[50] Hari bahagia.

3K 481 284
                                    

Febi : Jey, nanti lo jemput gue jam setengah tujuh ya
Febi : No ngaret!

Jey : Siap, Miss

Akad nikah Alicia dan Ghani udah selesai pukul sepuluh pagi tadi. Mereka berlima datang untuk menghadiri akad nikah sahabat mereka dengan pasangan masing-masing. Febi mutusin buat ajak Jey jadi pendampingnya di sana. Untung laki-laki itu gak keberatan.

Udah kaya yang dia duga, sampe sana dia di-ceng-in temen-temennya yang lain karena sekarang gak sendirian lagi.

Setelah akad nikah selesai yang dihadiri keluarga besar juga teman-teman dekat, mereka sempat makan-makan dulu di rumah keluarga Cia sebelum pulang.

Pukul tujuh malam, baru diadakan resepsi di salah satu gedung di pusat kota. Kelima temannya bersiap-siap jadi bridesmaid untuk menemani Alicia. Kelima perempuan yang sejak seminggu lalu ribut dan rempong di grup tanpa Alicia untuk persiapan jadi bridesmaid, akhirnya selesai juga.

Bukan berarti mulus tanpa rencana, ada sedikit drama yang terjadi dalam proses ini. Soal tempat jahit gaun, soal model gaun, dan beberapa hal lain yang bikin selisih-selisih kecil.

Pukul tujuh kurang, kelima wanita dengan gaun merah muda ini udah ada di dalam ruangan bersama pengantin perempuan. Para laki-lakinya menunggu di luar bersama tamu yang lain.

Mereka pangling melihat Alicia yang jauh lebih cantik dan anggun dari biasa. Pagi tadi saat akad, dia pakai kebaya. Malam ini, dia pakai gaun yang waktu itu mereka pilih.

Sebelum keluar, mereka minta difoto bersama-sama karena sayang kalau dilewatkan begitu aja. Udah ngejahit baju bagus-bagus, mahal, jadi fotonya harus banyak.

Kata Yuna sih begitu.

Para bridesmaid ini duduk di tempat yang disediakan. Mereka gak dikasih pekerjaan apa pun di sana, karena semua udah di-handle pihak yang bersangkutan. Jadi mereka memilih duduk manis berjajar sama pasangan masing-masing dan menyantap makanan yang ada di sana. Para lelaki saling berkenalan satu sama lain dan sesekali mengobrol.

Gak terlalu kedengeran jelas jadi harus agak kencang ngomongnya. Mereka duduk gak jauh dari sound system yang memutar lagu-lagu soalnya.

"Mama, Bryan mau es krim," kata anak itu sambil menunjuk stand es krim yang gak berada jauh dari mereka.

"Iya, tapi makannya diabisin dulu." Bella menyahut sambil mengelap sudut bibir anaknya yang cemong saat menyantap sate ayam. Terakhir makan tadi pagi anak itu. Siang makan salad buah doang di kulkas. "Nanti kalo udah selesai mama ambilin."

Bryan mengangguk dan memakan makanan dengan lahap setelah dengar ucapan sang mama. Jafar yang ada di sebelah Bryan, memberikan dua tusuk sate ayam yang tersisa itu pada anaknya. Masing-masing diberikan empat tadi.

"Biar cepet gede anak papa."

"Yes, makasih, Pa!" Bryan senang, sate itu adalah makanan favoritnya. Jafar paling suka ngeliat anaknya makan banyak.

"Ih, nendang lho, Mas. Seneng ya disuapin papa?" Darin yang makan satu piring berdua sama Vian karena sebelumnya udah makan di rumah---efek gak bisa nahan lapar, mengelus perutnya yang sekarang lebih besar. Janin di dalam perut Darin udah bisa bergerak.

Vian yang duduk di samping istrinya, menaruh piring ke atas paha dan menggunakan tangan kirinya untuk ikut mengelus perut Darin. Mereka saling berpandangan dan sama-sama nyengir ketika telapak tangan Vian merasakan pergerakan dari dalam sana, cukup kuat.

Nadine si bumil muda makan dengan tenang, di samping dia ... ada suaminya yang makan es krim sambil menatap ke arah depan di mana ada pertunjukan tari.

Let's Face It!✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang