~oOo~
Tersedia sudut untukmu berbagi di sini
Terdapat tempat bagimu berkeluh di sini
Tapi bukan tempatmu di sini untuk berbagi hati
~oOo~
~KAI~
Tidak butuh waktu lama untuk menemukan alamat Farrah dengan bantuan Jaye dan sosial media. Peringatan buat kalian yang suka tag location ya, its easy to find!
Sore baru berganti malam waktu gue dan Jaye sampe di depan rumah bercat biru muda itu. Ada satu mobil terparkir di carport. Feeling gue bilang, dia ada di rumah. Sengaja tidak menghubungi Farrah lewat sambungan telepon atau messenger, biar semuanya lebih gampang diseleseikan face to face. No dramasosmed.
Jaye memencet bel rumah. Butuh beberapa lama sampai seseorang berderap mendekat ke arah pintu, saat itu jantung gue memacu dengan kencang. Pintu terbuka dan gue bisa melihat cewek dalam foto yang belakangan menghantui gue itu berdiri di sana, menggendong seorang balita yang sama dengan foto. Farrah tampak berbeda, tanpa sapuan make up dan terlihat lebih gemuk.
Ada jeda canggung dalam pertemuan kami. Selama beberapa saat, kami cuma saling lihat dalam keterkejutan masing-masing. Sampai balita itu mulai cranky dan Jaye berdehem kemudian.
"Kai?" kata Farrah kelihatan nggak percaya dengan apa yang dia lihat, "Masuk, silahkan masuk," dia mundur dari pintu, memberi kami jalan untuk masuk.
Gue duduk bersebelahan dengan Jaye sementara Farrah masih menimang anaknya sampai tenang sebelum duduk di depan kami.
"Oh, ya, ini namanya Revo," selapis senyum kaku mengembang di wajah Farrah.
"Hai Revo," gue memukul kepala sendiri, nggak tahan mengucapkan 'hai'. Wajah bocah itu menghipnotis.
Jaye mendelik menatap gue. Bukan saatnya basa-basi.
"Gue nggak ngerti kudu ngomong dari mana," gue menatap Farrah bergantian dengan anaknya, "tapi sepertinya ada kesalahpahaman di antara kita."
Farrah mengangguk perlahan. "Gue udah baca beritanya di infotainment dan Bibir Nyinyir." Roman muka Farrah datar waktu bilang begitu. Dia tertunduk menatap Revo. "Gue nggak berharap beritanya nyebar begini. Apa lo sengaja nyebarin itu ke media supaya jadi sensasi?"
Eh? Sialan. Kenapa jadi gue. "Gue minta maaf. Gue kecolongan, HP gue dibajak. Makanya gue ke sini mau nge-clear-in semuanya karena kejadiannya nggak bakal begini kalau lo nggak chat kayak gitu." Gue menarik napas sebelum bilang, "Jadi apa maksud lo bilang Revo anak gue?" balita itu tersenyum ke gue waktu gue bilang gitu. Ya, Tuhan, gue bisa gila.
"Anak temen lo bisa dibilang anak lo juga kan?!"
Gue sama Jaye saling pandang dengan bingung.
"Bukannya cowok-cowok punya solidaritas tinggi?" lanjut Farrah. "Pernah nggak kalian dengar orang bilang, 'Papa kamu itu temen Om, kamu udah kayak anak Om sendiri'. Seneng ngaku temen, giliran Willy dipenjara nggak ada satu pun yang peduliin dia." Farrah mulai emosional. Matanya memerah. Jawaban Farrah di luar dugaan.
"Sori, Far," Jaye menginterupsi. "Gue cuma sekedar kenal sama Willy. Kami nggak seakrab itu buat dibilang temenan, jadi—"
"Lo juga!" sahut Farrah serta merta, matanya nyalang memandang Jaye, "Orang kalau udah clubbingbareng biasanya langsung ngerasa deket, temenan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Winterhearted (END)
RomanceMantan playboy dan playgirl dipertemukan ketika keduanya sama-sama patah hati dan ingin bertaubat. Tampaknya, takdir sedang bermain dengan magic moment bernama 'kebetulan'. Mulai dari Jakarta hingga Raja Ampat, keduanya terus dipertemukan secara tid...