[15] Si konyol Yuna.

1.6K 462 59
                                    

Bella ngerasa gak ada satu pun orang yang ngertiin dia. Dia kira, datang ke sini bisa dengerin temen-temennya yang akan kasih solusi buat jalan keluar, tapi malah Cia nyudutin Bella terus-terusan.

Wanita beranak satu yang duduk di pinggir ranjang, kini menggapai ponselnya yang dia taruh di sana---karena sedang mengecas. Saat tau kalau batrenya udah penuh, dia cabut casan itu dan memilih merebahkan diri di ranjang.

Vila ini punya tiga kamar. Dia tidur sama Darin, Nadine sama Yuna, sementara Febi sama Cia. Niatnya Bella mau ngurung diri seharian aja di sini, atau mungkin besok pulang aja. Muak sama Cia.

Bella membuka whatsappnya, di sana banyak chat dari berbagai grup yang dia masuki dan juga beberapa temannya ... tapi gak ada chat dari Mas Jafar.

Emang sih, Bella yang minta supaya Mas Jafar gak menghubungi dia selama tiga hari ke depan karena gak mau diganggu. Dia lupa, hampir telepon buat mengadu sama suaminya kalau ada masalah di sini. Padahal belum ada sehari tanpa Mas Jafar.

Dia menghela napas lelah, dan setelahnya memilih buat membuka aplikasi lain untuk mencari hiburan dan menenangkan diri.

Para wanita lainnya yang udah selesai makan, membereskan bekas makan mereka sambil mengobrol soal artis-artis yang sedang naik daun sekarang. Juga menggoda Nadine yang jadi selebgram terkenal dan hampir beberapa menit sekali kerjaannya endorse makanan atau update medsos. Dia bawa banyak makanan endorse-an ke sini buat dimakan bareng-bareng. Yuna dan Darin paling senang pas unboxing makanan. Nadine sih cuma bagian nyicip di awal buat promosiin aja.

"Eh, yang rasa coklat ini kasih ke Bella. Jangan diabisin," ucap Nadine sambil menunjuk ke arah salah satu wadah makanan di atas meja. "Ada yang mau anterin ke kamar gak?"

Temennya refleks menggeleng semua. Mereka males kalau deketin Bella pas dia lagi marah. Bakalan kena semprot doang.

Melihat kelakuan mereka, Nadine menghela napas. "Ya udah deh, gue aja yang anterin." Dia mengambil bagian Bella dan membawanya ke kamar.

Sampai di kamar, Bella yang lagi main ponsel melirik sekilas ke arah Nadine tapi kemudian dia kembali fokus pada benda yang dipegangnya lagi.

"Nih, Bel, puding. Gue taro sini ya," ucap Nadine, meletakkan wadah puding di atas nakas. "Jangan kebanyakan ngambek, ah, kita bukan anak kecil lagi," lanjutnya yang buat Bella melirik Nadine dengan tatapan sinis.

Nadine bisa ngomong kaya gini sama Bella karena saat SMA mereka tiga tahun sebangku, udah khatam banget sama sifat Bella.

"Pasti di luar pada ngomongin gue, ya?" tuduhnya, negatif thinking.

"Gak, lagi pada makan puding sambil ngespam di instagram gue," sahut Nadine. "Lo ngapain sih diem di kamar? Ngumpul aja, yuk. Ke sini kan mau liburan."

"Gak mau, males."

"Omongan Cia tadi gak perlu diambil hati. Lo juga kan yang minta kita sharing dan siapa tau bisa kasih solusi?"

"Tapi Cia itu nyudutin gue jatohnya."

"Mungkin dia gak bermaksud begitu. Lo tau sendiri kan Cia itu diem tapi kalo ngomong blak-blakan? Lo sama dia udah temenan berapa lama sih sampe gini aja masih ngambek?"

Bella berdecak sebal, kemudian milih buat memunggungi Nadine, masih marah.

"Ya udah, kalo mau istirahat dulu gak apa-apa. Nanti sore kumpul ya, kita mau ke pantai bareng-bareng liat sunset," kata perempuan berambut blonde ini. "Jangan sampe gak ikut pokoknya, gue maksa."

Setelah bilang gitu, Nadine melangkah pergi dan meninggalkan Bella di kamar.

"Gimana? Lo diketusin gak?" tanya Febi pas Nadine balik ke ruang depan.

"Gak kok. Nanti juga baik sendiri dia. Kasih waktu aja," lanjutnya. "Nanti kita jalan jam setengah lima kali, ya? Nongkrong-nongkrong sambil minum es kelapa deket pantai kayanya enak."

"Enak banget, apalagi kalo gratis," celetuk gadis berponi dan berambut panjang yang diikat satu itu, siapa lagi kalau bukan Yuna.

"Huuuu otak lo tuh gratisan mulu," dumel Cia sambil melirik sinis ke arah orang yang kini ketawa gak ada dosa.

"Selama ada Bu Bos Cia sama Bu Bos Nadine, dompet gue aman pokoknya. Valid no debat!"

Temen-temennya cuma bisa geleng kepala, Yuna itu kalo ada ngeselin, kalo gak ada ngangenin.

"Nadine?"

"Kenapa Rin?"

"Puding gue abis, punya lo yang belum dimakan itu boleh buat gue?" Dia natap Nadine dengan memelas. Membuat Nadine ketawa dan mengangguk.

"Makan aja bumil! Abisin-abisin. Gue udah kenyang, kok."

"Yes, thank you, Aunty!" Darin kini nyengir sambil mengusap-usap perutnya yang masih terlihat rata. Nadine yang kini mengalihkan pandangan ke arah perut Darin, ikut mengelus perutnya sendiri.

Kapan ya, dia juga punya baby dan ngerasain ngidam kaya Darin?

***

Sore ini, mereka berenam pergi ke pantai dengan berjalan kaki---karena gak jauh dari vila. Bella pun ikut, tapi dia gak mau deket-deket sama Cia. Begitu pun Cia, dia milih buat jalan di samping Febi terus.

Tapi gak apa-apa, yang penting semua mau kumpul.

Mereka berenam sempat minum es kelapa sambil duduk-duduk menikmati pemandangan laut. Bella mulai mau ngobrol dengan Darin, Nadine sibuk dengan mempromosikan sendal dan baju yang dia pakai, Yuna sesekali ikut nampang di snapgram Nadine---mau kecipratan jadi selebgram juga katanya, sementara Febi sama Cia sibuk foto berdua.

Jam lima lewat sepuluh, mereka duduk berjajar di atas pasir dan membiarkan kaki mereka terkena ombak yang terasa menggelitik kaki. Ditemani semilir angin dan pemandangan matahari terbenam, mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing. Udah lama gak ngerasain kumpul-kumpul begini.

"Coba deh, buat nenangin diri kalian masing-masing, gimana kalau kita nginget-nginget satu kejadian yang paling bikin kita bahagia sama pasangan kita. Siapa tau kan setelahnya nanti mood kita jadi lebih baik?" usul Nadine sambil merhatiin kaki-kaki mereka yang terkena gulungan ombak lagi.

"Hahaha, Febi jomblo woi," celetuk Yuna, nada bicaranya ngeledek. Tawanya puas banget. Gara-gara dia, yang lain nahan buat gak ikut ketawa.

"Bangke," dumel Febi yang natap temannya dengan sinis.

"Oh, iya. Maksud gue, bebas sama siapa pun itu yang berharga buat kalian. Coba deh," lanjut Nadine. "Sebelumnya, pertama kalian tarik napas dalam-dalam terus dikeluarin."

Kelima temannya yang lain menuruti apa kata Nadine. Walau agak konyol, tapi mereka gak masalah kok.

"Kedua, kita pejamin mata kita. Terus inget-inget kejadian apa yang paling membekas buat kalian dan bikin bahagia."

"Berapa lama meremnya, Din? Gue takut pas melek udah ada di tengah laut," celetuk Yuna yang masih memejamkan kedua matanya.

Jelas aja, yang lain jadi ngakak dan kembali membuka mata. Akhirnya, mereka berenam pindah ke tempat yang lebih aman dan mulai mengingat hal yang buat mereka bahagia.

***

A/n : Double update btw, hehehe.
21/12/20, 20.03

Let's Face It!✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang