Part 8 { Citra Cinta }

19 4 0
                                    

Waktu terus bergulir dan ini saatnya aku akan menerima hasil dari ujianku, yaitu mengetahui nilai kelulusan. Jantung berdetak sangat kencang seperti kendaraan yang mau berperang. Setelah menunggu lama akhirnya para guru menempelkan hasil ujian kami di depan mading sekolah, dengan langkah lebar aku menuju lokasi dan hendak melihat namaku berada diurutan yang ke berapa.

Seluruh siswa berkerumun dan mendekat menuju mading sekolah, aku lelah mencari namaku yang tak tampak oleh kedua mata ini. Hati seakan patah dengan hasil yang kulihat barusan, dari lima lembar kertas tersebut ternyata namaku tidak tersedia di sana. Aku yang kala itu bersedih langkah kaki mengajak untuk duduk di bawah teras dekat mading tersebut, tiba-tiba guru membawa lagi selembar kertas yang bertuliskan warna tinta merah.

Dalam hatiku berkata bahwa, pasti namaku masuk ke dalam pringkat yang tidak lulus ujian nasional tahun ini. Dengan tatapan merunduk ke tanah suara langkah kaki tengah mendekatiku kala itu, tetapi mata ini enggan melihat siapa yang telah hadir datang di sampingku.

"Reno ... kamu tidak lihat hasil ujian kamu di mading itu?" tanya Lestari sahabat dari Rena.

"Enggak Tar, namaku tidak ada di sana bukan?" tanyaku padanya.

"Loh ... kamu tidak lihat bahwa Ibu guru membawa selembar lagi tadi, barang kali namamu ada di sana," ucap Lestari sambil menatapku tajam.

"Enggak Tar, mungkin aku akan menjadi siswa abadi deh," jawabku sambil meneteskan air mata.

Plak! 'Lestari memukul kepalaku dengan sangat kuat.' Au .... "apa-apaan sih, kamu Tar. Sakit tau!" ucapku sambil memasang wajah kesal.

"Lihat Rena dia menunggumu di mading itu, coba datangi gih."

Aku pun bangkit dari depan teras dan menuju tempat dimana Rena sedang berdiri sambil menatapku dari arah yang sedikit jauh, tampak dia tersenyum mengarahku sambil melipat kedua tangannya di atas perut. Entah apa yang dia lakukan dengan berlama-lama di depan mading hingga tak kunjung pergi, mungkin dia hanya ingin mengejekku karena namaku masuk ke dalam catatan merah hasil ujian pagi ini.

Langkah lebar membawa diri ini untuk mendatangi kekasihku, tatapan masih sama ... merunduk di bawah tanah tempat dimana aku berpijak dengan ratapan rasa malu akan hasil tersebut.

"Sayang ... kok merunduk saja sih," ucap Rena dengan nada lembut.

"Enggak apa-apa," jawabku.

"Kamu enggak mau lihat hasil kamu di sini Sayang?" tanya Rena.

Aku membuang tatapan menuju tembok sekolah yang berwarna merah, kedua mata ini berkaca-kaca mendengar suara kekasihku.

"Lihat ini, nama kamu nomer satu Yank ..." Rena kembali berkata sembari 'tangan kirinya menunjuk lembaran kertas terakhir yang di tempel Ibu guru.'

"Aku tidak percaya Yank," jawabku lirih.

'Rena memegang tangan kiriku dan meletakkannya di kertas bertinta merah' pandangan mataku nanar setelah tau bahwa namaku berada di urutan pertama dan menyatakan bahwa aku adalah pemilik nilai tertinggi umum hasil ujian Nasional.

"Benarkah ini ... ta—tapi aku tak percaya," ucapku pada Rena.

"Iya loh ... sekarang aku di urutan kedua Sayang," jawab Rena sambil memegang erat tanganku.

Aku pun senang dengan hasil ujian yang tampak jelas di mataku pagi ini, seakan tak percaya dengan hasil yang aku lihat di depan mading tersebut. 'Allah huakbar begitu indah kekuasaan Tuhan yang memberi aku kejutan sangat indah di hari yang cerah ini,' celotehku dalam hati.

"Selamat Sayangku, kamu bisa ngalahkan aku dipenghujung semester kali ini. Aku bangga padamu," ucap Rena sembari meneteskan air mata.

'Tanganku menghapus air mata yang kala itu tengah mengalir di pipi kekasihku.'

"Sudah jangan dipikirkan lagi, kamu tetap yang nomer satu dalam hatiku ini. Gak ada yang bisa menggantikan namamu di sana, percayalah."

Aku menggandeng tangan Rena dan mengajaknya untuk makan berdua di kantin, hari ini adalah hari bebas belajar karena kegiatan KBM untuk semester akhir sudah selesai. Aku menemui penjual jajanan ringan sembari makan berdua dengan Rena. Aku sengaja memilih tempat duduk paling depan agar bisa melihat suasana yang indah dari balik kaca kantin tersebut.

"Kamu kok bisa hebat gitu sih, Yang, rangking satu loh." ucap Rena menggoda.

Aku malu untuk menjawab pertanyaannya kali ini dan memilih diam sambil meneguk minuman botol.

"Ih, diam saja 'kan ..."

"Hahaha ... mana aku tahu kalau bisa rangking satu, yang harusnya tanya itu aku. Kenapa kamu bisa turun begitu?" tanyaku padanya.

"Hmmm ... aku tidak tahu sih, karena aku sudah belajar maksimal. Tapi enggak apa-apa kalau kamu yang rangking satu 'kan kamu calon imam aku juga nantinya."

"Apa? Coba ulangi. Ngomong apa tadi!" jawabku.

"Gak mau!"

"Hahaha."

Aku pun tertawa terbahak-bahak melihat gelagat Rena yang ceplas-ceplos dalam mengungkapkan isi hatinya, kejujuran yang dia miliki tak pernah menyembunyikan soal perasaan terhadapku.

POV Rena
***
'Aku kok bisa selancang itu sih, ngomongnya. Haduh ... tapi tidak apa-apa yang penting dia senang dengan pernyataan itu.'

Hari ini adalah merupakan hari paling bahagia selama hidupku, karena aku bisa melihat Reno tertawa lepas dengan prestasi yang ia pegang selama belajar. Aku tahu bahwa ia adalah pria yang sangat bersemangat belajar walau terdahulu prestasinya biasa saja tetapi kali ini dia sudah membuktikan keseriusannya dalam belajar dengan bisa mengalahkan aku yang biasa rangking satu umum di sekolah.

Terkadang aku sedih dengan melihat pernyataan itu di mading sekolah, mengapa aku bisa turun prestasi seperti itu. Padahal, pola belajar yang aku lakukan malah lebih meningkat dari biasanya akan tetapi hasil malah tidak sesuai dengan ekspetasi yang tengah aku harapakan sebelumnya. Mungkin ini adalah pembuktian bahwa semua yang telah kita rencanakan, akan berbuah manis. Tuhanlah yang menentukan segalanya.

Rasa bangga tak habis mengitari isi kepalaku untuk kekasihku tercinta, pria pertama disepanjang sekolah ini buka bahwa Reno yang bisa mengalahkan prestasi wanita sebagai pemilik juara umum sekolah. Jika saja restu berjalan seiiring dengan keinginan kami, mungkin hidup ini tak akan menjadi rumit.

Mendinte akan sebuah cobaan yang telah diberikan oleh Tuhan terkadang membuatku lelah, di saat sayang-sayangnya malah halangan begitu memberi jarak antara aku dan Reno. Tapi tak apa, dari sini aku belajar bagaimana rasanya perjuangan dan bagaimana rasanya diperjuangkan dari pria sejati yang tak pernah kurasakan seumur hidupku, terima kasih Sayang karena kamu masih setia dengan keadaanku sekarang sebagai orang yang tidak punya dan serba susah.

Belum lagi kata-kata Ayahku dahulu yang berulang kali mengusir Reno dari rumah karena tidak mendapat restu kedua orangtua. Sampai saat ini dia masih mempertahankanku dan memimilih untuk setia padaku meski kedepannya aku tak tahu apa yang akan terjadi dengan kisah percintaan ini, pintaku terselip dalam doa bahwa aku memilih jalan hidup ini dengan bersama Reno, bukan dengan orang lain.

Aku bergarap Tuhan mendengarkan ucapanku dan mengabulkan semua pinta sembari menanti masa indah menuju halal bersamanya, Tuhan ....

Aku mencintai Reno dengan tulus, semoga saja kelak dia bisa membimbingku menuju wajibmu sebagaimana citra cinta dalam sebuah kesucian. Amin ....

DIKUBUR DI HARI ACARA SESERAHAN (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang