Berdiri pada luka yang sama hanya akan ada menambah ribuan luka lainnya.
-Cnuck_Au"Kayanya Mami sama Alea masih lama, dan by the way---Thanks buat malam ini, kalau lo gak datang tadi sok-sok'an ngomeli gue, mungkin yah gue bakalan terjerumus sama hal-hal aneh.. hahaha." Aku tertawa seraya mengusap ujung mataku yang berair.
Aku lagi-lagi menatap bangunan rumahku. Gelap dan sepi. Apa itu kisah akhir rumah ini.
Menjadi gelap dan sepi, dan hanya menjadi saksi bisu kehangatan serta kehampaan rumah itu.
"Hmm, Terimakasih juga udah mau nurut." Sindirnya karna aku sempat hampir ngamuk karna dia tiba-tiba melarangku.
Mark berdiri di depanku. Kulitnya yang putih dan tulang pipinya yang sungguh kontras, kedua bola matanya yang selalu teduh, sejujurnya membuatnya tanpa kusadari
Dia tampan.
"Mark, kalau besok aku ganti peran jadi antagonis, Kamu tetap bakalan bersikap kaya gini terus?" Aku bertanya takut-takut kepadanya.
Mark menaikan alisnya tampak berfikir. "Antagonis?" tanyanya balik.
Aku hanya mengangguk asal, masih penasaran dengan responnya.
"Yaudah, aku bakalan bawa kamu ke jalan yang benar..." hingga sedetik kemudian tawaku dan tawanya pecah bersama, di tengah dinginnya malam.
Siluet lampu dan suara mesin mobil terdengar. Aku refleks melangkah dan menemukan mobil tak asing yang berjalan mendekat kepada kami. Berbeda dengan Mark, dia hanya diam memperhatikan.
Dan tepat ketika mobil itu berhenti, sosok wanita berambut hitam bergelombang keluar dari mobil, berlari cepat dan memeluku sangat erat bersama tangis wanita itu pecah begitu saja.
Aku yang kontan terkejut hanya bisa mematung. Menatap Alea yang tampak menghela nafas kasar, dan melirik Mark yang melipat kedua tangannya menonton.
"Kamu darimana aja sayang, Hm? Ada yang ganggu kamu? jahati kamu? kamu gak kenapa-napa kan??" Tanya Elena bertubi-tubi memegan wajah putri bungsunya yang tampak lusuh dan kacau.
Aku tersenyum menggeleng. Mamah begitu khawatir denganku, bahkan ia menangis karenaku.
Ternyata benar Mamah adalah sosok yang paling berarti.
Berbeda dengan Papah yang dapat aku tebak saat ini dia sedang bercanda tawa dengan keluarga menjijikannya itu.
"Engga Mi, I'm Okay." jawabku ringan.
"Syukurlah, Tapi---- Kamu kenapa hanya pakai sandal? sepatu kamu mana?? Tas kamu??" Tanya Mami mulai panik lagi. "Kamu dirampok??"
Engga Mi.
"Ah, gak tahu dimana.. hehehe..." aku nyengir dan---
PLAK
"Lo bikin gua khawatir kampret!" Itu suara Alea yang dengan teganya menjitak kepalaku.
Aku mengelus kepalaku yang lumayan sakit karna kepalan tangan Alea. "Mi, Kakak nih!" Aku mengadu dengan bibir mengerucut.
"Oh yah, Mark.. Thanks yah.." Ujar Alea kepada Mark yang sedaritadi hanya diam menonton.

KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Inside
Teen FictionMenjadi sosok penderita Gangguan kecemasan kadang menyakitkan. tubuh ini tampak sehat nyatanya remuk di dalam. pikiranku kacau bahkan aku merasa gila, namun pada nyatanya aku masih menepis kuat pikiran mengerikan itu. Aku tidak gila. Hanya saja piki...