17. Keputusan

11 3 0
                                    

Keputusan kini ada di tangan Selena, keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Ingin dia segera pergi dari situasi ini dan menganggapnya hanya mimpi belaka. Baginya Dilfa sudah seperti saudara karena mereka berbagi raga yang sama.

"A-aku tak bisa," ucapnya pasrah.

"Pilihan yang sangat disayangkan!" pekik seseorang yang entah darimana asalnya. "Kau pasti akan menyesali keputusanmu itu."

Selena berdiri, dia seolah sedang menantang suara bising yang dari tadi mengganggunya. "Keputusanku bukanlah di tangan seseorang sepertimu!"

Angin yang menganggu penglihatan Dilfa mulai menghilang. Gadis itu segera bangkit dan berusaha mengambil pisaunya kembali. Darah terus keluar dari telinganya, walau begitu, keinginannya untuk membunuh Selena belum hilang.

"Selena aku bawakan juga ka-" ucapan Miko terhenti saat melihat Selena terbaring di lantai dengan bersimbah darah.

"Selena!"

Ia berusaha membantu Selena untuk bangkit dan mengantarkannya ke tempat tidur lagi. "Si-siapa kau?" Dia sangat bingung kenapa Selena ada dua.

"Miko lepaskan dia!" pekik Selena yang ada di tempat tidur.

"Jangan, orang itulah Miko yang telah menipumu, dia bukan Selena yang asli," sanggah Selena yang barusan di bantu oleh Miko. Dia memeluk Miko dengan erat seolah sedang ketakutan.

"Lepaskan pelukanmu dari dia!"

"Miko, percayalah padaku. Dia telah meniru diriku, bunuh saja dia."

Miko terdiam, dia tak tau mana Selena yang asli dan mana yang palsu. Pikirannya sangat kacau hingga kepalanya terasa sangat sakit.

"Kau tak apa-apa?" tanya Selena yang ada di tempat tidur, dia segera mendekat ke arah Miko untuk memastikan laki-laki itu baik-baik saja.

"Jauhkan tanganmu darinya, dasar kau Selena palsu," bentak Selena yang ada di dekat Miko.

"Diam kalian berdua!" pekik Miko yang kesal. Ia melepaskan pelukan Selena satunya dan kemudian melangkah ke tempat duduk yang ada di dekat jendela.

"Inilah saaatnya," batin Dilfa yang barusan saja menyamar menjadi Selena.

Ia mengeluarkan pisau yang dia simpan dan menusukkannya ke Selena yang ada di tempat tidur. "Kau akan mati, hahaha!"

"Sudah kuduga."

Badan Dilfa seketika kaku dan tak bisa bergerak. Aura yang sangat menakutkan tiba-tiba saja memenuhi ruangan rumah sakit. Para pasien yang ada di kamar lain bahkan bisa merasakan aura itu.

"Miko jangan, aku mohon padamu," pinta Selena yang jiwanya saat ini sudah ada di kalung bumi milik Miko.

"Kau melarangku untuk membunuhnya! Dia ingin menghabisimu Selena, dia pantas untuk mati!" pekik Miko yang sudah dikuasai oleh amarah.

Selena tak bisa berbuat apapun lagi untuk menghentikannya. Dia tau Miko pasti akan sangat marah.

"Ini salahku karena tak bisa menghentikan kecemburuan Dilfa, tapi walaupun begitu dia pantas untuk tetap hidup," gumam Selena yang jiwanya kini keluar dari kalung milik Miko. Gadis itu memegang tangan Miko dan menatap mata laki-laki itu dengan sangat dalam.

"Kalau kau mencintaiku seperti keluarga, apakah kau mau membunuhku hanya karena aku cemburu kau dekat dengan orang lain?" tanya Selena padanya.

Miko terdiam sangat lama sekali, di tatapnya mata gadis itu. Manik coklat yang sangat cantik, terkena sinar rembulan yang sangat terang hari ini. Rambutnya yang panjang tertiup oleh angin malam yang masuk lewat jendela kaca yang terbuka. Dia ingin menatapnya lebih lama lagi, membiarkan gadis itu jatuh kepelukannya sekali lagi.

Earth Necklace [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang