10. Pindah

202 34 9
                                    

Don't be a silent reader!
Budayakan untuk meninggalkan jejak jika kalian suka ceritanya🐾🐾🐾

Don't be a silent reader!Budayakan untuk meninggalkan jejak jika kalian suka ceritanya🐾🐾🐾

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🏞Happy Reading🏞

Di pagi hari ini Salma, sudah asyik bergoyang menikmati lantunan musik dangdut ala-ala anak tiktok jaman sekarang katanya.

Tarik sist!
Semongko.

Kini tinggal aku sendiri
Hanya berteman dengan sepi
Menanti dirimu kembali
Di sini ku terus menanti
Hoooo ....

Salma terus menikamti lagu tersebut seraya bergoyang. Pikirannya sudah bebas. Ia sudah tidak memikirkan Rigel si lelaki sialan itu.

Pagi ini ia akan segera berangkat dari bogor ke bandung. Sedangkan ia belum sama sekali bersiap-siap. Mandi saja belum.

Di rumahnya sudah heboh dengan kehadiran Arkan dan Gilang. Mereka sudah mengetahui Salma yang memutuskan untuk pergi ke bandung. Tetapi mereka tidak ingin memberitahu Rigel, toh buat apa? dia sudah menjadi kacang lupa kulitnya.

"Salma," panggil Andin.

Salma menolehkan kepalanya. "Iya, Bun?"

Andin berjalan mendekati Salma. Dielusnya rambut Salma dengan lembut. "Kamu yakin, mau tinggalin Bunda sama Ayah? nanti Bunda gak ada temen ribut dong, Satya juga kan ikut," ucap Andin. Salma terdiam.

"Bunda, jangan gitu dong," lirih Salma.

"Emangnya kamu kenapa, sampai memutuskan untuk tinggal di Bandung?" tanya Andin yang belum tahu menahu masalah Salma. Karena Salma tidak mau melibatkan orang tuanya dalam urusannya, yang menurutnya tidak perlu dibesarkan.

"Aku ... mau cari pengalaman. Ya, pengalaman!" jawab Salma kikuk.

"Bunda berasa gak punya anak. Semua anak bunda tinggalin Bunda ke bandung semua!" rajuk Andin yang mendapat kekehan dari Salma.

"Makanya bikinin Salma sama Satya adek. Nah sekarang Bunda bebas mau ngapain juga sama Ayah, Jangan lupa bikin adek ya Bun, Hahaha!" ujar Salma dan segera berlari sebelum teriakan maut sang Bunda menggelegar.

"SALMA!"

***

Salma berjalan ke ruang tengah, menghampiri kedua sahabatnya, seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

Gilang menatap Salma yang menghampiri mereka. "Salma, gue minta maaf, gak bisa anter Lo ke bandung," ujar Gilang meringis seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Salma mengerutkan dahinya. "Kenapa?"

"Em ... Dania minta anter ke Mall," jawab Gilang tidak enak.

Salma yang mendengar penuturan Gilang barusan, ia tersenyum tipis. Dulu, dirinya selalu dijadikan prioritas di tengah-tengah ketiga sahabatnya, dan sekarang satu per satu mulai berubah karena cinta. Salma bukannya egois yang ingin selalu diperhatikan dan diprioritaskan, tetapi ia hanya berpikir, 'Apa dirinya sudah tidak penting lagi?'

Destiny ( Takdir )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang