29. Lagi dan lagi

30 7 0
                                    

"Sayang, kamu kesambet apa sih? kok tiba-tiba manis?" celetuk Aldi tanpa difilter.

Salma melotot tak terima dengan ucapan Aldi. Ia berniat marah, tetapi ia tahan, ia akan membuat semuanya lebih asik. Ia akan membuat Aldi si mental tape itu baper dan makin bucin kepadanya.

Salma memeluk Aldi. "Kamu udah makan?" tanya Salma seraya menatap Aldi,

Aldi seperti orang yang terhipnotis oleh perlakuan manis Salma. Salma yang selama ini ia perhatikan adalah gadis judes dengan tingkah bar-barnya, tapi sekarang? bersikap manis, Bagaimana Aldi tidak terhipnotis kalau begini caranya.

Aldi menggeleng seraya menatap balik Salma.

Salma melepas pelukannya, lalu menuntun Aldi duduk di sofa yang terdapat di ruangan tersebut.

"Aku bawa makanan buat kamu," celetuk Salma, serya membuka totebag, yang berisi makanan.

Aldi merebut makanan itu, kemudian memakannya dengan lahap. "Hilih! pasti lo beli," ujar Aldi tak percaya, membuat Salma kesal.

"Tadi aja manis kaya gula jawa, sekarang mirip cabe busuk," gerutu Salma, yang masih bisa didengar oleh Aldi.

Aldi tersenyum. "Becanda, sayang," sahut Aldi seraya memeluk Salma.

Salma mengernyitkan dahinya. "Kalo dipikir-pikir, kalo kita manis-manisan tuh, kaya alay-alay gimana gitu, Al. Mending nyolot aja kali ya?"

"Disaat cewek lain pengen diberi hal-hal manis, lo malah mau yang menegangkan."

"Menegangkan gimana?" tanya Salma.

"Ya lo mau yang nyolot? yang ada berantem, terus kelewatan, terus putus, gimana gak tegang, ketika hal itu aja mengancam hubungan kita,"

"Elah si abang, makin mirip buaya aja," seloroh Salma seraya mencubit perut Aldi, membuat Aldi meringis kesakitan.

"Aw! sakit."

Salma yang sadar bahwa daerah perut Aldi belum sembuh total pun, ia dibuat panik.

"Al--aldi, maaf, gue lupa," ujar Salma panik.

Tanpa diduga, Salma menangis. "Hiks ... Aldi, gak sengaja, hiks."

Aldi yang tak tega melihat Salma, yang merasa bersalah pun, mengembalikan raut wajahnya seperti semula, walau daerah perutnya terasa sakit.

"Hey! kenapa nangis? gue baik-baik aja," ujar Aldi mencengangkan salma, seraya mengusap air matanya.

"Udah jangan nangis, nanti cantiknya ilang, nanti gue berpaling dari lo," gurau Aldi, tetapi Salma tak memperdulikan hal itu, kesembuhan Aldi nomer satu baginya.

"Beneran gak sakit?" tanya Salma, yang masih merasa khawatir.

Aldi mencubit gemas pipi Salma. "Enggak sayang," jawabnya greget.

Kruyuk!

Perut Salma berbunyi, membuatnya malu, sedangkan Aldi malah tertawa. "Hahah! lo laper?"

"Enggak ih!" elak Salma.

"Makanan yang kamu bawa udah abis, terus mau makan apa?" tanya Aldi.

"Di dapur kamu ada apa? ada bahan masakan gak?" tanya Salma.

"Banyak, udah kaya pasar, anggap aja kaya rumah sendiri, gausah sungkan beb."

Salma tidak meladeni Aldi, ia lebih memilih ke dapur untuk memasak sesuatu.

Tak lama, Aldi menyusul Salma menuju dapur, sesampainya di dapur, Aldi menatap Salma yang sibuk memilih bahan makanan.

"Rek masak naon, geulis?" tanya Aldi.
(Mau masak apa cantik?)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Destiny ( Takdir )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang