~oOo~
Pantas aku dilaknat. Kupatrikan hati untuk bertaubat.
Sekelebat godaan dengan mudah membuatku kembali terjerat.
~oOo~
~KAI~
Kia lebih banyak diam sepanjang perjalanan. Gue nggak ngerti apa kesalahan gue, tapi dia sepertinya menghindar. Keakraban yang baru terbangun seketika luntur.
Jauhnya penginapan kami di Waisai sama Wayag membuat kami memutuskan buat menginap semalam di penginapan terdekat Wayag. Dengan begitu, besok pagi gue sama Kia bisa langsung mendaki Wayag. Lagian hari udah sore juga. Sekitar jam setengah empat waktu kita sampai.
Pas gue ngambil keputusan ini saja, Kia yang sesumbar mau ikut ambil andil dalam tour cuma ngangguk atau bilang terserah. Begitu juga pas gue nawarin mau ke Laguna Bintang atau nggak. Awalnya dia menolak, tapi karena gue tarik paksa, akhirnya menurut. Tapi tetap, mulutnya dikunci rapat-rapat.
Ck! Apa sih, salah gue? Kaki lo digigit hiu apa gimana sih, tadi?
Nggak butuh waktu lama buat menuju ke Laguna Bintang dari penginapan. Cuma lima belas atau dua puluh menitan, lalu speedboat menepi dan diikat di salah satu batu karang.
Laguna Bintang itu jadi salah satu ikon raja ampat. Jadi gugusan beberapa bukit karang ini membentuk menjadi lima sudut yang mirip bintang. Kalau mau lihat ya kudu manjat ke salah satu bukit karang. Bukit karang yang gue sama Kia daki nggak terlalu curam. Apalagi sudah dibantu sama tatakan semen yang membuat pijakan lebih gampang.
Pijakan semen sialan ini selain mengurangi pacuan adrenalin gue juga menghilangkan kesempatan gue buat menuntun Kia ke atas. Bukan modus bro, sambil jalan gue cuma mau konfirmasi kenapa tiba-tiba sikapnya jadi dingin lagi.
Tanpa perlu banyak effort, Kia sudah mencapai puncak. Dia lalu duduk menghadap ke laguna di bawah sana tanpa mengindahkan keberadaan gue. Demen banget dia mengabaikan gue. Kemarin kalah sama ikan-ikan, sekarang gue kalah sama karang.
Thanks lho, Kia.
Gue cuma bisa menghela napas dan mengambil posisi berjarak darinya. Jangan ikut campur Kai, lo bukan siapa-siapa dia dan sebaliknya. Dia ada di sini buat menyelesaikan—atau menenangkan diri dari masalahnya. Mungkin dia butuh waktu sendiri. Lo lebih baik nggak ikut campur, Kai. Nyingkir yang jauh!
Kami menatapi langit sore yang berarak gelap. Dalam hening, dalam diam, dalam kelam.
Satu hal yang kadang nggak gue suka dari situasi sunyi, datangnya ingatan-ingatan yang nggak gue inginkan. Contohnya, ingatan tentang sosok bernama Kania.
oOo
~KIA~
Kai pasti bertanya-tanya tentang perubahanku yang tiba-tiba. Seharusnya aku minta maaf. Ini bukan salahnya. Tapi mulutku terkunci rapat. Aku terlalu takut untuk jatuh dalam kesalahan yang sama berulang kali meski hanya sekedar bercakap dengannya. Meski keberadaan Kai sangat membantuku untuk meredam—bahkan menghapuskan nama Nathan dari ingatanku, tapi pengalihan ini harus dihentikan atau aku akan jatuh dari pelukan Nathan ke pelukan pria berikutnya dan seterusnya. Cukup, Kia. Cukup. Hidupmu sudah cukup menjijikkan. Jangan teruskan.
Maka ketika waktu makan malam tiba, aku bergegas ke ruang makan yang terletak di tengah area penginapan sendirian, tanpa memberitahunya.
Penginapan ini dibangun di atas air. Terdapat beberapa kamar berbentuk paviliun terpisah yang saling dihubungkan dengan bilah-bilah kayu dermaga. Kamarku terletak di dekat dermaga speedboat, sisi terjauh dengan rumah induk. Aku ingin lekas tidur, tapi mataku terus terjaga. Tidak ada sinyal ponsel, tidak ada TV, tidak ada buku yang kubawa karena mengiap di sini benar-benar improvisasi.
Apa yang bisa kulakukan untuk mengisi malam yang sunyi ini?
Mataku jatuh pada bean bag dalam kamar. Aku menariknya keluar kamar menuju ke dermaga yang sunyi dan gelap. Langit malam ini cerah. Tidak ada polusi. Aku bisa melihat banyak bintang berarak di langit.
"Lumayan," gumamku sendirian.
Suara debur ombak, angin yang menggerakkan dedaunan hutan bakau, rembulan yang berpendar hangat, juga suara-suara serangga di kejauhan. Sempurna. Benar-benar sempurna untuk mengorek-ngorek luka lamaku lagi.
Aku teringat pesan Kai tadi siang, 'Akui, jangan diingkari.'
Kubiarkan lukaku terbuka lagi.
Kurelakan air mataku berderai kembali.
oOo
https://www.youtube.com/watch?v=joVz8HZqzVU
KAMU SEDANG MEMBACA
Winterhearted (END)
RomanceMantan playboy dan playgirl dipertemukan ketika keduanya sama-sama patah hati dan ingin bertaubat. Tampaknya, takdir sedang bermain dengan magic moment bernama 'kebetulan'. Mulai dari Jakarta hingga Raja Ampat, keduanya terus dipertemukan secara tid...