"Aku duluan deh, kayanya teman-temanmu datang," kata Chenle melihat Ceroline dan Raisa berjalan memasuki Tribun penonton.
"Yaudah, Thanks Sosis Bakarnya..." ujarku tulus membuat Chenle mengangguk.
Aku tadi cuman mengobrol santai dan ringan sama Chenle. Sekedar pembahasan seputar jajanan enak di Kantin dan menu-menu baru Kantin.
Chenle itu jago banget dalam urusan makanan, jadi kalau mau bertanya rekomendasi makanan enak, langsung tanyakan sama dia aja. Walaupun Chenle doyan makan dia engga gendut kok.
"Ailiiin... ini pesananmu!" Raisa memberikan satu bungkus Roti rasa coklat kesukaanku.
Ceroline dan Raisa kini bergerak duduk di samping kanan dan kiriku. Pemandangan pada lapangan basket di depan kami hanya menampilkan beberapa siswa yang bermain basket dengan seragam sekolah, bukan dengan seragam resmi eskul.
"Tadi kamu kemana sih?? Kebiasaan banget ngilang tiba-tiba. Sadar enggak sih Ailin, kamu itu makin kesini makin aneh..." omel Ceroline sambil mengemut permen.
Ceroline Andelin Edelwish. Gadis ini merupakan salah satu siswi yang berasal dari Autralia, Sidney. Dan gak tahu gimana ceritanya dia menjadi sahabatku sejak masa-masa Mos hingga saat ini.
"Hm, kenapa sih? Kamu ada masalah? Come on! Let's talk, what's wrong?" Raisa memegang telapak tanganku, meyakinkanku.
Ternyata mereka sepeka itu terhadapku. Actually aku merasa beruntung memiliki mereka.
Namun tetap saja aku belum siap.
"Ck! Kebiasaan deh!" Decak Ceroline menatapku sebal, namun makin berdecak.
🎵i like me better when i'm with you~🎵
Aku dan Raisa seketika melirik kepada Ceroline. Ponsel gadis itu berbunyi dan menampilkan nama si penelfon.
Mom is call...
"Just a sec yeah Guys! Mommy calling me," katanya meminta izin.
Aku dan Raisa mengangguk mempersihlakan.
"Halo, Mom??"
"..."
"I'm okay, don't worry about me.."
"...."
"Take care Mom, oh by the way.... Papi What's going On at there??"
"...."
"Mom, Don't thinking too much! Lagian yah, Kakak udah ditangani Dokter,"
"..."
"Okay, bye---- Hmm, I love you Mom! See ya... take care... bye"
Ceroline mematikan ponselnya dengan sebal. Aku dan Raisa yang sedaritadi hanya diam memperhatikan komunikasi antara Ibu dan Anak, melalui jarak jauh itu jadi saling lempar tatapan.
Awalnya wajah Ceroline cerah, tapi selanjutnya wajahnya murung.
"Hei! What's wrong?" Tanyaku berbalik memberanikan diri. Aku menyentuh bahu kanan Ceroline yang menurun. "Tadi kayanya kamu Happy.. Ada masalah??" Aku menatapnya khawatir.
"My sister..." katanya sendu. Namun kini Ceroline agak berdecak sebal menutupi wajahnya yang memerah menahan marah.
"Ck, gadis sialan itu harusnya ku apain ya!" Katanya geram bahkan meremas kedua tangannya ingin memukul seseorang.
"Kenapa sih sama Celin?" Tanya Raisa bingung. Celin, nama Kakak perempuan Ceroline. Yeah, Ceroline dan aku sama. Kita sama-sama punya Kakak perempuan, berbeda dengan Raisa dia punya adik laki-laki yang masih SD.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Inside
Dla nastolatkówMenjadi sosok penderita Gangguan kecemasan kadang menyakitkan. tubuh ini tampak sehat nyatanya remuk di dalam. pikiranku kacau bahkan aku merasa gila, namun pada nyatanya aku masih menepis kuat pikiran mengerikan itu. Aku tidak gila. Hanya saja piki...