Pagi itu tak terlalu buruk cuacanya. Semua orang tampak bersuka cita, menikmati cuaca pagi di hari Rabu.Namun tidak bagi satu orang gadis itu.
"Ya! Kenapa harus aku yang ikut nerimanya?!?! Kenapa akuu!!!" Teriaknya nanar menyembunyikan ketakutannya.
Gadis itu hanya diam menatap gadis yang diselimuti kekhawatiran besar itu.
"Seharusnya aku tidak mengenalmu!!! Seharusnya kehidupan sekolahku layak dan bahagia enggak kaya kamu!!" Maki gadis itu tak tahan lagi.
Samping sekolah memang pagi ini tidak terlalu ramai, namun suara berisik kedua gadis itu cukup meramaikan pagi yang masih sepi di lingkup sekolah.
"Lucy, apa kau serendah ini? Kau merasa kau menanggungnya? hei! Bukankah kau yang nenyebar berita ini?" Tantang gadis itu tanpa rasa takut. "Rumor yang kau ciptakan itu pada nyatanya palsu! Sama seperti dirimu! Kau palsu dan egois!" kata Rose tanpa takut.
"Aku psikopat? Hahaha! Bagaimana rasanya dijauhi oleh teman-teman?! Apakah enak ketika mereka terus menghantuimu?? Memukulmu?? Mempermalukanmu?! Bahkan menatapmu sama rendahnya denganku?!" Lanjut Rose mau mendorong bahu gadis itu.
"Dimana hah?! Seorang Lucy bermulut besar?! Kau menyesal pernah berteman denganku??" Tanya Rose menyudutkan gadis itu.
Lucy hanya diam menatap nanar gadis dihadapanya. "Ya! aku menyesal! sangat menyesal!!" Teriaknya namun terkejut melihat Rose yang hampir memukulnya, namun tertahan.
"Dan aku tidak menyesal membuat kau merasakan yang sama dengankuu!!!" Teriak Rose. "Apa kau tidak sadar! setelah berita bodoh itu tersebar luas, aku selalu menyumpahi hidupmu agar lebih buruk dariku. Dan sekarang Lucy, bagaimana rasanya diperlakukan tidak layak seperti manusiawi? Bagaimana rasanya setiap menghadapi hari-hari selanjutnya? apa kau tidak ingin berbagi cerita denganku??" Tantang Rose sangat berbeda dari sikap biasanya.
"Dasar gadis gila!"
"Ya! Aku sedang mewujudkan cerita konyol karyamu! bahwa gadis ini! gadis yang dihadapanmu adalah sosok anak dari pembunuh!! Aku sedang mewujudkan karakter orangtua ceritamu itu!!! Will be a killer?"
Lucy meremas tangannya, tatapan serta ekspresi Rose adalah sesuatu hal lain yang baru ia lihat.
"Dan kau adalah anaknya! Dan kau tahu aku sedang berperan jadi orangtua pembunuh, dan kau yang menanggung resikonya, hahaha! Menyenangkan bukan?!" Rose tertawa gembira membuat Lucy merinding ketakutan, bahkan Lucy kehabisan kata-kata.
"Tenang, aku akan melindungimu!" katanya seraya mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya.
Lucy yang melihat benda itu nyariss terjatuh karna shock.
"YA!!! APA KAU GILA?!?!" Teriak Lucy nanar ketakutan. Hingga kemudian bergetar hebat ketakutan.
"Rose... ka---kau si---siapa??" Gagap Lucy ketakutkan.
"Aku akan memainkan peran yang kau inginkan." Rose tersenyum miring berhasil membuat kedua lutut Lucy melemas.
***
Bisa engga satu hari ini aja gak ada tugas bikin kepala keliyengan?? bahkan yang lebih parah sekarang aku merasa mual dengan tugasnya.
Aku berjalan santai menyusuri koridor sekolah yang lumayan ramai, namun ekor mataku tak elak menatap keramain disana.
Sosok Lucy.
Apalagi yang terjadi dengannya?
Walau aku mematung melihat tanda X di dalam loker gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Inside
Teen FictionMenjadi sosok penderita Gangguan kecemasan kadang menyakitkan. tubuh ini tampak sehat nyatanya remuk di dalam. pikiranku kacau bahkan aku merasa gila, namun pada nyatanya aku masih menepis kuat pikiran mengerikan itu. Aku tidak gila. Hanya saja piki...