Ex - Three

469 49 1
                                    



Tepat pukul tujuh pagi Jeongguk sudah rapih lengkap dengan tas yang berisi buku catatan juga beberapa kepentingan lainnya untuk kuliah, seperti biasa saat mendapat kelas pagi Jeongguk akan bangun lebih awal juga membuat sarapannya sendiri untuk dimakan di bis nanti. Mungkin lebih tepatnya ini bisa dibilang kebiasaan baru sebab kebiasaan lamanya adalah menunggu Taehyung di teras kos nya dengan sekotak bekal berisi sandwich atau nasi goreng dan segelas susu stawaberry kesukaan keduanya.

Kini kebiasaan lamanya itu mulai tak lagi mudah untuk ia lakukkan terlebih dengan Taehyung yang kini sudah bukan menjadi prioritasnya, hanya bisa berharap sakit hatinya segera menghilang, berharap semua kenangan manis dan buruk yang ia alami bersama Taehyung perlahan pergi dari hidupnya. Jeongguk sangat lelah jika terus memikirkan hal itu sampai berlarut larut, hal itu hanya akan membuatnya letih sendiri lalu menangis hingga pagi.

Meskipun Mingyu bilang sulit untuk melupakan semuanya tapi Jeongguk masih terus berusaha untuk menghilangkannya dengan cara menghindar dan menjauhi kontak secara langsung dengan Taehyung, menghindari obrolan apapun atau bahkan berisi tatap. Ia masih sayang dirinya terlebih hati yang berkali kali pernah rapuh karena Taehyung, Jeongguk hanya tak mau kejadiannya terulang sampai dua kali kalau dirinya terus menerima Taehyung berada di sekitarnya.

Seperti semalam dimana Jeongguk yang menangis sepanjang perjalanan pulang dengan Beomgyu sebab memikirkan haruskah ia buang dan kembalikkan semua yang pernah membuatnya terlampau bahagia dulu, 1001 opini bersarang di kepalanya seakan penuh akan perdebatan panjang yang tak akan berhenti kalau Jeongguk tidak segera bertindak. Dan pada akhirnya jalan yang ia pilih adalah mengikuti egonya sendiri dengan mengemas semua barang yang ia simpan rapat rapat dan memberikannya pada Beomgyu untuk disampaikan pada Taehyung.

Foto, baju, gelang dan benda lainnya turut ia masukkan ke dalam kardus coklat kecuali satu foto yang begitu enggan ia kembalikkan, lebih memilih untuk menempelkannya ke dalam buku kecil lalu diletakkan di bawah laci. Jeongguk masih begitu suka memandanginya terlebih kenangan yang masih apik tersimpan di dalam ingatannya.

Sampai kesadarannya kembali datang sesaat dirinya tiba di halaman parkir depan gedung fakultasnya, Jeongguk melangkahkan kakinya masuk ke dalam lorong yang menghubungkan kedua gedung dengan fakultas yang berbeda. Semuanya masih tampak sepi hanya ia dan beberapa orang lainnya yang tengah sibuk bercengkrama sesekali menyapa Jeongguk untuk ucapkan selamat pagi dan dibalas senyum super hangat.

"Jeongguk." sesaat langkahnya langsung terhenti begitu ada seseorang yang menyebut namanya dengan lantang, menoleh dan terkejut sekaligus takut mengapa Taehyung datang sepagi ini untuk menemui dirinya.

Dirinya semakin mundur menjauh dari Taehyung tapi seakan tubuhnya susah untuk diajak bekerja sama, terpaku di tempat sampai akhirnya Taehyung mampu mendekat dan memberikan beberapa lembar map pada Jeongguk.

"Itu daftar anggotanya gue lupa forward ke lo kemarin jadi sekalian gue print."

Jeongguk masih diam memandang beberapa map yang Taehyung ulurkan, jantungnya masih berdegup kencang sekaligus takut begitu melihat beberapa luka kemerahan pada punggung tangan Taehyung. Ia tahu mantan kekasihnya bisa saja bertindak arogan saat sedang kacau terlebih kesal dan itu buat Jeongguk bertanya tanya tentang sebab apa Taehyung kembali kumat.

"Gguk?"

"Ah iya thank you tae."

Lalu keduanya kembali diam tanpa mau saling pergi padahal niat Taehyung berangkat pagi hanya untuk memberikan beberapa tugas yang kemarin lupa ia kirim, tapi sekarang seakan berat untuk meninggalkan seseorang yang begitu ingin ia lihat lama lama tanpa bosan sedikitpun.

"Tangan lo .... kenapa?" tiba tiba Jeongguk membuka pembicaraan dengan topik punggung tangannya yang memerah pekat, lantas segera ia tutupi dengan balutan jaket yang ia pakai. "Gue udah liat lo telat tutupinnya."

Ex - V𝓀𝑜𝑜𝓀 ☽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang