01. Silent

287 41 15
                                    

Aku berdiri diatas jembatan, kedua mataku fokus memperhatikan keadaan lalu lintas jalanan di bawah jembatan ini. Angin sore cukup kencang berhembus, Aroma polusi udara serta sisa hujan tampak bersatu.

Aku membiarkan rambutku bergerak kesana-kemari mengikuti angin. Kemudian kembali menatap bawah dimana seluruh pengguna jalanan tampak berlalu-lalang.

Aku tersenyum merasa penasaran apa yang terjadi jika aku terjatuh disana. Apakah kendaraan yang berlalu kesana-kemari tetap berjalan atau berhenti?

Aku mengangkat sebelah kaki ku, menginjak besi pembatas sekedar ingin merasakan berdiri diatas jembatan, menikmati angin melupakan berbagai macam permasalahan hidupku.

Aku tersenyum geli, sejak kapan sih manusia hidup tanpa masalah?

Apa arti hidup sesungguhnya?

Terlihat begitu Hopeless. lagi-lagi aku tertawa membiarkan orang-orang yang berjalan kaki diatas jembatan ini memperhatikanku aneh.

Sebagian orang memandangku normal seakan-akan hidupku begitu menyenangkan.

Pada nyatanya aku benci dengan hidupku sendiri. Menjadi dewasa adalah penyesalanku seumur hidup.

"AILIN!"

Aku terlonjak kaget bahkan mengumpat kecil ketika merasakan seseorang menarik pinggangku dan---

BRAK!!

Sial!

Tubuhku terjatuh begitu saja menimpanya.

Aku buru-buru berdiri kemudian menendangnya kasar.

"Lo gila?!?" Teriaku tak tahan.

Dia meringis namun kemudian melotot kepadaku, berdiri dengan ekspresi nanar.

"Lo sadar enggak?! Lo yang gila!" Balasnya berteriak membuat orang-orang jadi berhenti menoleh.

"Gue?" Aku mendengus tak percaya menunjuk diriku.

"Lo seputus asa gitu sampai pengen nyerah sama hidup lo?!" Tanyanya tak tahan. "Lo mau lompat kan dari jembatan ini?! Lo mikir engga gimana perasaan nyokap sama Kakak elo! Oke, jika masalahnya di bokap elo. Tapi mikir engga dunia lo gak hancur seutuhnya! masih ada orang-orang yang peduli dan sayang sama elo! Lo gak kehilangan segalanya!" Omelnya panjang lebar seperti biasa yang selalu buat aku tersenyum.

"Siapa yang bilang gue se-hopeless itu? gue gak mau bunuh diri asal lo tahu yah Mark Lee!" Balasku tersenyum.

Ini salah satu alasanku kenapa menahan diri dari rasa penasaranku. Selalu ada Mark yang muncul disaat pikiran negatif mengerikan itu muncul. Dia yang bersuka rela berlari menyelamatkanku.

"Lo tahukan gue takut mati. Jadi gue gak berani coba-coba walau seutuhnya gue pernah merasa ingin cepat mati!" ujarku lagi menatap kedua matanya yang justru membalas tatapanku.



○○○

Bukan tumbuh menjadi gadis yang wajar. Aku ingat malam itu ketika aku terbangun dalam keadaan dimana peluhku penuh keringat, dan perasaan yang mengerikan seakan menjalar keseluruh tubuhku.

Jantungku berdebar kencang, bahkan aku ingat pikiranku saat itu menjadi kacau entah kemana. Aku mengerang pelan memegang dadaku yang terasa sakit.

Yeah, sakit.

Sakit karna detak jantungku yang berdebar aneh tak seperti biasanya. Sinyal tubuhku mengatakan aku sedang dalam kondisi tidak baik. Nafasku terasa tak beraturan, bahkan sekedar untuk menangis saja aku kesulitan. Rasanya aku ingin berteriak meminta tolong.

Deep Inside Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang