Hari ini benar benar hari yang melelahkan bagi tiga pria yang sama sama baru pulang dari tugas wajibnya. Mark dan Jeno yang baru pulang dari sekolah dan Jaehyun yang baru pulang bekerja.
Jaehyun sengaja membuat pulangnya lebih awal karena harus mengurus rumah hari ini. Ditinggal Doyoung memang membuatnya pusing.
Ngomong ngomong Doyoung sedang berada di rumah orang tuanya karena adiknya memiliki bayi. Ya itu artinya ia menjenguk keponakan barunya. Ia hanya bilang menginap dua hari dan hari ini hari ke dua Doyoung disana.
"Pa? Mami kapan pulang?" Tanya Mark menatap Jaehyun yang berbaring di sofa tanpa melepas sepatunya. Oh jika Doyoung melihatnya pasti akan mengamuk. Dan haruskah Mark memotretnya?
"Mana aku tau lah, kau tanya sendiri sama mami kau sana we,"
"Papa, masakin apa kek buat Jeno, Jeno laper.."
"Kau masaklah mi rebus di dapur itu, kau tengok aku cape gini,"
"Ah babi.."
"Cakap apa kau hah?"
"AKU BABI!"
Mark dan Jeno kini berada di dapur, keduanya sama sama bingung ingin memasak apa meskipun Jaehyun menyarankan untuk memasak mie instan.
"Masak apa kau we?" Tanya Mark melihat Jeno mengambil telur dari kulkas.
"Kepo,"
"Hmm... gak usah lah kau itu sok sok masak lah, mie ayam cem enak kutengok, mau ikut gak?"
"Oke!"
Jaehyun yang masih berbaring di sofa hanya menatap dua anaknya yang masuk ke kamar lalu keluar dengan baju santai. Keduanya mengambil helm masing masing dan memakai jaket. Jaehyun tidak peduli keduanya pergi kemana, toh yang penting mereka tidak akan hilang.
Mark dan Jeno pergi, tersisa Jaehyun di rumah yang masih kelelahan sepulang kerja. Ia pergi menuju dapur untuk memasak mie instan. Entahlah pasti tidak akan benar, karena hanya Doyoung yang bisa memasak di rumah dan yang lain beban. Jaehyun sempat lupa memasukkan air ketika merebus mie instan.
"Astagfirullah!!" Jaehyun terkejut mendapati telur pecah di lantai. Ia tidak tahu pasti itu ulah Mark atau Jeno.
"Semua nggak pernah bener lo we paok kali si asu,"Doyoung duduk di dalam taksi, sama sekali tidak menikmati perjalanan pulangnya. Ia sungguh ingin pulang ke rumah karena panik rumahnya berantakan setelah dua hari ia tinggal.
"Pak, bisa lebih cepet nggak pak?"
"Waduh maaf mbak, bahaya kalo ngebut,"
"Gue cowok y,"
"Oh maaf mbak kirain cewe, abis cantik terus cerewet,"
"Ngomong apa barusan?! Panggil mbak lagi gue tampar,"
Jeno sejak tadi memeluk perut Mark yang mengendarai motor. Entahlah, ia hanya takut dengan Mark yang terkadang mengebut tiba tiba. Tentu saja Mark merasa risih, sekaligus malu karena Jeno memeluknya.
"Awas tangan kau ini la we, risih aku itu," Mark berbicara keras karena ia tau Jeno tidak akan mendengar suaranya jika hanya berbicara seperti biasanya.
"Abang diem, udah jalanin motornya, gausah brisik!" Jeno menepuk helm yang Mark pakai lalu memeluk Mark kembali, ia menyandarkan kepalanya di bahu Mark.
"Ck, Jen!! Bah paok geli aku Jen,"
"Bisa diem gak lo?? Udah jalan aja cepetan,"
"Asu betul lah we,"
Mark mengebut secara tiba tiba. Dalam hati Jeno menyimpan umpatannya. Ia sedikit tak tahan untuk berteriak pada Mark.
"Pantek! Gue ngajak lu nyari mi ayam bukan nyari mati! Pen setor perut laper bukan setor nyawa!"
"Kau berisik ku turunkan kau disini,"
Keduanya sampai di tempat makan yang ia tuju. Mark sejak tadi memasang wajah kesal karena Jeno terus menempel padanya di atas motor dan berteriak.
"Gitu doang marah, baperan cih,"
"Diam kau Itu, jangan buat aku makin marah,"
"Baperan cih baperan, pemarah, baperan, sensian, pms y,"
"Ck, DIEM!!"
Mark dan Jeno memesan mie ayam lalu duduk di tempat yang disediakan. Mark menyalakan ponselnya begitu juga Jeno. Jeno menatap fotonya bersama Jaemin di ponselnya lalu menatap fotonya bersama Renjun.
Brengsek memang, Jeno memiliki dua kekasih sekaligus. Dan keduanya sama sekali tidak masalah jika Jeno menduakan mereka. Keduanya tetap akur dan bahkan terkadang bekerja sama untuk merajuk dengan Jeno.
"Bang,"
"Apa?"
"Itu doi lu kan bang? Yang suka lu anter jemput kalo sekolah?"
Haechan, laki laki incaran Mark selama SMA. Mark tergolong bucin kepada Haechan yang statusnya hanya teman. Entahlah, Mark pengecut untuk menyatakan cinta dengan serius sedangkan Haechan terkadang kesal dengan Mark. Mark kalah dengan Jeno yang sudah memiliki dua pacar.
Haechan tampak berjalan melewati warung makan tempat Mark dan Jeno sekarang.
"Chan!!" Mark berteriak tepat di telinga Jeno. Posisi Jeno memang menghalangi Mark untuk melihat Haechan.
"Brisik anjing, samperin sana,"
"Diam kau,"
Mark berjalan mendekati Haechan. Ia menatap Haechan yang tampak membawa banyak buku. Haechan baru pulang sekolah sedangkan Mark sudah sejak tadi.
"Chan, mau kubantu?"
"Gausah sok baik,"
"Serius aku Chan,"
"Udah sana!"
"Nyebelin betul kau we, pms kau?"
"Siapa yang nyebelin?!"
"Aku, aku yang nyebelin, emang paok kali aku itu,"
Jeno tertawa dari kejauhan menatap Mark dan Haechan yang tampak tidak akur.
"Kamu kenapa.. kamu kenapa?? Aku kenapaaa~~"
Jaehyun duduk di kasurnya. Ia baru selesai membersihkan telur yang pecah di lantai. Entahlah masih tersisa bau atau tidak, tetapi semoga saja Doyoung tidak sadar karena Doyoung penciumannya sangat tajam.
"Astagfirullah!! Papa!!"
Jantung Jaehyun seketika berdegup lebih kencang. Ia mendengar teriakan istri satu satunya itu dari ruang tamu. Sepertinya istrinya itu sudah pulang dan menemukan kekacauan. Habis sudah, ia hanya sendiri sedangkan anak anaknya pergi untuk makan di luar.
"Kau ini kenapa lah we? Datang gak salam, teriak teriak gak jelas cem orang utan,"
"Gausah sok marahin gue, ini maksudnya apaan berantakan Gini?" Doyoung menenteng celana osis entah milik siapa.
"Ya anak kau itu babi,"
"ANAK GUE YA ANAK LU SEMPAK! LU PIKIR GUE SPAKASPIKIW SAMA CICAK?!"
"Iya mi iya nanti papa beresin...."
Duh garing gaada ide
Ada yang baca gak?
Btw tbc slur
KAMU SEDANG MEMBACA
HARD FOR ME - JAEDO
Fanfictionterlalu sulit untuk Doyoung hidup bersama keluarga gajelasnya