"Woaaah!!! Sudah berapa abad kau tidak tidur??? Drama apalagi yang kau lihat sampai kantung matamu seperti monster?" Omel Alea hari ini menghantarku pergi ke sekolah menggunakan mobil.Sebelumnya dia ingin memghantarkan aku dengan sepeda motornya, hingga terjadi drama aneh aku ciptakan, karna aku yang gak berani dibonceng oleh Alea yang lebih mirip setan kalau mengendarai motornya.
"Woi! Ailin! Aku bicara kepadamu, apa yang kau cari ha??" Tanyanya memekik melihatku yang sedaritadi mengecek isi tasku.
"Aku hanya mengecek isi tasku!" Jawabku masih fokus pada isi tasku.
"Masalahnya setiap lima menit sekali kau meriksa tasmu, bodoh!" Umpat Alea.
Aku mendengus keras jadi menolehkan kepalaku pada Alea yang masih menyetir.
Memang sedaritadi aku selalu mengecek isi tasku, bahkan kerap kali disaat aku ingin duduk dengan tenang namun aku tersentak seakan ada barang-barangku yang tertinggal.
○○○
"HAHAHAHA! GILA YAH LO?!" Teriak Ceroline ingin memukul Ailin.
Ailin berdecak, ia memang ntah mengapa merasa agak tersinggung dikatain gila karena memang saat ini ia sedang bermasalah sama mentalnya. Tapi bagaimanapun Ceroline kan hanya bercanda.
"Ck! Udah deh ketawa mulu! Awas lepas amandelmu!" Decaku seraya berdiri kembali ke kursiku.
"Ya kali kamu gak kenal kak Mark! Dia itu cassanova sekolah! Aduuh, kamu selama ini kemana aja sih???" Decak Ceroline gemas.
"Gak kemana-mana!" Balasku datar cuek sambil berkaca memperhatikan mataku. "Raisa, kantung mataku parah banget yah??" Tanyaku menoleh pada Raisa yang lagi asik main ponsel.
Raisa menoleh menatap wajahku sejenak, kemudian mendengus kasar dan mengangguk. "Banget! Kaya gak tidur sebulan! But not offense!" Balasnya.
"Overact!" Cibir Ceroline memutar kursinya.
"Iya sih! Wajahku jadi aneh banget!" Gerutuku sebal karena memang selalu sulit tidur.
Aku berdehem pelan menatap mereka serius, mungkin tidak ada salahnya aku berterus terang dengan mereka. Jujur, ketika aku menemukan Mark Lee aku merasa sedikit lega dan seutuhnya seperti ada yang mengerti tentang keadaanku.
"Kalian punya enggak kaya suatu ketakutan yang aneh dan gak masuk akal?" Tanyaku agak takut-takut.
"Setiap orang pasti punya, tapi tergantung mereka ngehadapi," sahut Ceroline memainkan kukunya.
"Maksudnya?" Tanyaku.
"Ada tipe orang yang ngadepi ketakutannya berlebihan banget sampe nyakiti diri mereka, padahal itu hanya gambaran pikiran yang belum tentu terjadi.." kata Ceroline buat aku terperangah tak percaya dia sebijak dan seluas itu pemikirannya. "Ibaratnya hanya ketakutan tanpa dasar!" Sahutnya santai.
"Emang kamu punya ketakutan kaya apa?" Tanyaku penasaran sama Ceroline.
"Aku takut bumi kiamat!"
Aku dan Raisa refleks mendelik pada Ceroline yang santai saja berbicara masih fokus pada kutek di kukunya.
"Kamu aneh! Yah pasti setiap orang takut lah sama kiamat!" Kata Raisa sebal.
"Nah itu! Makanya aku sering sensitif lihat orang-orang yang ngerusaki bumi!" Ceroline jadi berdecak sebal. "Aku aja kadang kesal lihat orang-orang yang ngelakuin penebangan liar! Mikir enggak sih gimana dampaknya sama bumi! Ck, rasanya kalau aku punya kekuasaan besar, aku bakalan buat lahan besar khusus hutan dan cari orang-orang gak bertanggung jawab itu dengan menggunakan kekuasaanku, terus ngehukum mereka dengan berat!" Celoteh Ceroline panjang lebar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Inside
Teen FictionMenjadi sosok penderita Gangguan kecemasan kadang menyakitkan. tubuh ini tampak sehat nyatanya remuk di dalam. pikiranku kacau bahkan aku merasa gila, namun pada nyatanya aku masih menepis kuat pikiran mengerikan itu. Aku tidak gila. Hanya saja piki...