- Perjalanan bersama -

12 2 2
                                    

"Belum tentu apa yang kamu rasakan itu selalu buruk, ada orang di luar sana yang berharap bisa sepertimu"

Miko terus berjalan bersama Selena yang ada di dalam kalungnya. Hingga sampailah mereka di sebuah pemukiman warga yang sedang melakukan acara adat untuk mendoakan orang yang telah pergi.

"Siapa yang meninggal?" tanya Miko pada salah satu penduduk desa. Mereka menunjuk ke arah patung batu yang ada tulisan nama yang meninggal di bawahnya.

Selena tersentak kaget, dia mencoba pura-pura tidak tau atas apa yang dia lihat barusan. "Apa aku sudah menjadi seorang pembunuh?" pikirnya

"Nak, sebaiknya kalian jangan sering ke dalam hutan, arwah Velix saat ini masih ada disana," usul si pemimpin desa. Miko hanya mengangguk dan segera melanjutkan perjalanannya.

Setelah beberapa menit mereka berjalan sampailah mereka di sebuah toko makanan. Miko memesan dua daging, membuat si pemilik toko keheranan. "Nak untuk siapa satu dagingnya, apa kau makan banyak?"

Miko menggeleng dan menjawab, "Satunya untuk temanku." Pemilik toko hanya bisa bergidik ngeri, kenapa sejak membuka toko di tengah hutan untuk para pengembara selalu saja menemui orang yang aneh-aneh macam ini.

"Sebaiknya aku kembali ke kota sebelum aku gila karena kesepian seperti para pengembara dan penjelajah ini," batin si pemilik toko.

Miko yang keheranan dengan tingkah aneh si pemilik toko memilih untuk pergi. Mungkin karena aura dia menakutkan jadi semua orang menjauhinya.

"Eh sebentar Nak, maafkan aku karena bertanya yang bukan-bukan. Ini daging yang mau kau beli," ujar pemilik toko sambil menyerahkan bungkusan besar sebuah daging. Miko sangat senang dia segera membayar daging itu dan keluar toko. Dan ternyata saat dia keluar hari sudah gelap.

"Selena kamu boleh keluar sekarang."

Kalung Miko terangkat sendiri, keluarlah seorang gadis cantik bermata biru dengan rambut terurai panjang. Bajunya yang hanya sebuah kaos dan celana pendek selutut, terlihat sangat lusuh.

"Terima kasih," ucapnya sambil tersenyum manis. Membuat jantung Miko berdegup tidak normal.

"Ayo cari tempat untuk beristirahat," ajak Miko yang sudah jalan duluan. Selena berlari mengejarnya, dia baru sadar kalo kini ia mempunyai raga. Kakinya bisa merasakan tanah yang di pijaknya barusan.

"A-aku bisa berlari di tanah!" pekiknya senang, membuat Miko mencoba menutup mulutnya. Gadis itu akhirnya diam dan terus mengikuti langkah Miko.

"Kita bermalam di gua ini, apa kau tak takut?"

"Tidak apa-apa, aku pernah sendirian di atas pegunungan 7 hari 7 malam."

"Saat itu kau hanya sebuah jiwa, mirip seperti hantu."

Selena menatapnya geram, laki-laki itu menertawakannya dengan sangat keras. "Aku bukan hantu!" Miko terdiam sesaat dan tak lama kemudian ia menyahut, "Tapi kau pernah mati."

Gadis itu tak bisa berkata-kata lagi dia sangat kesal. Ia menoleh ke arah luar gua, seperti ada seseorang yang mengintai mereka berdua di sana.

Earth Necklace [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang