9. kolor

1.7K 237 43
                                    

Mark berlari ke kamar Doyoung ketika Jaehyun mengatakan bahwa Doyoung menangis. Ia membuka pintu yang tertutup dengan cepat, menghampiri Doyoung yang menangis di atas kasurnya sambil berbaring miring menatap tembok.

"M- mami..." Mark menyentuh lengan Doyoung pelan. "Maafin Mark mami..."

"Keluar."

"Mami... Mark mintak maaf, Mark gak ada niat buat itu sama Haechan," Mark menggenggam tangan Doyoung namun dengan sekuat tenaga Doyoung melepaskan tangan Mark.

"KELUAR! GUE BILANG KELUAR! LU GAK DENGER?!" Oke, Doyoung benar benar marah kali ini, bahkan lebih marah dari Jaehyun tadi. Yang pertama kali setelah sekian lama, Mark melihat Doyoung menangis. Bahkan air mata tak berhenti turun untuk membasahi pipinya.

"Mami..." Mark kembali memanggil Doyoung, ia merasa sangat bersalah ketika melihat Doyoung seperti ini karena dirinya.

"Gak usah panggil gue mami,"





Mark benar benar keluar dari kamar Doyoung sekaligus mencari Jeno untuk menanyakan apa saja yang Jeno katakan pada Doyoung dan Jaehyun.

"Woi apa kau cakap sama papa sama mami hah?" Mark menarik kerah kemeja yang Jeno gunakan saat ini.

"Gue bantuin lu ngomong sama mereka lah, gue bilang aja lu abis hamilin Haechan, salah?" Jeno menyingkirkan tangan Mark, ia duduk ke kasurnya.

"Ck,"

Mark benar benar bingung sekarang. Antara marah karena ucapan Jeno sedikit tak benar dan senang karena ia tak perlu susah susah berbicara lagi pada Jaehyun.

"Yaudahlah, semua udah usai, gak bisa apa apa lagi aku ni, ku jadiin pelajaran aja lah, aku udah gini, jangan sampai kau ikut ikut aku pula, susah urusannya kau ada bini dua,"





Jaehyun menyodorkan cangkir berisi teh kepada Doyoung. Ia membuat teh sendiri meskipun kekacauan pun ikut ia buat di dapur seperti air tumpah masuk ke kompor dan gula yang berceceran.

"Udah lah mi gausah kau pikirkan lagi si Mark itu. Aku tau lah anak kita itu punya sifat bertanggung jawab semua," Jaehyun meletakkan cangkir teh ke atas meja kemudian memeluk Doyoung, membiarkan Doyoung menangis di pelukannya.

"Gagal aku jadi ibu,"

"Jangan cakap begitu lah mi, mami itu udah baik sama aku, sama anak anak, udah didik mereka juga, udah cukup itu lah mi, merekanya aja yang bandel," Jaehyun menangkup pipi Doyoung kemudian mengusap air matanya dengan ibu jarinya. Ia memajukan wajahnya kemudian mencium bibir Doyoung.

"Apasih cium cium gue, gausah kesempatan lu!" Doyoung mengusap bibirnya kasar kemudian bangkit dari kasurnya untuk ke kamar mandi.

"Cuek salah, romantis salah, babi kali lah,"





Mark berada di kamarnya malam ini, tak berani keluar untuk bertemu dengan Jaehyun maupun Doyoung. Yaa ia sangat menyesal meskipun tadi sempat menikmati. Ia hanya memikirkan seandainya Haechan hamil, apa yang harus ia lakukan? Tidak mungkin ia menikah di usia sekarang ini.

Mark mengambil ponselnya dari atas meja belajarnya kemudian mencari kontak Haechan untuk dihubungi.

Mark menatap layar ponselnya yang tertera nama Haechan dan keterangan panggilan tersambung.

"Halo chan?"

'Apa?'

"Masih sakit gak?"

'Dikit, kenapa emangnya?'

"Gak papa, nanya aja aku,"

'Hm gausah khawatir, b aja kok, soal ini lu gausah takut, gue gak bakal kasih tau siapa siapa, gue gak bakal mintak lu tanggung jawab kalo gue gak hamil, meskipun hamil pun gue juga gak minta lu tanggung jawab, gue bakalan gugurin anak kita, lu juga jangan kasih tau siapa siapa,'

HARD FOR ME - JAEDO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang