[40] Dari sisi laki-laki (Tian, Jey, Ghani)

1.7K 383 70
                                    

"Nunggu Yuna ya, Mas?" Ibu kos yang baru aja pulang dari pasar dan mau buka gerbang, ngeliat Tian yang duduk di atas motor kaya lagi nunggu orang. Ibu kosnya udah kenal kalau itu pacar Yuna, karena sering liat dia ke sini.

"Iya, Bu. Yunanya ada di dalem? Dari tadi saya coba telepon tapi gak diangkat-angkat," sahut Tian sopan sambil turun dari motor.

"Waduh, emangnya Yuna gak kasih tau? Dia pergi tadi sore."

"Ke mana?" Tian kaget, gak ada tanda-tanda Yuna bilang atau pamit mau pergi.

"Ibu kurang tau sih, dia cuma bilang titip kos aja," kata pemilik kos yang buat Tian diem bentar. Mikir. Kira-kira, pacarnya ke mana?

"Oh, oke deh kalau gitu. Makasih ya, Bu."

"Sama-sama."

Tian kembali ke motornya, memakai helm kemudian pergi dari sana dan mengendarainya tanpa arah. Apa jangan-jangan Yuna pulang ke rumahnya?

Pukul sepuluh malam, Tian melipir sebentar ke sebuah warung kopi pinggir jalan. Dia capek karena nyariin Yuna ke mana-mana tapi gak ketemu juga. Sambil nunggu kopi dipesan, dia menghubungi calon mertuanya buat nanyain Yuna. Tapi Mamanya Yuna bilang, Yuna gak ada bilang mau balik ke rumah.

Baru aja mau ngehubungin Yuna lagi, Tian liat satu pesan masuk dari Ega.

Ega : Gimana, pacar lo udah ketemu?

Tian : Belum, bingung harus cari ke mana lagi

Ega : Ya ampun:( jujur ikut ngerasa bersalah sih
Ega : Ini gara2 gue juga

Tian : Bukan, ini pure gara2 gue yang gak bisa kontrol ucapan ke dia
Tian : Gue gak tau sekarang harus cari ke mana lagi

Ega : Perlu gue ikut cari?

Tian : Gila lo? Gak usah, lo istirahat aja di rumah, lagi hamil juga
Tian : Jangan aneh2
Tian : Biar Yuna jadi urusan gue

Ega : Yaudah, lo hati2 di jalan
Ega : Kalo butuh bantuan gue, telpon aja Tian

Tian : Thanks

***

Sepulang dari Bandung, Jey jadi banyak mikirin soal perempuan yang ditemuinya dua kali tanpa sengaja. Perempuan ketus dan galak bernama Febi bikin dia jadi selalu menoleh ke arah gedung yang berada di dekat kantornya setiap kali lewat sana. Dia berharap bisa ketemu lagi, tapi Febi bilang ... dia jarang makan di luar.

Jujur, Jey mau banget ngajak dia makan siang bareng. Tapi Jey belum ada waktu. Dia sibuk ngurus pekerjaannya, jarang pegang ponsel juga. Kalau nge-chat yang sekiranya remeh kaya : Lagi apa? Apa kabar? Udah makan belum? Ke Miss Febi, dia takut perempuan itu gak akan balas chat-nya.

"Brooo, lo ngapain bengong sendirian di sini?" tanya laki-laki yang nepuk bahu Jey. Membuat dia yang tengah menatap sunset sendirian di pinggir pantai, menoleh.

"Gak apa-apa, lagi mikir aja," balas Jey sambil nyengir.

"Mikirin cewek yang barusan ketemu lagi sama lo?"

"Kok lo tau?"

"Cielah, gue temenan sama lo dari kecil. Udah paham banget," ucapnya yang kini merangkul bahu Jey. "Bukannya dia nginep juga di sini? Ajak ketemuan aja."

"Pengen sih, cuma lo tau sendiri dia kaya gimana, kan?"

"Eh, coba aja dulu, Bro. Gak ada yang salah dari mencoba," katanya. "Walau dia ketus, jutek, judes, tapi buktinya tadi dia pake jaket lo. Itu tandanya dia tetep inget lo."

Let's Face It!✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang