Hari ini, lebih tepatnya sore ini Jaehyun dan Doyoung memutuskan untuk pergi ke luar kota untuk sekedar refreshing. Jeno sudah mengantar Jaehyun dan Doyoung ke stasiun, mereka ingin pergi tanpa mobil katanya.
"Nah pamit dulu kita ya Jen, yang nurut kau itu sama abangmu, duit jajanmu di dekat tipi."
Jeno mengangguk angguk atas ucapan Jaehyun, ia menyalami dan mencium tangan Jaehyun dan Doyoung.
"Dadah mami!!"
Yaa... mereka hanya pergi untuk tiga hari, tidak terlalu lama karena mereka masih ingat memiliki Jeno yang tidak bisa sepenuhnya mandiri.
Jeno melambaikan tangannya ketika dua orang tuanya mulai memasuki area stasiun, ia mengendarai mobilnya kembali ke rumah. Jeno baru baru ini memang bisa mengendarai mobil karena Jaehyun baru mengizinkannya, sebelumnya Jaehyun bahkan melarang Jeno untuk naik motor sendirian, namun entah mengapa sekarang Jaehyun lebih memberikan Jeno kebebasan untuk berkendara, itung itung agar bisa mengantar Doyoung kemana mana juga.
.
.
.
.
.
.
.Jeno sampai di rumahnya lewat pukul enam sore, tadi ia menemui pacar pacarnya terlebih dahulu. Namun siapa sangka, Jaemin, salah satu pacarnya memutuskan hubungan mereka. Jeno yang pada dasarnya si manusia galau pun semakin galau dibuatnya, ia sampai hampir menabrak tukang gorengan yang lewat di depan rumahnya untuk pulang.
"Maaf bang ga sengaja!"
"Y gpp." ucap abang abang gorengan itu.
Jeno memarkirkan mobil milik Jaehyun ke garasi, melihat motor mark berada di luar sepertinya Mark berada di sini hari ini. Karena setelah pernikahan Mark dan Haechan empat bulan lalu, mereka terkadang berada di rumah orang tua Haechan. Mungkin karena Jaehyun dan Doyoung pergi ke luar kota membuat Mark berada di rumah.
"Assalamualaikum! ga jawab yahudi!"
"Waalaikumsalam..."
Suara Haechan menjawab salam dari Jeno, pria yang sedang mengandung lima bulan itu keluar dari dapur memakai celemeknya.
"Dah makan belum lu Jen? gue masakin tuh, makan sana,"
"Nanti aja lah, lagi galau nih."
"Dih?" Haechan menaikkan alis kanannya bingung, ia melepas celemek yang ia pakai dan meletakkannya di gantungan.
"Laki lo mana Chan?"
"Mandi."
Jeno mengangguk angguk atas jawaban Haechan, ia duduk di sofa depan televisi dengan mengangkat kedua kakinya naik ke sofa. Ia menyalakan televisi, mencari acara yang bagus di waktu ini dan tak menyangka jika akan ada tayangan ulang film horor di salah satu saluran televisi.
"Ada horor nih, mau nonton gak nanti?" tawar Jeno tanpa berpikir panjang, ia menatap Mark yang baru saja keluar dari kamar mandi masih dengan rambutnya yang basah. "Mumpung malem jumat, enak kayanya sekalian uji nyali,"
"Halah gak yakin aku sama kau Jen," cibir Mark lalu terkekeh.
"Gausah ngeremehin gitu lah asu, gabener emang lu."
"Yaudah nanti abis makan malem nonton kita, awas aja kalo kau takut ya Jen,"
.
.
.
.
.
.
.Menyesal? rasanya iya. Jeno menyesal mengajak dua kakaknya ini menonton film bersama, ia yang ketakutan hanya bisa menutup matanya dengan bantal, lain dengan dua orang di sampingnya yang saling berpelukan.
"Katanya gak takut, kek mana lah kau Jen, paok kali."
Mark menyeringai, di akhir film ia melihat Jeno yang masih menutup matanya menggunakan bantal. Tangannya kemudian meraih remote televisi, menekan tombol untuk mematikan televisi.
"Aku sama Haechan mau tidur, kau tidur sana."
Mark merangkul Haechan ke kamar, namun siapa sangka Jeno membuntuti mereka. Jeno yang ketahuan membuntuti hanya mendapat tatapan aneh dari Mark.
"Kenapa kau itu hah?"
"Ikut... hehe."
"Gak, apalah kau ini, aku ada bini pun kau ikut ikut."
Bibir Jeno melengkung ke bawah, membuat wajah semenggemaskan mungkin untuk membujuk kakaknya sendiri.
"Malem ini aja deh, sumpah gue malem ini aja."
"Ish kek mana lah kau, malem jumat ini, aku kan mau ngew- ADUH!" ucapan Mark mendapat hadiah injakan di kaki oleh Haechan yang tersenyum psikopat di sebelahnya.
"Hehe... yaudah yok masuk,"Mau tidak mau Jeno ikut masuk ke kamar Mark dan Haechan, tidur di kasur yang sama dengan posisi Mark berada di tengah. Jeno tidur menghadap Mark yang membelakanginya, tentu saja Mark tidur berhadapan dengan istrinya. Lampu kamar dimatikan, pintu juga dikunci dari dalam. Jeno segera memejamkan matanya untuk segera tidur.
Satu jam, dua jam, masih sama saja, Jeno belum bisa untuk tidur nyenyak. Tiga jam kemudian ia merasakan aneh dengan dua orang yang tidur satu kasur dengannya, suara gesekan dari pakaian terdengar mengusik telinganya.
Jeno tidak dapat melihat mereka, hanya saja suara mereka sangat menganggu. Ia semakin tidak bisa tidur nyenyak.
Beberapa menit kemudian suara tadi berganti dengan suara kecipak basah yang berasal dari mulut yang sedang berciuman. Oh, Jeno rasa dirinya terjebak sekarang.
Suara itu berhenti, berganti dengan lenguhan lenguhan kecil yang keluar dari mulut Haechan yang terdengar di tahan. Bahkan pergerakan yang berlebihan dari dua pasangan tersebut semakin mengganggu Jeno.
Jeno berusaha sekuat tenaga memejamkan matanya, namun tetap tidak bisa. Suara geraman, desahan kecil dan becek mengganggu pikirannya. Ditambah kini suara benturan kulit dengan kulit terdengar cukup keras.
Jeno mulai berkeringat, tubuhnya terasa panas dingin entah mengapa, perutnya juga terasa terkocok. Ia ingin bergerak, namun entah mengapa terasa sedikit kaku. Panas di tubuhnya semakin meningkat, mendengar suara penyatuan yang biasanya hanya bisa ia dengar dari ponselnya. Ia tak pernah membayangkan untuk melihat kejadian ini secara langsung.
Ia pikir mereka akan menahan suaranya, tetapi ternyata tidak, mereka kini bermain seolah tidak ada siapapun di kamar ini.
"Ahh..."
"lo pelan pelan bisa gak sih?"
Ya pembicaraan itu terdengar seperti hanya bisik bisik saja. Jeno memberanikan diri untuk mengubah posisinya, membelakangi dua orang yang sedang bercinta itu.
"Jen mau gabung gak?"
Suara tamparan terdengar setelahnya, Haechan rupanya menampar pipi Mark yang berbicara seenaknya.
"Ga napsu."
"Halah, dah berdiri kan kau pasti?"
"Gausah mancing ya anjing, lanjutin sana." Jeno menjawab tanpa menatap Mark, ia berusaha menutup telinganya rapat rapat
"Hehe."
.
.
.
.
.
.
.Sampai siang hari, Jeno terus menatap Haechan dengan wajah muramnya, ia tidak berangkat ke sekolah karena terlambat bangun. Salahkan suara Mark dan Haechan yang mengganggu tidurnya dan salahkan juga Jeno yang bergabung di kasur pasangan yang sudah menikah.
"Gue aduin mami kalian berdua loh, tunggu aja."
"Aduin apaan? orang gue sama Mark aja udah nikah kok."
"Tap-"
"Gaada yang nyuruh lo tidur bareng semalem ya Jen..."
"Iya iya deh!"
HALO HALO
KANGEN GAK?
BRP BULAN NIE GUE GA UP
KAMU SEDANG MEMBACA
HARD FOR ME - JAEDO
Fanfictionterlalu sulit untuk Doyoung hidup bersama keluarga gajelasnya