03. Well Shit!

61 29 9
                                    

Aku gak tahu apa yang terjadi. Aku sedikit merasa pusing rasanya, mataku memburam saat aku mencoba membuka mataku.

"Ailin??? Hei! Apa kau sudah sadar??" Aku memejamkan mataku mendengar seruan yang memanggilku.

"Ailin?? Ini aku Alea. Are you okay?" Ternyata itu Alea, kakak perempuanku.

Aku membuka mataku, merasakan sinar yang perlahan membias normal memasuki kornea mataku. Kuperhatikan langit-langit ruangan berwarna putih yang sepertinya bukan kamarku.

Oh, aku juga mendengar kericuhan disekitarku. Banyak orang dengan seragam sepertinya seorang Nurse, dan beberapa orang berlalu-lalang, juga beberapa Dokter.

"Kak, aku kenapa?" Tanyaku parau masih merasa pusing.

"Hei Bodoh! Kau pingsan di Halte!" Omelnya buat aku berdecak berusaha mengingat.

Aku mengerjap pelan ketika berhasil mengingat semuanya.

"Kamu pingsan setelah melihat kecelakaan! Aish. Ternyata kau bisa shock juga melihat seperti itu!" Kata Alea dan aku gak peduli sama sekali.

"Berapa lama aku pingsan? Bagaimana aku bisa berada di Rumah Sakit??" Pertanyaan tak penting yang membuatku penasaran. Yeah, aku berada di ruangan IGD.

"4 jam! Jangan tanya siapa yang menolongmu!"

"Siapa?"

"Ck! Jangan banyak tanya deh!" Omelnya lagi buat aku mendengus.

"Kamu kenapa? Ada masalah apa??" Tanya Alea buat aku agak tersentak.

"A---aku??" Aku agak tergagap bingung. "Emang aku kenapa?" Tanyaku berkilah.

Alea menghela nafas kasar. Sepertinya dia lupa siapa aku. Ailin, adik perempuan satu-satunya yang begitu menyebalkan dari dulu hingga sekarang.

"Kamu gak lagi nyembunyiin sesuatu dari kakak kan?" Tanya Alea mengabaikan pertanyaanku. Gadis cantik ini tampak khawatir dan sangat berbeda dari biasanya.

Aku tersenyun tanpa sadar menggelengkan kepalaku.

"Oh sweet but Cringe! Sejak kapan kamu jadi alay menyebutkan dirimu kakak? Hah?? Alea dumb-dumb?" Aku berusaha bercanda kala mendapatkan air wajahnya tampak cemas kepadaku.

Ini yang aku takuti. Aku takut membuat orang terdekatku khawatir terhadapku.

○○○

Setelah aku menghabiskan satu botol infus, menebus obatku, aku dan Alea bergegas pulang. Tak ada pembicaraan serius, ataupun obrolan aneh antara kakak dan adik. Alea kali ini membawa mobilnya menghantarku tanpa banyak bicara.

Ck, aku penasaran apa yang mengganggu pikirannya. Apa kata Dokter tadi??

Apa aku sakit parah?

Instrumen musik klasik mengalun di dalam Mobil, yang sejujurnya malah membuatku mengantuk. Sepertinya aku merasa bahwa aku sedang dalam efek obat penenang dalam dosis rendah. Kepalaku masih pusing, aku merasa lelah bahkan takut untuk melihat hari esok.

Sial! Kenapa aku jadi kepikiran seperti ini. Gelenyar aneh di dadaku membuat aku agak meringis. Jantungku berdebar cepat membuat aku sedikit panik.

"Hei, kenapa???" Itu suara Alea membuat aku tersentak. Alea memelankan laju mobilnya, sebelah tangannya menyentuh lenganku dengan posisi masih fokus menyetir.

"Kak, aku mual! Berhenti!!" Ujarku merasakan sesuatu sinyal aneh dalam tubuhku. Ah, aku agak pusing dan merinding ketika tiba-tiba mengingat kecelakaan gadis bernama Luna.

Deep Inside Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang