6. Self-Reflection

38 18 4
                                    

"Kenapa pake di tendang segala sih Ser?" Tanyaku pada Ceroline, kini kita bertiga malah nongkrong di kafe depan sekolah.

Ceroline menyesapi Americano 4 shot yang jujur saja buat aku bergidik, itu lambung dia apa gak kenapa-napa yah minum Americano sampe segitunya??

Dan satu hal, aku gak bisa minum kopi. Aku gak tahu apa yang terjadi pada diriku ketika meminumnya, disaat mereka mengatakan kopi meningkatkan mood, malah aku merasa gangguan cemasku malah berulah, sekaligus aku bakalan selalu lemas dan tremor setelah minum kopi.

"Asli aku kesal banget dia marah-marah gitu ke kamu!, malah sampe segitunya!" Kesal Ceroline.

"Kamu akhir-akhir ini sering meledak-ledak deh perasaan," kata Raisa sambil mengunyah toast pesanannya. "Lagian Ailin kamu ngapain sih tadi jalan di jalur itu, untung gak kenapa-napa." Omel Raisa buat aku mendengus pelan.

Aku mengunyah chicken wings yang selalu jadi menu favoriteku bersama cola. Aku mengernyit ketika ponselku bergetar.

Jisung : kamu dimana?

Lah? Jisung?? Tumben?

Ailin : udah keluar

Jisung : Udah naik biss??

Ailin : belum. Aku di kafe

Jisung : aku susul?

Aku meneguk ludah tanpa sadar.

Ailin : gak usah

Ailin : Ada Ceroline
sama Raisa kok

Jisung : oke, Be carefull

Ailin : thx

Aku mematikan ponsel, sejujurnya agak merasa kesal dengan Jisung, tapi yaudahlah itu urusan dia. Lagian ngapain juga aku penasaran sama hubungannya dengan Lucy.

Tapi, aku tetap aja jengkel! Kenapa dia gak bilang kalau lagi dekat sama Lucy! Tumben-tumbenan.

"Dari siapa? Si Jisung??" Tanya Raisa sepertinya mengintipku tadi membalas pesan Jisung.

"Hm..." jawabku mengangguk saja, sambil meneguk cola membasahi tenggorokanku yang agak seret.

"Kalian pacaran??" Tebak Raisa buat aku tersedak daging ayam.

"Uhuk-uhuk..." aku terbatuk menerima air yang disodorkan Ceroline.

"Ku kira kamu pacarannya sama si Lucas, tapi dilihat dari chattingan kamu sama Jisung, buat aku ragu!" Raisa mengusap bawah dagunya menatapku penasaran.

Aku mendengus kesal. "Dia lagi dekatin si Lucy kali!" Sanggahku agak sebal.

"Ngapain sama Lucy sih, orang dia dekatnya sama kamu. Perhatiannya sama kamu!" Sanggah Raisa buat aku mencibir.

"Ngapain juga aku bohong, lagian cocok kok sama Lucy..." jawabku cuek walau agak keki sendiri.

Aku melirik Ceroline yang hanya diam menyesapi Americano yang tinggal setengah. Gadis itu tampak sedang memikirkan sesuatu yang mengganggunya, dan ekspresi Ceroline juga tampak berbeda.

Deep Inside Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang