[24] Trembling

7.9K 918 15
                                    

~oOo~

Bagaimana cara berteman dengan keterasingan yang memerangkap kita seumur hidup?

~oOo~

~KAI~

Keterasingan ini semakin nyata. Apa yang harus gue dan Kia lakukan sebagai pasangan? Kami bahkan nggak punya obrolan untuk mengentaskan kecanggungan ini nanti. Sebuah hubungan impulsive. Gue pengin ketawa menertawai keputusan nekat yang kami ambil.

Kalau sepanjang live on boarddi TN Komodo gue bisa mengenyahkan rasa canggung hubungan gue dan Kia lewat bercengkerama sampai pagi dengan para kerabat, genjrang-genjreng di atas dek sampai pagi, tertidur di atas sand bag karena kelewat lelah, atau apa pun itu, maka hari ini semua berakhir. Sebelum terbang ke Jakarta esok pagi, kami beristirahat di Labuan Bajo. Tentu saja, gue harus sekamar dengan Kia. Gue mengulur-ulur waktu buat masuk kamar, berharap begitu gue masuk dia sudah tidur.

Nyaris pukul dua belas malam waktu gue masuk ke kamar. Lampu sudah menyala redup.  Dada gue yang awalnya begitu tegang, kini bisa menarik napas lega. Gue berjalan mengendap kayak maling jemuran waktu melintasi kamar. Mata gue mencuri pandang ke tempat tidur untuk memastikan dia sudah tidur.

Lalu, tiba-tiba, gue melihat sepasang bibir itu melengkungkan senyum.

"Ngapain kamu kayak maling?"

Seketika kakiku terantuk sofa. Gue mengatupkan rahang supaya tidak mengerang kesakitan. Pasti kelihatan tolol banget. "Tadinya kupikir kamu sudah tidur. Jadi, aku takut kamu terbangun."

Kia merapatkan selimut sambil menggeleng pelan. "Aku belum tidur. Nggak bisa tidur."

"Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" Gue jalan ke arah dia tidur, lalu berdiri nggak jauh dari dia.

Lagi, Kia menggeleng. "Kadang kelelahan membuatku lebih sulit tidur."

"Apa ada sesuatu yang kamu inginkan?"

Jawaban Kia selalu berupa gelengan. "Mandi sana."

Gue berusaha mengangguk, lalu mengambil posisi mundur. "Dan cobalah tidur."

"Tentu."

Waktu gue berbalik ke kamar mandi, Kia mematikan lampu di sebelahnya hingga ruangan gelap sama sekali, kecuali pantulan lampu kamar mandi.

Lagi-lagi aku mengulur waktu di kamar mandi. Berharap dia benar-benar terlelap dan kecanggungan ini bisa bergeser sehari lagi.

oOo

~KIA~

Apa ini benar? Berpura-pura tertidur dalam kegelapan yang mutlak padahal mataku tak bisa memejam sama sekali?

Apa ini benar? Kai yang kini menjadi suamiku sudah berbaring di sisi tempat tidur. Aroma sabun dan after shavingyang dipakainya menyerbu penciumanku. Aku nyaris terlelap dan aroma itu membuatku terjaga.

Apa sekarang?

Kai tak mengatakan apa pun. Dia jelas masih terjaga karena belum semenit yang lalu berbaring di sisiku.

Bagaimana denganku? Aku bersembunyi dalam kegelapan, meringkuk dan memeluk selimut erat.

Keterasingan ini... keterasingan atas hubungan dan masa depan.

Keterasingan ini... menjebak dan memerangkapku.

"Kia," desis Kai, sangat lirih. Mungkin tabuhan jantungku lebih keras.

Lalu hening. Tidak ada lanjutan dari kalimat itu. Aku berbaring terlentang memandang langit-langit yang gelap dan kosong.

~oOo~

Winterhearted (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang