27. Alasan

78 11 8
                                    

Hallo!
Gue dan cerita acak-acakan ini kembali hehe.

Jadi di part ini banyak adegan kekerasan sama kata-kata kasar ya. Gue cuma mau ingatkan, yang di bawah umur, dan yang gak suka kasar-kasar, mending jangan baca ya.

Kenapa aku pake kata-kata kasar? karena du part ini tuh berantam si Salma and Rigel, guys!

Oke intinya gue udah ingatkan ya!

Salma bangun dari tidurnya. Salma mengikat rambutnya asal. Ia berlari menuju kamar mandi untuk mencuci muka.

Ia bercermin di kamar mandi. Ia menatap wajahnya sendiri. "Rigel, Rigel. Kalau Lo mau bikin gue hancur, lo akan gue bikin lebih hancur, sialan!" ujarnya tanpa sadar mengumpat, seraya mengeratkan tangannya pada wastafel.

Salma menerawang kejadian beberapa bulan lalu, di mana ia ditampar sangat keras, ditusuk oleh perkataan menyakitkan, dicaci, dihina oleh Rigel. Salma kadang merasa jijik kepada dirinya sendiri, kenapa ia sangat lemah diperlakukan seperti itu? bukannya melawan tapi malah menangis.

"Se lemah itu gue dulu? menangisi lelaki gak tahu diri."

°•°•°•°•°

Salma menuruni tangga menuju dapur, hanya untuk sekedar sarapan. Di ruang makan, Salma menemukan ke dua orang tuanya, tak lupa ada Satya.

Salma berjalan ke arah mereka. "Good morning, All!" sapanya seraya mengecup pipi ke dua orang tuanya.

"Morning, sayang," jawab Tama dan Andin bersamaan.

"Isuk," celetuk Satya
(Pagi)

Tama menatap Salma yang sudah rapi, dengan casual khasnya, yaitu; Hoodie dan celana jeans, serta snackers.

"Udah rapi, mau ke mana?" tanya Tama.

"Mau ke mall," jawab Salma seraya mengoleskan roti dengan selai kacang.

"Rapi sih rapi, tapi ... udah mandi belum?" ejek Andin yang mengetahui sisi buruk Salma, yaitu, berpakaian rapi tetapi belum mandi.

"Belum mandi juga, aku mah wangi," jawab Salma.

°•°•°•°•°•°•°•°

Salma berjalan menyusuri mall seraya membawa beberapa totebag yang berisi beberapa novel, tas, sepatu, dan pakaian yang ia beli. Salma memakaikan earphone di ke dua telinganya. (Plak! yaiyalah, yakali di hidung;)

Salma berjalan tanpa memperhatikan arah, hingga.

Bruk!

Ia menabrak seseorang, dan seluruh belanjaannya jatuh berserakan.

"Maaf," ujar Salma seraya merapikan belanjaannya.

"Lo jalan gak pake mata, ya?!" sarkas orang tersebut. Salma terkejut dengan suara itu.

Salma mendongkakan kepalanya, hingga ia langsung terkejut.

"Rigel."

"Eh lo? gue kira udah mati," celetuk Rigel membuat amarah Salma memuncak, tetapi Salma segera menahannya

Destiny ( Takdir )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang