12. What, Dia lagi?

167 27 18
                                    

Jangan jadi pembaca diam!

Salma mengikat rambutnya cepol kuda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salma mengikat rambutnya cepol kuda. Kemudian ia memoleskan sedikit liptint, lalu memakaikan sunscreen di area wajahnya.

Gini-gini juga, Salma suka Skincare an Loh gak kalian doang yang suka.

Hari ini adalah hari pertama Salma untuk berangkat ke sekolah barunya. Ia sangat semangat, kata Satya banyak Cogan dan ia harus dandan cantik, walaupun wajahnya sudah cantik natural. Salma tidak boleh menyia-nyiakan kecantikannya. Manfaatkan untuk tebar pesona ya guys!

"SALMA!" teriak Satya. Salma berdecak. "Ck! berisik!"

"Cepet ke bawah! lama banget Lo! gausah dandan deh Lo! kalau Lo dandan jadinya kaya ondel-ondel," ujar Satya membuat Salma kesal. Apa? dirinya disamakan dengan ondel-ondel? kurang ajar! bangsul!

"Heh Lo kalau ngomong itu-"

"Cepet! Oma sama Opa nungguin!" sela Satya memotong ucapan Salma.

"Emak Abah. Bukan Oma Opa," koreksi Salma.

"Norak!"

"Ish! kita itu harus-"

Satya kembali memotong ucapan Salma sebelum kembarannya mengoceh panjang kali lebar. "Cepetan atau gue tinggal?!"

"Iya-iya. Dasar titisan kera!"

"Kalau gue titisan kera, Lo titisan apa? gorila?" ujar Satya dan berlalu pergi sebelum perdebatan semakin melebar ke mana-mana.

***

Salma menuruni tangga satu per satu. Lalu melangkahkan kakinya menuju meja makan yang terhubung dengan dapur.

Terlihat Emak Abah dan Satya yang sedang menunggunya. Salma tersenyum hangat.

"Selamat pagi emak. Selamat pagi abah. Mentari pagi ini, berseri indah," ujar Salma menyanyikan lagu Harta berharga. Pasti tahu dong kaya gimana wkwk.

Warda dan Sultan tersenyum melihat cucu cantiknya yang terlihat berseri. Berbeda dengan Satya yang terlihat kesal.

"Pilih kasih!" ujar Satya pelan yang masih terdengar oleh Sultan dan Warda.

"Haha, kamu cemburu sama kembaran kamu? sini mau apa?" tanya Warda.

"Mau minta beliin mobil. Ayah gak beliin. Pelit!" ujar Satya layaknya bocah yang meminta dibelikan permen.

"Mau mobil? buat apa? masih ada motor!" ujar Sultan..

"Iya, mau mobil. Buat gaya lah Opa. Biar seperti si Vino, woah gayanya hebat!" seru Satya.

"Mau bergaya? pake duit orang tua? gak malu? Gausah banyak gaya, kalau jajan aja masih minta ke orang tua. Bukannya gaya, kesannya malah malu-maluin. Kalau mau gaya cari duit sendiri, biar ada kebanggan diri sendiri," ujar Sultan dengan nada dingin. Ucapannya selalu nyelekit, tetapi Satya tidak ambil perasaan, alias baper. Kakeknya itu memang seperti ini.

Destiny ( Takdir )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang