisa melakukan apapun, hingga terpikirkan sebuah ide yang gila.

"Ja-jangan bunuh aku lagi, Velix! Kau sangat kuat, cerdik, dan sangat tampan," pinta Selena sambil memuji laki-laki itu yang dia panggil Velix.

Velix terdiam sesaat, Selena mulai khawatir kalo rencananya gagal. "Sepertinya kematian telah membuatmu tersadar bahwa aku adalah orang yang kuat," pujinya terhadap diri sendiri. Selena hanya bergidik ngeri melihat si Velix tertawa.

"Baiklah kau akan kulepaskan."

"Be-benarkah."

Mantra yang membuat Selena tak bisa bergerak perlahan mulai menghilang. Gadis itu dengan licik mengambil segumpal tanah kering dan melemparkannya ke udara, membuat pandangan menjadi kabur. Velix yang merasa dibohongi oleh Selena mulai mengeluarkan mantranya lagi, tapi terlambat sudah Selena sudah pergi.

"Gadis licik! Awas saja kau!"

Masuta tiba-tiba merasa khawatir, sejak tadi sore Dilfa juga belum pulang. Dia sudah menanyakan kepada pengawas tapi mereka tidak tau kabar terbaru tentang peserta yang bernama Dilfa Yuhana.

"Lo kenapa duduk di luar?" tanya Ikham yang datang entah darimana.

Masuta tak mau menjawab, dia melihat kearah langit dan berdoa semoga Dilfa baik-baik saja.

"Ham, lo disini rupanya, kita dapat sinyal darurat dari salah satu anggota yang ditugaskan mencari anakan kalung bumi di hutan Asia." Ucapan Arkan membuat Masuta tersentak kaget.

"Bukannya Dilfa di tugaskan di hutan itu," batin Masuta.

Dia langsung saja pergi meninggalkan Ikham dan Arkan, kedua lelaki itu hanya bisa terdiam karena bingung. Mereka tak ada yang tau bahwa sinyal itu datang dari Dilfa.

"Dilfa! Dilfa lo ada di mana!" teriak Masuta sambil mencari keberadaan Dilfa. Hingga tiba-tiba sebuah kerikil kecil mengenai kepalanya membuat gadis itu menoleh kearah datangnya batu tersebut.

"Dilfa lo--" ucapannya terhenti saat Dilfa menyuruhnya diam. Bergegas Masuta ikut bersembunyi bersama Dilfa saat menyadari ada aura aneh yang tak jauh dari mereka.

"Apa itu?"

"Dia adalah orang yang membunuhku," jawab Dilfa yang tak lain adalah Selena.

"Jadi, lo adalah Selena."

"Yap, jiwa Dilfa sedang tertidur."

Masuta hanya mengangguk mengiyakan, mereka berdua sibuk mengawasi sosok yang mencari dan memanggil nama Selena berulang-ulang.

"Selena, oh Selena aku tau kau masih ada di sini," panggil orang itu sambil mengucapkan sebuah mantra.

"Ingat Masuta, apapun yang terjadi kamu harus segera pulang dan minta bantuan," pinta Selena pada Masuta. Tentu saja temannya itu menggeleng tak setuju. Ia juga ingin membantu Selena.

"Gak, kita akan menghadapi orang itu bersama-sama," tolak Masuta.

"Aku punya rencana, percayalah padaku."

Masuta akhirnya mengiyakan dan berjanji untuk tidak keluar. Tak lama kemudian Selena pergi mendekati orang tersebut. Mereka berdua seperti sedang berdebat hingga akhirnya jiwa Selena tiba-tiba di tarik keluar. Masuta ingin segera keluar dari persembunyiannya, tapi dia sudah berjanji.

"Selena!!" pekik Arkan saat melihat jiwa Selena di bawa pergi. Masuta langsung menyergap Arkan agar laki-laki itu tak menghancurkan rencana Selena.

"Lepaskan! Aku ingin menyelamatkan Selena," ucap Arkan yang memberontak dan berusaha melepaskan ikatan Masuta.

"Diam, Selena punya rencana sendiri! kau tak ingat gara-gara lo Selena meninggal," ancam Masuta.

Arkan hanya menunduk lesu. Setelah laki-laki yang menangkap jiwa Selena pergi, Masuta dan Arkan keluar dari persembunyiannya.

"Dilfa bangun."

Jiwa Dilfa langsung terbangun di dalam raganya, ia tersentak kaget melihat Masuta dan Arkan sedang memandanginya yang terbaring di tanah.

"A-apa yang sudah Selena lakukan?" batin Dilfa.

"Untung aja lo gak apa-apa," ucap Masuta sambil memeluk Dilfa. Gadis itu menangis karena takut satu temannya lagi akan di bawa pergi juga.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang, jiwa Selena sudah di bawa pergi."

"Jiwa Selena pergi, bukankah dia ada di dalam tu--" Dilfa baru menyadari bahwa saat ini jiwa Selena tak ada di tubuhnya. Lalu bagaimana cara dia tetap hidup tanpa mantra kutukan Selena.

Sebuah kertas melayang dari langit, entah siapa yang menjatuhkannya. Dilfa langsung menangkapnya dan membaca isinya.

"Surat dari siapa itu?" tanya Arkan pada Dilfa. Orang yang dia tanya malah diam terpaku. Masuta langsung mengambil kertas itu dari tangan Dilfa dan membacakannya.

"Mantra kutukan telah di hapus, dua jiwa dalam satu tubuh akan segera terpisah. Satu jiwa akan dikorbankan dan satu jiwa akan hidup dalam damai." Begitulah tulisan yang ada di kertas itu. Setelah dibacakan kertas itu lenyap.

"Apa maksudnya ini?!"

"Tenang Arkan, jangan berteriak, lebih baik kita kembali dulu."

Setelah Arkan menenangkan diri, mereka bertiga langsung pulang. Arkan menggendong Dilfa yang saat ini tubuhnya penuh luka. Untung saja alat telerpotasinya bisa digunakan untuk dua orang.

"Kau tidur di ruang kesehatan dulu untuk hari ini," ujar Arkan sambil membawa Dilfa ke ruang kesehatan.

"Iya, apa kau baik-baik saja?"

"Hm, tidak apa, jangan pedulikan aku."

Dilfa hanya bisa diam, ia tak tau bagaimana cara menghibur Arkan. Pasti berat bagi laki-laki itu harus kehilangan orang yang ia cinta sekali lagi.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Terima kasih yang sudah menyempatkan baca cerita ini:)

- Cindy -

Earth Necklace [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang