24 ; The End

634 64 4
                                    

"Aw!"

Yuna memegang dahinya yang kesakitan akibat terbentur punggung Jisung. Pemuda itu tiba-tiba saja berhenti berjalan sehingga membuat Yuna yang berada di belakangnya tanpa sengaja membentur punggungnya.

"Kenapa berhenti mendadak sih?!" Tanya Yuna pada Jisung, namun Jisung yang saat itu sedang fokus pada ponselnya tidak mengubris pertanyaan Yuna.

Karena penasaran dengan isi ponsel Jisung, Yuna pun mengintip sedikit apa yang di lihat Jisung.

Di ponsel Jisung saat itu tertera sebuah notifikasi kalender yang menunjukkan jika hari ini adalah hari ulang tahun Lami.

"Jie!" Jisung tersentak kaget saat Yuna tiba-tiba menepuk bahunya.

"Pulang sekolah nanti ayo kita kunjungin makan Lami" Ucap Yuna membuat Jisung menghela napasnya sejenak.

"Iya"

Setelah itu keduanya langsung melanjutkan perjalanan ke kelas masing-masing. Ah ralat, Jisung mengantar Yuna terlebih dahulu ke kelasnya. Dasar bucin

-----▪︎▪︎▪︎■■▪︎▪︎▪︎-----

Suasana mendung di sertai hujan perlahan mereda di sore hari itu. Dengan perlahan Yuna menyembulkan kepalanya dari jendela mobil untuk merasakan hujan yang mulai reda. Ia tersenyum senang ketika air hujan mengenai wajahnya.

Jisung yang melihat itu langsung menarik kerah belakang seragam Yuna agar pacarnya itu memasukkan kepalanya kembali ke dalam mobil.

"Jangan ditarik-ditarik! Nanti kusut seragam aku!" Kesal Yuna

"Makanya itu kepala ngga usah dikeluarin! Mau sakit ha!?"

Yuna hanya memperlihatkan cengirannya membuat Jisung mendengus geli.

"Hujannya udah reda nih, ayo ke pemakaman"

"Bentar, hujannya masih gerimis"

Yuna berdecak kesal. Sudah sekitar 20 menit dia dan Jisung menunggu hujan reda di parkiran pemakaman, tapi sampai hujan reda pun Jisung masih enggan keluar, padahal gerimis seperti ini tidak akan membuat sakit.

Sebenarnya Yuna pun sedikit curiga pada Jisung. Pasalnya pemuda itu sejak pertama sampai di parkiran pemakaman ia terus memperhatikan mobil yang terparkir tepat disebelah kanan mereka.

Jisung seperti menunggu mobil itu pergi baru ia akan keluar dari mobilnya.

"Udah ah biar aku aja yang pergi sendiri!"

"Tunggu!" Jisung menghela napasnya sejenak "kita sama-sama kesana"

Akhirnya Yuna dan Jisung berjalan menuju tempat makam Lami, dan saat mereka berdua sudah berada disana, Jisung tiba-tiba berhenti saat melihat seorang wanita paruh baya dengan sebuah payung berwarna hitam berdiri disamping makam Lami.

"Bunda Lami" gumam Jisung yang masih bisa terdengar jelas oleh Yuna.

"Park Jisung" Suasana canggung tiba-tiba dirasakan Yuna saat wanita yang disebut Jisung 'Bunda Lami' tadi, tiba-tiba memanggil nama lengkap Jisung.

Sementara itu Jisung hanya menunduk, enggan untuk menatap Bunda Lami.

"Tolong angkat kepalamu, jangan seperti itu kau membuatku merasa sangat bersalah sudah menuduhmu saat itu. Tolong maafkan kesalahan wanita tua ini Jisung"

Jisung masih menundukkan kepalanya, hingga Yuna membisikkan sesuatu pada Jisung "Jie, masalah itu sudah lewat. Biarkan hati kamu berdamai dengan masa lalu"

Jisung mengangkat kepalanya menatap Bunda Lami "Saya sudah memaafkan anda sejak dulu, saya mengerti jika anda salah paham saat itu"

"Terima kasih karena sudah memaafkan ku. Lami pasti bahagia melihat mu yang mau memaafkan kesalahan ku Jisung"

Jisung melangkahkan kakinya, tangannya terulur memeluk wanita yang dulu pernah dipanggilnya dengan sebutan 'bunda'

"Ini bukan salah bunda juga, mungkin memang beginilah takdir"

Jisung dan Bunda Lami memang pernah sangat dekat. Hubungan Lami dan Jisung pun sebenarnya sudah berlangsung setahun lebih. Semuanya benar-benar bahagia setahun itu. Hingga Ayah Lami yang merupakan salah satu Anggota dewan saat itu terjerat kasus korupsi dan terlebih lagi ternyata ayah Lami selama ini telah selingkuh hingga membuat rumor buruk tentang keluarga Lami terus beredar disekolah.

"Jisung tolong maafkan bunda, seharusnya bunda tidak menuduh kamu saat itu. Untungnya ada seseorang yang meretas cctv yang ada di rumah bunda hingga akhirnya kebenaran tentang kasus itu terungkap. Entah siapa orang itu tapi bunda berterima kasih padanya"

Entah mengapa saat mengatakan terima kasih bunda Lami menatap ke arah Yuna, membuat gadis bermarga Shin itu salah tingkah sambil tersenyum kaku.

"Dari awal seharusnya kita mengecek cctv. Tapi saat itu bunda benar-benar dibutakan rasa panik dan amarah. Jadi sekali lagi tolong maafkan bunda Jisung"

"Berhenti meminta maaf, sudah kubilang aku sudah memaafkan bunda sejak dulu"

"Syukurlah. Kalau begitu bunda pamit dulu, bunda harus segera ke bandara"

"Bunda mau pergi kemana?"

"Bunda akan pindah ke Australia, kamu jaga diri baik-baik. Dan juga jaga pacar baru kamu ini" Ucap Bunda Lami sambil tersenyum menatap Yuna

"Pacar kamu cantik. Hati-hati direbut orang"

Jisung tertawa mendengar kalimat terakhir Bunda Lami. "Ngga akan aku biarin orang lain ngerebut milik aku"

Suasana mendung di sore hari itu mulai tergantikan dengan suasana cerah. Setelah mengucapkan selama tinggal Bunda Lami akhirnya benar-benar pergi menyisakan Yuna dan Jisung di area pemakaman.

Jisung melangkah mendekat ke makam Lami. Pemuda itu menaruh sebuah bunga yang dibelinya tadi sebelum menuju ke pemakaman.

"Selamat Ulang tahun kesayangannya Jisung. Udah setahun ya kamu ninggalin aku, untungnya setelah setahun itu aku udah ngga sendiri lagi. Lihat, orang yang nemenin aku sekarang lagi berdiri disamping aku, gimana? dia cantik ngga?" Jisung terus mengoceh disamping makam Lami.

Sementara Yuna yang melihatnya terus tersenyum, akhirnya setelah setahun semuanya menjadi baik-baik saja sekarang.

Dan Yuna harap kedepannya pun akan terus seperti itu.

Ya semoga saja.

End

וRumor Has It•×
End : 01/03/21

Rumor Has ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang