21. Sahabat

4 1 0
                                    

"Kata orang kalo kita sahabatan dunia ini bakal hancur."
-Dilfa

***

"Sel, lo gak apa-apa kan?" tanya Masuta yang khawatir dengan keadaaan sahabatnya itu.

Selena mengangguk dia tak menghiraukan pertanyaan dari Masuta dan sibuk dengan lamunannya. Entah apa yang ia pikirkan hingga tanpa sengaja menuangkan begitu banyak saus di roti isi milik Dilfa.

"Huaaahhh!! Roti isi yang aku ambil dengan susah payah!" pekik Dilfa yang baru sadar bahwa rotinya sudah dipenuhi saus. Sejak tadi gadis itu fokus dengan ponselnya dan tak memperdulikan dua temannya.

"Hahahah, rasain lo, itu sebabnya jangan sibuk lihat ponsel melulu," ejek Masuta. 

Dilfa menggeram kesal, dia menatap Selena sinis dan orang yang dia tatap pura-pura tidak tau. "Lihat sahabat lo itu, bukannya minta maaf malah buang muka."

"Maaf Dil, ini ambil aja baksoku," tawar Selena.

Awalnya Dilfa ingin menolak, tapi bakso itu harumnya berhasil membuat perut Dilfa berbunyi dengan sangat nyaring. Seolah para cacing sedang berteriak meminta makanan itu masuk ke dalam perutnya.

"Okey, sini berikan."

Dengan sangat lahap Dilfa memakan bakso pemberian Selena. Sedangkan Masuta memberikan sedikit saladnya pada Selena karena temannya itu belum makan apapun sejak tadi.

"Nih, ambil salad gue, bisa bikin perut lo kenyang sedikit," ucap Masuta.

Selena mengambilnya bukan karena dia lapar, melainkan tak mau menolak pemberian sahabatnya. Walau saat ini nafsu makannya tak ada sama sekali.

"Terima kasih makanannya, Suta."

Masuta membalas tersenyum, dia senang bisa berbicara lagi dengan Selena. Daripada mengurusi Dilfa yang hanya bisa marah-marah serta mengoceh tidak jelas.

"Aku pergi duluan, ada yang harus aku urus," pamit Selena yang terlihat terburu-buru.

Kini di kantin hanya tinggal Dilfa dan Masuta. Semua peserta banyak yang mundur dari sayembara serta ada beberapa yang sedang dalam misi pencarian anakan kalung bumi.

"Entah kenapa banyak peserta yang mundur, padahal pencarian kalung tinggal setengah jalan lagi," celetuk Masuta yang berusaha membuka pembicaraan.

Dilfa tersenyum sinis kemudian membalas, "Lo gak tau ceritanya, aku kira sahabatmu itu sudah menceritakan semuanya padamu."

Masuta sangat bingung. Saat ini dia terlihat seperti orang yang ketinggalan zaman. Tak ada satu orang pun yang mau menceritakan padanya apa yang sedang terjadi dengan sayembara ini. Selena juga terlihat sangat tertutup dan pendiam.

"Selena itu punya hubungan sama anak iblis, padahal kukira mereka sangat cocok satu sama lain," ungkap Dilfa dengan wajah kecewa yang dibuat-buat.

"Sebentar, lo pasti nyeletuk yang bukan-bukan lagi," sanggah Masuta.

"Gue gak bohong, harusnya Selena cerita sama lo sendiri, sudahlah lebih baik gue lihat kak Arkan lagi latihan bela diri."

Dilfa bergegas pergi sebelum Masuta mengamuk. Lebih baik menjalankan ritualnya di pagi hari melihat Arkan sedang latihan daripada di dalam kantin mendengar celotehan Masuta yang kesal karena sahabatnya.

"Kak Ar-" ucapan Dilfa terpotong saat dia melihat Selena sedang mengobati luka di tangan Arkan kesayangannya. Seperti ada yang hancur dihatinya dan rasanya sangat sakit sekali.

Earth Necklace [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang