09. Clueless

21 14 2
                                    


"Bisa-bisanya lo sakit di sekolah kaya begini Ck!----Eh, Woi Markeu!!" Aku terlonjak kaget kala Kakaku yang baru saja mengomel datang ke sekolah, tahu-tahu berteriak dan mengenal Mark Lee.

"Lo kenal kak?"

"Eh anjing! lo manggil gue pakai sebutan Lo?" kaget si Alea cukup riskan, sedangkan aku hanya mendengus kecil.

"Hm, dari dulu, cuma jaga sikap aja." balasku buat Alea menabok jidatku dengan keras sampai hampir terjungkang.

Aku melirik Mark yang berlari mendekat lalu bertos-ria seakan sudah kenal lama sama Alea. Aku menatap curiga Mark dan Alea, dengan segudang pertanyaan di kepalaku.

"Kok lo bisa kenal sama Kakak gue?" tanyaku agak sinis sedangkan Mark agak terkejut kecil, sesaat. Kemudian ia tertawa.

"Kakak lo kan anak motor, yah tahu dong, dan juga ada sesuatu yang lain." Mark melemparkan lirikan penuh arti kepada Kakaku.

"Weissh! ketahuan sudah kedok jahat gue." Alea meliriku yang nampak enggak tertarik.

Ternyata Alea belum juga bertaubat.

"Adik lo, Kak?" Mark menunjuku yang  memang sepertinya Alea lupa memperkenalkan aku sebagai adiknya--tapi yaudahlah gak penting dan berharap juga aku.

"Oooh, bukan. Dia anak pungut di rumah gue" kata Alea lantang merangkulku.

Aku tersenyum pahit langsung melepaskan rangkulannya.

"Dia juga bukan kakak gue, dia juga anak pungut edisi pertama di rumah." sahutku pedas buat Alea mencibir sakras.

Mark menahan untuk tidak tertawa, sedangkan aku---ntahlah, mataku malah jatuh pada Jisung di sebrang sana sedang mengobrol lagi sama Lucy.

"Yaudah gue cabut dulu, adek gue sakit nih..." kemudian Alea menyeretku dan aku hanya bisa tersenyum ramah berpamitan pada Mark.

Aku menghentikan langkahku membuat Alea tampak kebingungan. Kedua mataku menyorot tak suka Jisung dengan gadis yang bernama Lucy. Tanpa sadar aku berdecak sebal dengan samar.

Bisa-Bisanya mereka semakin dekat!

Aku berjalan menghampiri Jisung yang ntah sedang mengobrol tentang apa.

Alea mengekoriku yang berjalan dengan langkah dihentak-hentakan seperti ingin melabrak seseorang.

"Park Jisung!" teriaku memanggil namanya lengkap, berdiri di hadapannya sambil menatap tak suka gadis di sampingnya.

"Ailin?" Jisung menoleh kemudian mengernyit, dan berdiri mendekatiku yang pucat. "Lo kenapa? kok lo pucat? lo mau ngapain bawa tas kaya gitu? Lo sakit?" Cerca Jisung buat aku meneguk ludah menahan diri tak berteriak malu.

"Iya sakit!" balasku sambil melirik Lucy yang agak bingung dengan situasi ini.

Aku mendecih sinis tanpa sadar. Sial! faktanya gadis itu yang berhasil mengusiku kali ini.

"Lo sama Lucy ada urusan apa sih sebenarnya??" tanyaku tak tahan lagi melihat Jisung sering bersama Lucy.

Jisung terhenyak bingung jadi ikut melirik Lucy, sedangkan Alea memilih berdiri jauh menonton drama yang diciptkan adiknya. kesimpulannya kayanya adiknya cemburu.

"Gue sama Lucy gak ada apa-apa..." Jelas Jisung yang buat aku mendecih kasar.

"Oh ya? Tapi kata Chenle lo mau jadian sama dia?!" tanyaku to the point berhasil membuat Jisung tersedak bahkan melotot.

Sedangkan Lucy, ia juga tampak tersentak kaget melirik Jisung di sampingnya.

Aku menggeram sebal melihat wajah Jisung seperti itu. Hingga akhirnya aku menyerah.

Deep Inside Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang