17. Ayam

1K 162 48
                                    

Mumpung libur yekan
.
.
.
.
.
.
.

Hari yang Mark cemaskan telah berlalu, Haechan telah resmi menjadi istrinya meskipun hanya pihak keluarga yang tahu. Ia harus merahasiakan ini sampai lulus sekolah. Ya ia pun tidak tahu apakah ia berhasil menyembunyikan hal ini hingga lulus atau rahasia terbongkar karena sesuatu, terlebih karena mulut8 Jeno yang sangat licin.

"Cie yang udah nikah tapi malem nanti masih harus kerjain pr," Jeno datang menyindir Mark sambil berjalan membawa piring berisi nasi serta lauknya.

"Banyak kali cakap kau itu urus aja pacar kau sana,"

"Alah baperan,"

Jeno tertawa melihat wajah sengit Mark, Mark tampaknya masih cemas sekaligus tak terlihat bahagia. Mark merasa ia belum siap untuk menjadi suami dan ayah yang baik untuk anaknya nanti.

Haechan sendiri berada di kamar Mark untuk beristirahat, ia terlalu lelah karena sejak tadi Jisung dan saudara Mark yang bernama Chenle itu mengajaknya bermain.

"Jen!! tolong kau ambilkan aku saus kuning itu yang murtad murtad!!" Jaehyun berteriak dari ruang tamu, ia menemani Chenle dan Jisung bersama Taeyong. Sedangkan Doyoung dan Ten sedang mengobrol setelah saudara saudaranya pulang kecuali Chenle yang barusaja ditinggal mamanya pergi ke supermarket.

"Mustard!"

"Ah iya itulah, susah kali namanya ah,"

Chenle mengipasi wajahnya dengan tangannya sendiri, udara sekitar cukup panas. Tidak ada pendingin ruangan seperti yang ada di rumahnya membuatnya kegerahan.

"Aduh panas sekali ya Jisung?"

"Iya panas banget,"

Jeno menggeleng mendengar cara bicara Chenle yang terkadang menggunakan bahasa baku. Ia memberikan saus yang Jaehyun minta kemudian menyalakan kipas angin dan mengarahkannya kepada Chenle.

"Terimakasih atas anginnya om," ucap Chenle setelah merasakan angin berhembus kencang ke arahnya.

"Heh gue sepupu lo ya,"

"Galak sekali orang ini ya..."

.
.
.
.
.
.
.
.

Haechan terdiam di atas kasur Mark, ia menatap kamar Mark yang sangat berbeda dengan kamarnya. Kamar ini terlalu berantakan, buku yang berserakan di mana mana, gitar di meja belajar dan lampu belajar berada di karpet bawah.

Dan kini lelaki ceroboh itu menjadi suaminya, kurang rela sebenarnya, seandainya Mark tidak membawanya ke rumah sakit hari itu pasti Mark tidak tahu jika ia sedang hamil, dan ia bisa dengan cepat menggugurkannya, dengan begitu ia tidak akan putus sekolah seperti ini.

Suara pintu terbuka terdengar di telinganya, Mark datang mendekat dengan pakaian sehari harinya. Ia duduk di tepi kasur, berjarak jauh dengan Haechan yang berbaring di bagian kasur lainnya.

"Gak mau makan siang kau Chan? atau mau ku ambilin di belakang?"

"Gak usah, gue gak laper,"

"Chan..."
"Aku ngerti, kau pasti belum siap kita nikah kan? aku tau kau gak rela keluar dari sekolah," Mark mendekati Haechan, ia menyentuh pundak Haechan.

"Hmm... lu tau sendiri lah,"

"Maafin aku Chan," Mark menyingkirkan tangannya sendiri dari tubuh Haechan, ia menarik napas panjang.
"kau kek gini gara gara aku, kalau aja hari itu aku gak kepancing,"

Haechan bangkit dari posisinya, ia mendorong Mark sampai menempel dengan sandaran kasur. Ia duduk di paha Mark kemudian mencium bibir Mark, hanya sekedar menempelkan bibirnya kemudian menarik wajahnya kembali.

HARD FOR ME - JAEDO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang