***
Pagi hari telah tiba, aku yang tak bersemangat bangun membuat diri ini tetap mendekam dalam kamar. Sesekali aku menoleh ke arah gaun pengantin yang telah kubeli kemarin membuat jantung ini berdetak kencang akan bayangan-bayangan ikrar sebuah pernikahan nantinya. Belum lagi aku sempat mengatakan ini pada Reno tetapi, waktu begitu saja membawaku untuk menikmati sebuah hidup yang penuh dengan kepedihan seperti ini.Apa kabar kasih? bagaimana hari-harimu di luar negeri sembari meninggalkanku dengan jutaan masalah yang kamu tak tahu, sesungguhnya aku juga kecewa dengan jalan hidupku dan takdir Tuhan. Mengapa semua serumit ini kualami dan belum sempat aku menatap wajahmu untuk yang terakhir kali malah sang waktu telah mengejek ikrar kita di kala senja waktu itu.
POV Reno
Mungkin dengan seperti ini aku akan bisa melupakanmu Sayang, jauh darimu dan jauh dari semua kenangan yang pernah kita ukir dahulu. Aku telah mendapatkan berita bahwa pernikahanmu akan terlaksana beberapa hari lagi, hati ini hancur bagai tertusuk seribu pedang tajam yang seolah menghujani isi kepala dengan bebatuan api neraka. Entah apa salahku, entah apa dosaku hingga aku mengalami ini semua.Doa terbaik semoga bahagia, semoga sakinah dan mawaddah selalu aku selipkan di tiap doa-doaku yang tengah aku lakukan di sepertiga malam. Mencoba menerima apa yang terjadi dan sebisa mungkin aku akan belajar melupakanku selamanya meski itu sulit. Sebenarnya aku ingin menyaksikan hari bahagiamu di atas pelaminan bersama suami pilihan ayahmu tapi aku merasa masih belum sanggup untuk melakukan itu.
Mungkin nanti setelah semua kekesalan ini redah aku akan datang menemuimu di pelaminan dan memberi ucapan selamat secara langsung, untuk saat ini aku akan tetap bertahan di rumah dan memilih untuk pergi ke luar negeri.
"Ren ... kamu lagi apa Nak di sini?" tanya Ayahku.
"Reno sedang melihat suasana di luar yang sangat indah."
"Mata kamu kok berkaca-kaca? Kamu sedang tidak putus cinta'kan datang menemui ayah."
"Ah ... enggak, Yah, Reno baik-baik saja," jawabku sembari membuang pandangan menuju bangunan yang sangat megah.
Jangan bohongi ayah, sudah bisa di tebak bahwa kamu sedang memikirkan sesuatu. Ya'kan? " tanya Ayah sambil menatapku tajam."
Sontak aku memeluk Ayahku yang menjadi olok-olokan di kampung dan membuat orangtua Rena tak memberi restu padaku, mereka tidak tahu yang sebenarnya tentang Ayahku. Dia adalah pria sabar dan penyayang tetapi, di mata mereka Ayah terlihat sebagai playboy yang suka berganti-ganti istri. Setelah beberapa hari aku tinggal bersamanya kini aku merasakan kasih sayang darinya dan mulai menumbuhkan rasa cintaku yang dahulu sirna akibat sikapnya yang tukang mabuk serta berjudi.
Perubahan-perubahan yang Ayah alami selama di luar negeri membuatku semakin yakin bahwa Ayah tidaklah seburuk yang orang lain fikirkan.
"Kekasihku—Rena, menikah dengan pria jodohan orangtuanya, Yah," ucapku pada Ayah.
"Oh ... sudahlah jangan difikirkan lagi, nanti kamu juga akan mendapat gantinya di sini." jawab Ayah.
"Ta—tapi Reno enggak bisa melupakannya, Yah, sulit sekali rasanya membunuh perasaan ini meski sekarang Reno telah berada di luar negeri bersama Ayah."
"Dulu juga ayah pernah putus asa akan soal percintaan, sama sepertimu! Ibumu pergi meninggalkan ayah sendiri di rumah demi pria lain dan waktu itu kamu masih kecil dengan adik-adikmu yang sekarang di urus oleh keluarga dari Ibumu."
"Terus, Yah," ucapku.
"Ya... dulu ayah memang orang yang suka mabuk dan judi sebelum akhirnya ayah bekerja seperti sekarang ini. Sebenarnya ayah bukan berganti-ganti istri akan tetapi, istri-istri ayah yang meninggalkan dengan sikap ayah yang sangat dingin."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIKUBUR DI HARI ACARA SESERAHAN (TELAH TERBIT)
Action( Telah terbit sebagian part sudah dihapus ) Telah dipandang dari sudut kacamata paling buram akan sebuah kebahagiaan yang terpenting dalam sebuah kehidupan. Harta menjadikan tolak ukur dari setiap pandangan seseorang yang hanya mendikte Tuhan denga...