Ex - Twenty nine

288 33 0
                                    


"1+1 berapa sa?"

"Sebeyas!"

Jackson menghela nafasnya lalu melempar Jimin dengan selembar kertas yang telah ia gulung hingga membentuk gumpalan. "Lo ajarin apalagi ke Aksa? Kalo bodoh mah sendiri aja ngga usah ajak ajak Aksa."

"Angka satu ditambah angka satu kan emang sebalas kecuali penjumlahan 1+1." begitu jawabnya lalu kembali mendapat balasan pukulan di kepala.

"Aksa jangan dengerin bang Jimin dia sesat."

"Otey!"

"Ih gemes banget, jadi anak abang jack aja ya sa."

"Bikin sendiri, mandiri." Taehyung yang menyahut lalu duduk dan memberi sebotol susu pada anaknya. "Udah siang sana makan sa."

"Tae dua tahun disuruh makan sendiri otak lo dimana?" Jimin lalu bangkit memukul kepala Taehyung hingga si empunya meringis sebal, tangannya terampil mengupas satu persatu wortel dan buah apel lalu dimasukin dalam satu wadah yang sama. "Sa makan buah dulu ya tadi disuruh oma makan buah dulu."

"Otey!"

Dengan lahap Aksa langsung memakan satu persatu kudapannya dan melupakan botol susu yang tadi ia hisap hingga setengahnya habis, botolnya jatuh dan Taehyung mendengus sebal. "Sayang sa jangan dibuang ini mahal."

"Lo sama anak kaya sama temen ya tae." Jackson yang membalas lalu tertawa melihat interaksi antara ayah dan anak. "Gue mau buat anak sama siapa ya."

"Lo ngebet nikah?" tanya Jimin

"Ngga, tapi gue ngebet mau punya anak."

"Sinting."

"Habis ini susunya habisin terus tidur siang, ayah ngga kasih makan kalo ngga nurut."

"Iyyaaa aya!"

Lalu Taehyung pamit pergi untuk bekerja sebab dirinya mendadak ditelfon untuk menghadiri kantor dengan alasan urusan mendesak, Taehyung mau tidak mau menurut dan bergegas pergi setelah menitipkan Aksa dirumah Jimin dengan segala perlengkapannya seperti biasa.

Beruntungnya Aksa sama sekali tidak rewel malah selalu mencium pipi ayahnya sebelum berangkat bekerja, itu sebuah kewajiban yang harus Aksa lakukkan.

"Jangan nakal disini, jangan ngamuk, jangan cengeng."

"Iyyaa ayaa."














[]











"Nanti kamu yang temenin beliau selama satu minggu, saya hanya percaya kamu disini."

Taehyung hanya mengangguk dan tersenyum menyanggupi semua yang bos nya ucapkan, kantor megah yang sekarang Taehyung hampiri sepi sebab bukan jam nya bekerja, semua karyawan libur kecuali satpam dan dirinya yang sengaja mampir sebab diperintahkan.

"Tae ngga jalan sama anakmu?" tanya atasannya dengan senyum dan lirikan mata yang memicing menatap jam. "Mumpung masih pagi ajak anakmu jalan jalan."

"Iya pak nanti saya ajak."

Kalau dipikir pikir memang benar Taehyung jarang sekali memiliki waktu berdua dengan Aksa selain malam dan sebelum dirinya berangkat bekerja, kalau hari libur pun Aksa lebih banyak menghabiskan waktu dirumah Jimin dan Taehyung mencuci baju dirumah.

Ada perasaan bersalah yang bersarang di hatinya saat sadar jika Aksa memang hampir tak pernah di ajak jalan berdua bahkan hanya sekedar berbelanja di minimarket depan, lebih sering beraktivitas dengan teman temannya bahkan di ajak berkeliling oleh Jaehyun menggunakan mobilnya.

Mungkin sekarang waktu yang tepat untuk mengajak anaknya jalan jalan berkeliling perumahan menggunakan sepeda keranjang milik mama park, Taehyung akan meminjamnya nanti sekaligus menjemput Aksa.

Tanpa pikir panjang pun Taehyung bergegas pergi menghampiri rumahnya terlebih dulu untuk berganti pakaian dan membawa beberapa topi kecil untuk anaknya, tak lupa jaket tebal yang sengaja dibeli untuk berjaga jaga jika musim dingin datang.

"Aya mawu temana?" Aksa bertanya selagi Taehyung menggendongnya lalu diletakkan tepat di keranjang sepeda, anaknya begitu mungil seperti boneka yang baru saja ia beli. "Aya mau pulang? sa masih mawu main cama oma ya"

"Bawel, ayo jalan jalan."

Lalu respon anaknya hanya diam dengan mulut separuh terbuka dan mata bulatnya yang berkedip lucu, seakan bingung dengan apa yang ayahnya ucapkan barusan.

"Jalan jalan sa keliling naik sepeda sama ayah mau ngga? Kalo ngga ya gapapa ayah tinggal dijalanan." benar jika dilihat Taehyung memang seperti ayah yang sama sekali acuh pada anaknya, bisa dikategorikan ke dalam ayah yang kejam kata Jimin. Tapi di sisi lain saat dirumah dan hanya ada mereka berdua Taehyung selalu mengelus surai hitam milik Aksa dan dibubuhi banyak kecupan hingga tertidur, tidak segan juga untuk bercerita apapun setiap malam bahkan menyempatkan waktu untuk membuat mobil mobilan dari kayu.

Taehyung sayang tapi tidak tahu bagaimana caranya mengekspresikan, Taehyung buta akan cinta setelah Jeongguk pergi. Ah iya, Jeongguk. Nama itu kembali muncul dalam kepala Taehyung dan ia tertawa lantas mengayuh sepedanya kuat hingga angin sanggup menghempas beberapa helai rambut milik anaknya.

Hanya ada suara tawa juga sapaan beberapa tetangga yang memangil nama Aksa sebab bocah itu nyatanya benar benar populer karena mama park yang selalu membawanya setiap ada pertemuan, mungkin juga karena hanya ia satu satunya anak kecil di lingkungan sini.

Taehyung patut bersyukur sebab banyak yang masih peduli dan sayang dengan anaknya tanpa mau tahu latar belakang dan siapa orang tuanya, banyak yang suka bahkan sering memberi sesuatu tanpa pamrih. Taehyung percaya soal pepatah yang mengatakan jika anak mempunyai rezekinya masing masing, Aksa pun begitu punya rezekinya sendiri.

"Umur kamu berapa sih?" tiba tiba Taehyung bertanya sembari melirik kepala bulat anaknya yang bergoyang kesana kemari lalu tertawa ketika mendengar teriakkan "duwa!" juga jari jari mungil yang terangkat demi menunjukkan jika umurnya benar benar dua tahun.

"Wih dua tahun udah gede bisa makan es krim?"

"Bica!!!!! Sa cudda bica gambal bica mam juga!" begitu katanya dan Taehyung tertawa.

"Yaudah ayah beliin, pegangan sa ayah ngebut."











[]












Jeongguk termenung duduk di balkon kamarnya sendiri dengan teh hangat yang ia sesap sedikit demi sedikit, kotanya hujan dan dingin menyapa seluruh tubuhnya. Jeongguk sengaja membiarkan dirinya hanya dibalut kaus tipis berwarna merah maroon tanpa jaket ataupun mantel lainnya, membiarkan seluruh tubuhnya merasakan dingin yang baru kali ini ia rasakan lagi.

Seoul, adalah satu satunya tempat yang membuat Jeongguk jatuh cinta ntah berapa
kali, pada keindahannya juga pada kenangan yang ia miliki. Pahit atau manisnya kenangan itu Jeongguk benar benar tidak peduli sebab tuhan punya alasan atas semua kejadian di masa lalu.

Jeongguk percaya jika tuhan akan memberinya peluang untuk tersenyum seperti dulu, tertawa tanpa beban bahkan hanya sekedar membaca buku di sudut kota pun Jeongguk percaya bisa melakukkannya lagi. Sebab di dalam lubuk hatinya ia sama sekali tidak pernah menyesal atas semua yang ia alami; mengenal Taehyung, menjadikannya pasangan dan berakhir mengenaskan.

Seperti teh hangat yang baru ia buat, rasanya terlalu manis dan Jeongguk ingin muntah. Tersadarkan sendiri jika apapun yang berlebihan memang sepatutnya dihindari, terlalu manis, terlalu mencintai, dan terlalu membenci.

"Halo kak aku udah sampe sekarang di hotel."





[]

Ex - V𝓀𝑜𝑜𝓀 ☽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang