part 09

31 6 0
                                    

Assalamualaikum, Luna up lagi.
Eumm pengen banget deh di spam komen. Tapi kayaknya ga mungkin banget.

Selamat membaca.

****

Hari ini hari Selasa, wajar saja jika jalanan sepi. Shania dan Kania izin untuk dua hari ini, Shania sudah memberi tahu Claudia jika hari ini ia tidak bisa masuk.

Sekarang mereka sudah ada didepan minimarket, saat masuk minimarket Shania dan Kania menemukan Agha-sahabat kecil Shania dulu. Shania segera berlari dan berhamburan memeluk Agha.

Sudah hampir 5 tahun Shania ditinggal oleh Agha, sekarang Shania ingin mengeluarkan kerinduan nya kepada Agha.

"Ghagha jahat banget si pergi gak pamit, pulang juga gak bilang hiks," isak Shania memukul dada Agha.

Agha mengelus rambut Shania dan tersenyum. "Dih dih kenapa nangis coba? Kan gua udah disini jadi jangan nangis lha."

"Ekhem, soffan kah kalian?" Dehem Kania, iri woy huuuu. BIASALAH

"Udah Shania, lo gak malu diliat banyak orang?" Tanya Agha melepaskan pelukan Shania, tidak banyak memang yang melihat mereka, tapi ya kalo tidak seperti ini Shania tidak akan melepaskan pelukannya sampai malam tiba. Shania memanyunkan bibirnya.

"Imut si kagak, amit iya." demi deh Kania kalo nyinyir ga mandang orang.

Shania menjulurkan lidahnya ke arah Kania.

"Kalian mau beli apa?" Tanya Agha menggandeng tangan Shania sambil berjalan mendahului Kania.

"ANAK BUNGSU ANAK BUNGSU UDAH GEDE KAYAK ASU!" Teriak Kania didekat telinga Shania.

"Ih nyebelin lu ye Kak," ucap Shania mengusap telinganya yang terasa panas.

Kania menjulurkan lidahnya. "Lu kan udah ada Agha, jadi gua mau beli cemilan sendiri dan pulang duluan. Bay," kata Kania pergi dari hadapan Shania dan Agha.

Agha menggelengkan kepalanya, dari dulu kedua manusia ini belum berubah, pikirnya.

"Gak ada niatan mau jelasin?" Tanya Shania menatap Agha yang sedang memilih minuman.

"Dirumah aja jelasinnya, sekarang lo beli cemilan dulu." Ucap Agha menatap balik Shania.

Mereka berjalan memilih beberapa camilan. Sedangkan dari jauh, ada seseorang yang melihat mereka sejak pertama bertemu. Ada yang tau orang itu siapa? Ya jelas manusia ka:).

Setelah selesai membeli beberapa camilan, mereka pergi ke kasir. Kania sudah pulang duluan, seperti apa yang ia katakan sebelumnya.

"Kita jalan aja ya gua gak bawa motor, deket juga kan gak mungkin cape," ucap Agha setelah sudah didepan minimarket. Mereka jalan santai di trotoar jalan.

"Selama gak ada gua, lo baik-baik aja kan?" Tanya Agha memegang tangan Shania dan mengusap nya. Sebenarnya dulu sebelum Shania kenal dan suka Gavin, Shania sudah lebih dulu suka Agha. Wajar saja, mereka sahabatan sejak Shania masih bayi. Shania dan Agha hanya selisih 2 tahun. Umur Agha hanya beda tipis dengan Kania.

"Hey," Agha menyadarkan Shania yang sedang melamun.

"Hah iya kenapa?" Tanya Shania linglung.

"Lupain," Kata Agha tersenyum dan mencubit pipi Shania.

"Sakit tahu." Shania cemberut, inilah Shania saat dekat dengan Agha, manja.

Agha hanya tersenyum melihat Shania.

"Gemes." Batin Agha.

****

Saat sampai dirumah Agha, Shania menceritakan semuanya. Terutama tentang keluarganya yang akan pindah rumah.

"Terus kalo ayah sama bunda pindah rumah tapi lo milih tinggal disini, lo mau tinggal bareng siapa?" Tanya Agha.

"Bukannya sodara lo juga jauh-jauh?" Tanyanya lagi.

"Eumm kata bunda, Shasa tinggal dirumah sahabat bunda," jawab Shania yang masih menjilati eskrim nya.

"Kenapa gak tinggal disini?" Tanya Agha lagi yang membuat Shania diam. Bukan apa, jika Shania tinggal bersama Agha lagi ia takut perasaan itu akan muncul, sedangkan sekarang Shania sudah memiliki perasaan kepada Gavin. Shania takut jika ia memiliki perasaan kepada keduanya.

CEILAH SHA BINGUNG BINGUNG AMAT SUKA MA DUA COWOK, CONTOH NII GUA SUKA SAMA 50 COWOK JUGA BIASA AJE:)

"Ngelamun mulu males ngomong nya," kata Agha merebahkan kepalanya dipaha Shania. Shania tidak keberatan jika paha nya dijadikan bantal oleh Agha, karena dulu pun mereka sering seperti ini.

Shania mengusap rambut Agha. "Gha, semisalkan Shasa ungkapin perasaan Shasa sama orang yang shasa suka gimana?" Tanya Shania yang masih fokus dengan televisi didepannya.

"Siapa? Hyunjin? Jangan lha Sha seharusnya lo mikir sebelum tanya sama gua, kan gak mungkin Hyunjin mau sama lo, mikir aja si." Jawab Agha.

Shania melongo, apa-apaan pikirnya. "Bukan Hyunjin ih," kata Shania memukul perut Agha.

"Anjing sakit bege." Keluh Agha memegang perutnya dan bangun dari paha Shania.

"Ya lagian, orang Shasa beneran nanya malah dijawab anuan," ucap Shania memakan camilan yang ia beli di minimarket tadi.

"Ya terus siapa? Bright? Patrick?" Tanya Agha, ya memang Shania sering mengeluh kepada Agha lewat telpon, seperti ini jika kalian ingin tau 'Agha, kenapa si Bright gak mau sama Sha, padahal kan Sha gak jelek-jelek banget, seenggaknya kalo bright gamau Patrick juga gapapa deh.' Ya kurang lebih seperti itu.

"Udah ah lupain," ucap Shania beranjak dari duduknya dan berjalan menuju dapur untuk mengambil air mineral, anggap saja rumah sendiri:).

"Eh eh mau kemana sii," Agha mengejar Shania dan memeluknya erat, heum BIASALAH.

"Agha apaan sii astaga," kata Shania yang susah berjalan karena pelukan Agha.

Agha menggendong Shania ala bridal style menuju kamarnya, Agha hanya ingin menghabiskan waktu bersama Shania hari ini, tanpa mereka sadari. Ada seseorang yang sangat senang melihat mereka berdua, siapa lagi jika bukan Eva- Mama Agha. Mama Eva juga salah satu sahabat Bunda Jelita, bahkan mereka ini bersahabat sejak SD sampai punya anak seperti ini.

Saat sampai dikamar, Agha mendudukkan Shania dikasur king size nya.

"Sha, lo hari ini nginep dirumah ya?" Tanya Agha merebahkan tubuhnya disebelah Shania.

Shania membalikkan badannya menghadap Agha, dipikir-pikir mereka berdua ini seperti anuan apa namanya eeeee pasutri iya pasutri.

"Sini," Agha menepuk kasur.

Shania menuruti permintaan Agha, ia memeluk Agha erat membenamkan mukanya didada bidang Agha. Agha memeluk balik Shania sembari mengusap surai rambut Shania. Bisa diingat oleh Shania, terakhir kali ia seperti ini saat kelas 5 SD dan Agha kelas 7 SMP.

Sangat indah memang, tapi sangat sayang Shania sudah tidak ada perasaan apapun lagi kepada Agha. Tapi ia sangat menyayangi Agha sebagai Abang nya sendiri.

BIASALAH, AUTHOR JUGA KE GITU, EH AUTHOR LUNA MAKSUDNYA. SKIP KA.

Agha mendengar dengkuran halus Shania yang menandakan ia tidur. "Maafin Agha ya udah ninggalin Sha," ucap Agha dan menutup matanya menyusul Shania ke alam mimpi.

***

Hi, gimana?

Apakabar?

Next or stop?

Terimakasih yang masih mau baca.

Salam manis,
Luna Aulia Putri

Cinta Anak SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang