12. Cepu

1.4K 224 59
                                    

Mark benar datang ke lokasi yang Haechan kirimkan. Haechan sudah menunggunya, dengan pakaian santainya dan duduk di depan sebuah rumah dengan wajah yang pucat.

"Ini dimana ini? Kenapa gak di kost kau lagi hm?" Mark duduk di samping Haechan. Ia agak khawatir karena sekitar satu bulan lebih ia tak dapat menemukan Haechan.

"Gak, gue pindah disini sekarang, kenapa nyari gue?" Haechan menatap Mark bingung. Ia sudah katakan pada Mark beberapa kali untuk tidak perlu bertanggung jawab atas perbuatannya saat itu. Meskipun hamil pun ia tidak perly bertanggung jawab. Buktinya ia sampai sekarang pun baik baik saja, tidak ada tanda kehamilan apapun. Dan berhubung ternyata orang tua Mark lupa akan kejadian ini dan berakhir orang tuanya pun tidak mengetahuinya.

"Ya aku mau tanya pasal kau lah, cem mana pula kau ini, kucari kau kemana mana pun gak dapat juga, di sekolah pun gak pernah aku nampak kau, asik ngilang aja, cem mana? Hamil?" Mark berucap panjang lebar. Ia tentu saja panik dan khawatir memikirkan Haechan. Ia bahkan setiap tidur selalu berfikir bagaimana caranya nanti ia menghidupi keluarganya bersama Haechan.

"Enggak, ada perlu apa lagi? Kalo gaada sana pulang," Haechan mengusir Mark, tetapi Mark tidak kunjung untuk pergi, ia tetap berada di tempatnya.

"Terserah kau aja lah, cepat kita ke dokter, pucat kali muka kau itu, biar kita periksa badan kau itu, nanti kau pingsan orang kira aku abis cekik leher kau," Mark menarik tangan Haechan untuk naik ke motornya, sedangkan Haechan hanya mencebikkan bibirnya sebal.

Mark benar benar membawa Haechan ke rumah sakit untuk diperiksa kesehatannya. Meskipun ia sebenarnya tidak tahu bagaimana caranya, tetapi Haechan mengerti tentang ini jadi ia tenang tenang saja.

Mark menunggu Haechan di luar ruangan ketika Haechan diperiksa, tak lama sang dokter keluar dengan menampakkan senyum lebarnya.

"Excuse me dek, yu brothernya dek Haechan?" Dokter itu berjalan menghampirinya.

"Oh, pacarnya saya dog," Mark berdiri dari posisi awalnya yang duduk di kursi tunggu.

"Oke, masuk please..."

Mark menatap si dokter dengan curiga, mengapa dokter itu terus tersenyum menatap Haechan dan Mark bergantian.

"Dek Haechan is healthy, everything is oke kok not ada problem what what, but.... i mintak help sama dek Haechan jaga kesehatan please... because... di usia kehamilan yang masih awal ini, i takutnya dek Haechan why why like this, jadi dijaga yes please?"

Mark dan Haechan masih mencoba mencerna ucapan bu dokter yang agak membingungkan. Dan sedetik kemudian Mark melotot, ia terkejut.

"Cakap apa tadi? Maksudnya Haechan tuh bunting gitu?" Mark menatap dokter tak percaya, hamil? Mana mungkin, Haechan bahkan tidak bercerita apa apa padanya. Atau mungkin Haechan juga baru mengetahuinya?

"Yes opkors, dek Haechan is hamil, usianya hampir three sunday yes,"

Mark semakin tak percaya, three sunday itu berarti tiga minggu kan... Mark menatap Haechan seolah bertanya.

"Gue gatau sama sekali, perasaan gue baik baik aja tuh gaada mabok mabok inilah itulah," jawaban Haechan membuat Mark kembali menatap dokternya.

"Jangan bercanda lah, dia cakap pun dia gak hamil, kenapa dokter bilang hamil? Jangan ngelawak dulu lah, pening palaku ni," Mark hampir membentak dokternya, ya ia hanya kaget sebenarnya.

"I cakap right right kok, gak ngadi ngadi,"

"Ah yaudahlah, jom chan pulang,"

.
.
.
.
.
.
.
.

Sore ini Doyoung mengisi bathub untuk mandi. Ia duduk di tepi kasur hanya memakai bathrobe tanpa dalaman apapun sambil memainkan ponselnya. Badannya benar benar gerah setelah lama berada di dalam taksi.

Jaehyun sendiri baru datang setelah pergi membeli makanan untuk mereka. Ia menatap Doyoung yang sepertinya akan pergi mandi.

"Sayang?"

"Apa?"

"Emm... aku ikut kau mandi boleh gak?" Jaehyun berucap ragu ragu, takut juga Doyoung memukulnya karena berbicara aneh aneh. Ia meletakkan makanan yang ia beli ke meja di samping kasur.

"Kenapa harus minta ijin?" Doyoung tersenyum manis, ia menaikkan kaos yang Jaehyun pakai, mengusap perut Jaehyun yang sedikit tercetak otot perutnya. Jaehyun memang dokter, namun jarang berolahraga, perutnya bahkan hampir buncit.

Doyoung kini melepas kaos Jaehyun. Bibirnya mendekati bibir Jaehyun, memberikan lumatan lembut di bibir Jaehyun. Jaehyun rasanya ingin terbang saja jika Doyoung bersikap seperti ini. Rasanya baru kali pertama Doyoung melakukan ini padanya, karena biasanya Jaehyun yang akan memulai permainan.

Jaehyun memeluk pinggang ramping Doyoung. Kini ia yang memimpin permainan, bibirnya menelusuri leher Doyoung, menjilatnya dengan sensual. Ia melepas bathrobe yang Doyoung kenakan, membiarkannya jatuh ke lantai begitu saja. Ia segera menggendong Doyoung ala bridal kemudian masuk ke kamar mandi.

"Cemana kalo Jeno kita bagi adek?"

Dan setelahnya terdengar suara tamparan yang lumayan keras.

"Iya mi bercanda lah we.."

.
.
.
.
.
.
.
.

Jeno berada di kamarnya, sore ini ia hanya sendirian di rumah, ia tak tahu kemana Mark pergi. Rumah terasa sepi meskipun biang rusuh alias dirinya sendiri berada di rumah. Tetapi untuk apa jika ada biang rusuh tanpa ada yang bisa direcoki. Jeno menghela napasnya, waktu menjelang magrib namun Mark tak segera pulang.

Tepat ketika ia memikirkan Mark, pintu depan tampak dibuka oleh seseorang. Ia berlari kencang, penasaran dengan siapa yang datang.

"Lah? bang?"

"Kacau bangsat kacau..." racau Mark tak jelas. Jeno hanya mengernyit heran, ia menatap Mark yang duduk di sofa dengan sesekali mengusap kasar wajahnya sendiri.

"Lu kenapa sih?!"

"Gak tau juga lah aku, pening kali lah palaku anjing..." Mark menarik rambutnya sendiri merasa frustasi.
"Jen, Haechan hamil,"

"Hah? Seriusan lu? HAECHAN HAMIL?!"

"bah, biasa aja lah kau itu, gak usah keras keras, sampai tetangga dengar nanti ku tepok biji kau," Mark menatap Jeno sebal, ia melempar sepatunya ke arah Jeno.

"Anjing, trus gimana?"

"Ya mau kek mana lagi, ku nikahin lah Haechannya tapi kek mana ku bilang sama mami papa nanti, ngamuk lah pasti si mami,"

"Tapi tau gak sih bang, kata papa, pas hamil di luar nikah, itu tunggu lahir anaknya baru dinikahin," ucap Jeno yakin, ia mendengar ini dari Jaehyun langsung, maka tak salah ia meneruskannya pada Mark.

"Tunggu, cakap apa kau tadi? Siapa yang bunting?"

"Ya mami lah, gak tau? Kan dulu mereka bikin abang dulu, baru nikah,"

Oh Mark rasanya ingin menangis saja, Jeno jika berbicara tak pernah main main meskipun terkesan bercanda.

Inilah alasan mengapa teman Jeno sedikit, ia selalu membocorkan semuanya. Satu saja informasi yang Jeno dapatkan hari ini sebagai rahasia maka akan diketahui orang satu kecamatan di kemudian hari.

"Anak haram, hehe, canda anak haram,"

"Canda canda mem*k bapak kau,"

Jeno melotot menatap Mark. "Papa punya?"

"Mati aja lah kau sana, buat ku tambah pusing aja,"

.
.
.
.
.
.
.
.

"Mi, pa, kata bang Mark, Haechan hamil,"










Tbc cihuy
End di chapter 20 ye:)

HARD FOR ME - JAEDO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang