Tertawa tapi tidak bahagia.
Selalu ada tetapi tidak menjadi prioritas.
Tegar tetapi rapuh.
Menangis pun tidak ada yang peduli.
Sebenarnya hidupku ini untuk apa? untuk berpura-pura bahagia?D E S T I N Y
•
☆
•Don't be a silent reader!
Kalian boleh tinggalkan jejaknya jika kalian suka sama ceritanya. Terima kasih. Lavyuu❤
🌃HAPPY READING🌃Author POV
Siang telah berganti malam, menutup hari yang lelah. Semua hari-hari yang penuh rintangan, sejenak beristirahat di tengah gelapnya malam.
Nabastala malam yang terlihat dahayu, ditemani lintang serta indurasmi yang terlihat saling melengkapi. Cahaya begitu menenangkan, menikmati malam dengan
ribuan bintang.Salma saat ini sedang berada di balkon kamarnya. Menikmati indahnya malam. Hembusan angin malam menerpa wajahnya, mengibaskan rambut indahnya.
Luka di tangganya sudah mengering, tetapi luka di hatinya mungkin tidak akan mengering-ah ralat! hanya saja butuh waktu lama untuk mengeringkan luka hatinya.
Salma menyeruput Flat white seraya membaca Novel. Salma sangat menyukai minuman itu, apalagi ditemani para tumukan Novel best seller. Hal itu membuatnya semakin malas untuk beranjak. Istilah anak jaman sekarang mah katanya sudah 'PW' alias posisi wuenak, yang nyatanya posisi Enak.
Tok-tok-tok
Suara ketukan pintu membuatnya mengalihkan perhatiannya. Kemudian Salma berjalan menuju pintu. Dibukanya pintu tersebut, yang menampakan seorang lelaki tampan bertubuh jangkung.
Salma berhambur ke dalam pelukan lelaki itu.
Salma menangis, entah karena apa. Lelaki itu membalas pelukan Salma dengan erat seolah melepas rindu yang amat berat."Satya," lirih Salma di tengah isakannya.
Lelaki itu adalah Satya-kembaran Salma. Ia sering berkunjung dari bandung ke bogor selama satu bulan dua kali. Hal itu membuat Salma tak bebas untuk bercerita tentang kisah yang dirinya lewati.
"Hey! Kembaran gue kenapa nih?" Satya melepaskan pelukannya lalu menangkup wajah Salma yang memperlihatkan matanya yang sembab.
"Gue kangen, Lo." jiwa manja Salma mulai keluar ketika berada dekat Satya.
"Dih biasanya juga ngajak berantem!" cibir Satya. "Jujur sama Gue, ada apa?" lanjutnya.
Salma mengusap air matanya. "Nggak ada abang kembarku sayang," kilah Salma.
"Beneran?" tanya Satya tidak yakin.
"Iya Bang Sat!" ucap Salma meyakinkan.
"Gimana sekolah Lo?" tanya Satya. Salma yang ditanya pun hanya diam saja. Ingin berbohong tetapi takut dosanya bertambah. Ingin jujur tetapi takut kembarannya mengkhawatirkan dirinya.
"Salma!" panggil Satya dengan nada naik satu oktaf.
"Rigel," ucap Salma refleks lalu menutup mulutnya. "Rigel? sahabat Lo bukan? kenapa sama dia?" tanya Satya.
"Gu-gue nggak tahu," jawab Salma gugup. Ia merasa gugup dan takut. Gugup karena bingung akan menjawab apa, dan takut karena Kembarannya akan mengkhawatirkan dirinya dan berbuat semuanya. Satya akan melakukan apa saja jika menyangkut Salma. Satya sangat menyayangi kembarannya.
"Yaudah kalau Lo belum siap cerita gak apa-apa, tapi kalau Lo mau cerita bilang sama Gue."
Salma merasa sangat beruntung memiliki kakak kembaran laki-laki yang sangat menyayanginya walaupun menyebalkan.
"Nanti kalau Lo masih di Bandung?" tanya Salma.
"Gue pulang. Demi tuan putri haha!" jawab Satya.
"Yaudah sekarang Lo tidur. Jangan nangis terus, nanti tambah kurus gue gak mau punya kembaran kerempeng!" ejek Satya. Salma yang tidak terima pun berteriak. tubuhnya yang body goals ini masa disebut kerempeng! mungkin si Satya lagi sakit mata ya?!
"BUNDA SI BANG SAT NIH TEGA LEDEKIN AKU!" teriak Salma dengan suara toa miliknya yang terdengar sampai lantai bawah.
"GAK APA-APA BIAR BUNDA CINCANG DIA! KAMU TENANG AJA DEK," sahut Andin---bunda.
"Tega banget sama gue Lo mah Sal!" lirih Satya sok sedih, dan berlalu meninggalkan Salma yang tertawa lepas. Satya rela jika harus dicincang, asalkan kembarannya itu bahagia.
Satya Best brother!
***
Pagi-pagi sekali Salma sudah dibangunkan oleh teriakan kembarannya-Satya.
"SALMA! BANGUN LO!" teriak Satya seraya memukul-mukul panci dengan spatula.
"Berisik BANG SAT!" kesal Salma.
"Bisa gak kalau mau nyebut gue 'Abang' gak udah pake Sat. Jadi negatif thinking nih gue!" ujar Satya tak terima.
"Terus Lo mau gue panggil apa? Kang Sat? akang Satya!" jengah Salma dan kembali menutup matanya. "Heh Lo! malah molor lagi! bangun Lo kebo!" desis Satya seraya memukul kepala Salma dengan spatula.
"BUNDA! SI SATYA NYEBELIN!" rengek Salma dengan teriakannya.
"Mau Lo teriak pake toa tahu bulat juga, bunda gak bakal dengar!"
"Emangnya kenapa? suka-suka gue lah!" sinis Salma seraya melempar Satya dengan bantal.
Satya menatap jijik bantal tersebut. "Buset! Bantal Lo bau iler anjir!"
"Heh! Lo enak aja kalau ngomong! mau gue gorok pake parutan?" Salma tidak terima.
"Kalau Lo gorok gue, nanti siapa yang nyantet Lo?" seloroh Satya. "Buset dah kembaran laknat Lo!" cibir Salma.
"Bund-"
"Bunda lagi pergi ke mall sama Ayah, katanya mau beli Skincare sama Novel!" ucap Satya memanas-manasi. "Lo gak usah boong!"
"Yeh gak percaya! cari aja sampe ujung kloset, juga gak bakal ketemu!" desis Satya dan berlalu pergi meninggalkan Salma seorang diri yang sedang menahan amarah atas kelakuan kembarannya yang sangat menyebalkan.
"Kayaknya gue perlu dukunin Lo ke dukun beranak deh Satya. Biar gak nyebelin!" monolog Salma dan melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda.
Hai!
Jangan lupa buat Vote, Komen, Tambah library kalian dan Share ke teman-teman kalian untuk mampir ke ceritaku hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny ( Takdir )
Teen Fiction"Jika mencintaimu hanya membuatku terluka, aku lebih memilih menyerah daripada harus memperjuangkan sebuah luka."~Salma Deepshika Manusia hidup dengan segala masalahnya, dan tumbuh bersama luka pada dirinya, jika kamu melihat manusia yang hidupnya s...