[20] Tracker

8K 1K 76
                                    

~oOo~

Jika kata-kata tak mampu memperdengarkan suaranya, maka biar waktu yang bicara.

~oOo~


~KIA~

"GILA LO YA, KIA! MAU KAWIN TAPI GUE NGGAK DIKABARIN!"

Pagi-pagi Romi sudah mencari sensasi. Ruangan sudah mulai terisi dan dia seenaknya berteriak di ruangan.

Aku buru-buru meletakkan telunjuk di bibir untuk memintanya diam. Dia masih mengoceh jadi aku setengah berlari dan membekap mulutnya.

"Kenapa sih?" Dia menggusah tanganku dari mulutnya. "Semua orang juga sudah tahu."

"Kok lo ember!" protesku. Aku sungguh tidak suka menjadi pusat perhatian yang mengarah pada sentimen negatif ini. Pernikahan dadakan seorang selebriti, siapa yang tidak tergoda menggunjingkannya?

"Kok gue sih, baca nih! Nih!" Romi menyodorkan ponselnya yang terbuka.

Berita pernikahan kami sudah menyebar di media masa. Bibirku langsung pucat seketika. Bagaimana bisa? Dengan gugup aku mengembalikan ponsel Romi dan menelpon Kai.

Tidak kunjung tersambung. Apa dia masih tidur?

oOo

~KAI~

Pagi-pagi sekali gue sudah ke kantor menejemen. Ada jadwal pemotretan bareng artis di bawah manajemen Mbak Saski. Kami memutuskan berangkat barengan dari kantor. Sudah lama juga nggak kumpul-kumpul, sekalian gue mau memberitakan kabar bahagia gue siapa tahu ada yang belum dengar.

"Selamat ya, Kai!" Ucapan yang jamak gue terima.

"Tobat beneran lo, bro!" Nah, ini kurang ajar.

"Nggak ada yang emergency sampai harus cepat-cepat kan?" Ini minta ditampol.

Diantara riuhnya ucapan selamat dan sorak sorai pagi itu, pintu kantor kami sudah diketuk. Office boymembuka pintu dan seketika semua orang menoleh mendengar sebuah suara, "Kai-nya ada?"

Dari pintu, semua mata tertuju ke gue. Mulut-mulut rapat terkunci dan suasana riuh berubah hening. Dengan garang gue mencari sosok Asha yang sibuk mengepak kostum dan tata rias untuk pemotretan.

"Asha!" desis gue.

Tatapan Asha yang tertuju pada pintu lalu berbalik padaku. Tangannya berguncang-guncang memberi kode bahwa dia bukan tersangka yang membuat sosok di depan pintu datang.

"Halo, Kai. Apa kabar?" Kania berjalan ke arahku dengan senyum lebar dan tangan terulur.

oOo

Anak-anak sudah masuk ke mobil dan gue masih duduk di ruang tamu kantor menejemen dengan canggung. Ada rasa aneh membuncah melihat Kania tiba-tiba muncul pagi ini.

Wajahnya lebih segar dari yang gue lihat terakhir dulu. Tentu saja, terakhir pertemuan kami diliputi oleh ketegangan dan pertikaian. Dia pasti lebih bahagia sekarang. Rindu yang dulu gue rasain terlalu layu dan nyaris mati. Kami berhenti saling berhubungan selama dua tahun. Kadang, gue mengintip social media miliknya buat tahu kabar Kania. Pecundang memang, tapi gue bisa apa? Kami nggak bisa bersama selain menyakiti satu sama lain. Lalu sekarang, dia muncul seperti ini, apa maunya?

"Gue sudah ditunggu anak-anak, Ka." Gue menoleh ke luar pintu. Wajah teman-temanku menyembul di balik kaca mobil. Jelas kepo parah. "Ada apa?"

"Berita lo mau merried tersebar ramai di internet."

Winterhearted (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang