Don't be a silent reader!!!
🏞HAPPY READING🏞Salma berlari menuju danau. Karena tepat sekali taman itu bersebelahan dengan danau.
Salma menangis sesegukan. Ia mengusap air matanya kasar, lalu duduk di tengah-tengah rerumputan. Ia kecewa, ia benci, ia sakit.
"Kenapa Lo, berubah," monolog Salma dengan air mata yang terus membasahi pipinya.
"GUE BENCI LO, RIGEL!" teriak Salma dengan keras, seraya melempar batu ke arah danau.
"Mana sahabat gue yang lemah lembut? Mana? Dia kasar. Dia bukan Sahabat. Dia iblis!" lirih Salma seraya terus melempar batu.
"Kenapa dunia ini sangat kejam?" tanya Salma seorang diri.
"Bukan dunia yang kejam, tetapi Lo sedang dilatih untuk bersabar, dan sampai mana batas kesabaran Lo," celetuk seseorang dari belakang Salma.
Salma membalikan kepalanya. Seorang lelaki berperawakan jangkung dan tampan. Tapi, Salma tidak mengenalinya. Siapa dia?
"Lo nguping ya!" tuduh Salma seraya menghapus air matanya.
"Gue? nguping? gak guna dengerin orang yang lagi patah hati!" balas lelaki itu.
Salma menatap lelaki Itu dengan jengkel. Di saat dirinya sedang patah hati, malah datang makhluk tak diundang yang sangat menyebalkan ini. "Itu Lo tau semuanya!"
"Karena gue punya telinga!" balas lelaki itu seraya ikut duduk di samping Salma. Sedangkan Salma, menatap hal itu dengan malas.
"Lo---"
"Haha! gue liat adegan tadi, ngakak juga ya. Belum jadian aja udah sakit hati duluan. Apalagi kalau Lo udah jadian ama tu cowok, pasti hati Lo bakalan ancur melebihi kerikil rel kereta api, " ujar lelaki itu membuat Salma membelakan matanya kaget.
Jadi ... sedari tadi lelaki itu menguntit?
"Lo ngintip Ya! Lo penguntit!" tuding Salma.
"Gue punya mata, dan gue gak ngintip. Gue punya kaki, dan gue gak nguntitin Lo. Jadi terserah mata gue mau liat apa aja dan terserah kaki gue mau ke mana aja lah. Lo kok ribet sih!" papar lelaki itu.
"Lo gak usah ikut campur urusan gue!" tekan Salma.
Lelaki itu tersenyum manis. Sangat manis membuat Salma terhipnotis tetapi tak lama ia sadar. "Gue berhak ikut campur urusan Lo, karena gue masa depan Lo," ujar lelaki itu membuat Salma membulatkan mulutnya seperti huruf 'O'
Salma seperti orang salah tingkah. Ia gugup. Heh! sadar! Kenapa gugup?
"Lo gak usah salting deh. Gue tau gue ganteng," ucap Lelaki itu percaya diri seraya menaik turunkan alisnya, membuat Salma muak.
"Eh iya!" celetuknya seraya mengangkat jari telunjuknya ke atas udara.
Salma melirik lelaki itu. "Apa?" tanya Salma.
"Gak mau lanjut, acara nangisnya?" tanya jawab lelaki itu meledek Salma.
Salma berdecak sebal, kenapa lelaki di sampingnya ini sangat menyebalkan?
"Saran gue, Lo gak usah buang-buang air mata Lo cuma buat lelaki gak tahu diri itu dan gak mikirin perasaan Lo. Sayang air matanya, simpen aja. Nanti buat hari bahagia kita, ntar Lo terharu nangis lagi, tapi bedanya, nangis bahagia," ujar lelaki itu dengan ngawur. Apa maksudnya coba?
"Ish! pergi Lo! gue harap gak bakal ketemu sama manusia seperti Lo itu! gak jelas dasar!" serang Salma seraya mendorong lelaki itu.
Lelaki itu terbahak. "Gue sumpahin kita ketemu lagi, gak ada yang tahu kalau kita jodoh bukan?"
"Gak! Gak! gue gak mau punya jodoh gesrek kaya Lo!"
"Abang!"
Teriak Seorang Bocah laki-laki seraya memegang satu gulali. yang perkiraan berumur empat tahun itu, menghampiri Salma, em ralat---Lebih tepatnya menghampiri Lelaki itu.
"Udah?" tanya lelaki itu kepada bocah barusan. Bocah itu megangguk. "Udah," jawabnya.
Bocah itu melirik Salma. "Kakak cantik ini siapa?" tanyanya.
"Em ... Aku Salma," jawab Salma.
"Oh namanya Salma. Makasih ya dek udah tanyain," ujar lelaki itu. Salma berdecak.
"Kak Salma, mau gak jadi pacar kakak aku?" Salma yang diberi pertanyaan itu pun membelakan matanya kaget. Bocah empat tahun, sudah tahu pacar?
"Udah dek, tenang aja, Kak Salma mau kok, jangan digodain, nanti perasaanya panas dingin," ujar Lelaki itu membuat Salma ingin memusnahkannya dari dunia oren ini.
"Lo---"
Sebelum ucapan Salma selesai. Lelaki itu lebih cepat menyelanya. "Yok dek! kita pulang, takutnya Kak Salma mati kebaperan kan repot," ajak lelaki itu seraya menggendong bocah lanang itu.
Setelah kepergian kedua manusia menyebalkan itu. Salma merasa dirinya kembali lebih baik. Ia sudah tidak sedih. Ia sudah tidak ambil pusing masalah Rigel. Toh benar kata lelaki tadi. Tidak perlu membuang air mata untuk lelaki yang tidak memikirkan perasaan kita.
Salma beranjak dari duduknya, dan membalikan matanya. Ada Aruna di sana. "Sal, gue minta maaf ya. Gara-gara gue, Lo berantam sama Rigel," ujar Aruna setelah berada di hadapan Salma.
Salma tersenyum. "Lo gak salah. Malah gue terima kasih banget sama Lo, karena udah bikin gue tahu sifat Rigel yang sebenarnya," jawab Salma seraya memeluk Aruna.
Aruna membalas pelukan itu. "Gue gak bermaksud," lirih Aruna seraya menangis pelan.
"Gue gak apa-apa Runa," balas Salma, lagi-lagi meneteskan air matanya.
"Lo mah gak apa-apa mulu!"
"Kita memang bisa apa, selain gapapa. Lagi pula, nasi sudah menjadi bubur. Dan gue juga gak apa-apa," balas Salma.
"Gue yakin, Lo bisa lewati semuanya!" ujar Aruna memberi semangat.
"Eh BTW Lo kok bisa tahu semuanya?" tanya Salma yang masih tidak tahu kalau Aruna mengetahui semuanya.
"Malam itu ...."
TBC!
Kalau kalian suka sama ceritanya, jangan lupa buat tinggalkan jejak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny ( Takdir )
Fiksi Remaja"Jika mencintaimu hanya membuatku terluka, aku lebih memilih menyerah daripada harus memperjuangkan sebuah luka."~Salma Deepshika Manusia hidup dengan segala masalahnya, dan tumbuh bersama luka pada dirinya, jika kamu melihat manusia yang hidupnya s...