26. Melepas Rindu

63 13 2
                                    

Salma mengemas beberapa pakaiannya untuk kembali ke bogor selama dua hari. Sebelum berangkat ke bogor, Salma berencana menemui Aldi untuk berpamitan.

Salma menuruni tangga satu per satu menuju lantai bawah. Ia melihat Warda sedang meminum teh hangat seraya membaca koran.

"Emak," panggil Salma.

Warda melirik Salma yang pagi-pagi sudah rapi di hari weekend begini. "Tumben pagi-pagi udah rapi?" tanya Warda, yang biasanya melihat cucunya itu selalu rebahan ketika Weekend.

"Salma sama Satya mau ke bogor dua hari, ya?" ijin Salma

"Mau ngapain?" tanya Warda.

"Kangen sama bunda, hehehe," alibi Salma, karena ia tidak mungkin memberitahu bahwa Rigel lah di balik semuanya. Ia tidak mau jika orang tuanya khawatir dengannya.

"Kamu gak bohong 'kan?" tanya Warda curiga.

"Sal! lo udah siap?" sahut Satya.

Salma bersyukur dalam hati, karena ada Satya yang mengalihkan perbincangan.

"Udah, yuk," ajak Salma.

"Ma, Salma pergi dulu, ya," pamit Salma seraya mencium punggung tangan Warda.

"Oma, Satya juga pamit ya," pamit Satya yang ikut menciumpunggung tangan Warda.

Warda mencium pucuk kepala cucunya satu per satu. "Iya, hati-hati, ya," ujar Warda.

"Assalamualaikum," ujar Salma dan Satya bersamaan.

"Waalaikumsalam," balas Warda.

°•°•°•°•°•°

Saat ini, Salma dan Satya sudah berada di kota bogor, yang dikenal sebagai kota hujan. Perjalanan dari kota kembang---bandung menuju kota hujan---bogor, hanya membutuhkan waktu empat jam, itu pun jika tidak macet.

Sebelum menuju ke bogor, Salma terlebih dahulu berpamitan kepada Aldi, yang notabenenya adalah pacar barunya.

Masih anget nih wkwkw

Salma dan Satya sedang menunggu Arkan dan Gilang di taman 'SAGISGEL' taman yang memiliki kepanjangan 'Salma, Arkan, Gilang, Satya, Rigel. Taman itu mereka buat di dekat danau saat mereka berumur empat tahun. Di taman itu terdapat sebuah rumah pohon dan beberapa ayunan, seluncuran, jungkit-jungkit, yang mereka sediakan sebagai warisan persahabatan mereka kepada anak-anak mereka kelak.

Tetapi semuanya tidaklah sesuai rencana. Salah satu mereka telah berkhianat karena cinta.

Arkan dan Gilang, memerintahkannya untuk menunggu di sana.

"Arkan sama Gilang, udah nemuin lokasi di mana si pengecut itu berada," ujar Satya seraya duduk di rumah pohon.

"Cepat lah! tangan gue udah gak sabar buat racik ginjalnya," celetuk Salma greget.

"Jahat amat," balas Satya.

"Asal lo tau. Gue bakal baik sama orang itu kalau orang itu juga baik sama gue. Dan sebaliknya, kalau dia jahat maka gue akan lebih jahat," jelas Salma dengan tatapan tajam.

Suara motor menggema di gendang telinga Salma. Dan ternyata itu adalah Arkan dan Gilang.

Arkan dan Gilang, menuruni motornya, kemudian memeluk Salma secara bersamaan.

"Gimana kabar lo?" tanya Arkan seraya mengelus lembut rambut Salma. Memang tidak pernah berubah.

Cup!

Gilang mencium pipi Salma. "Gue kangen sama lo," ujarnya seraya memeluk Salma.

"Gilang! jijik anjir!" pekik Salma.

Gilang memeluk Salma dengan erat. "Gue tuh kangen sama lo."

"Engap anjir!" pekik Salma seraya melepas pelukannya.

"Inilah yang dinamakan melepas rindu," ujar Gilang

"Bukan hanya rindu! pelukan lo juga bisa melepas nyawa gue!"

Setelahnya mereka tertawa menikmati kebersamaan dan melupakan segala masalah dari salah satu pengkhianat.

TBC
Hallo gaes. Maaf ya kalau kurang.
Kalian bisa komen kalau ada kesalahan.
2 minggu ke depan kemungkinan aku belum bisa UP. Soalnya lagi ada
praktek, tapi bukan berarti kalian lupa sama cerita aku ya.

Part berikutnya bakal bikin kalian darah tinggi. Makanya tungguin 2 minggu lagi ya.

Aku sayang kalian!

Destiny ( Takdir )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang