Yang sider, please-lah, ngetik sepatah dua patah kesan pesan nggak sesulit nulis cerita kan :p
Lebih sulit lagi didiamkan sama dia uwuuwuww
~oOo~
Kupikir...
Kehadiranmu telah membawa benderang. Terang telah mengikisku dari remang.
Nyatanya...
Adanya kamu malah membawa perang. Bersama parang dan pedang.
Aku bersiap padam menjadi arang.
~oOo~
-KAI-
Tidur gue gelisah. Bolak-balik kebangun. Ingatan soal Farrah kembali mengganggu. Sesekali gue mengetik nama sendiri di browser. Memastikan nggak ada gosip soal gue. Sial, gue jadi parnoan gini!
Gue berusaha tidur lagi. Meremin mata rapet-rapet, tapi malah muncul bayangan cewek semalem. Sialan! Sumpah ya, gue istirahat biar fresh dan otak bisa mikir. Mikirin Farrah! Bukan cewek yang gue nggak tahu namanya itu. Susah ya, maki-maki orang tanpa nama. Baiklah, mari kita kasih julukan buat cewek itu. Bisa dengan sesuatu yang ikonik dari dia, misal Cewek-Cakep-Suara, Cewek-Berbibir-Seksi, Si-Leher-Jenjang, ah, nggak! Nggak! Stop berfantasi... Ganti!
Cewek-Sinting-Yang-Ngajakin-Taruhan, kepanjangan! Karena dia ngajakin taruhan rekor jadi player, mari juluki dia dengan comotan salah satu tokoh. Emm, Giacomo Casanova? Gia mungkin cocok. Sounds like 'dia', tapi jelas preferensinya ke cewek itu. Well, mulai sekarang, nama lo Gia. Denger ya, Gia, gue bakal bikin perhitungan kalau sampai lo bikin skandal soal kejadian semalam. Satu lagi, tolong juga lo nyingkir dulu karena gue mau mikirin Farrah.
Bel rumah berbunyi. Nggak peduli cuma pakai kolor, gue ngeloyor ke pintu depan.
"Gitu ya lo, clubbing nggak ngajak-ngajak," sembur Jaye begitu pintu dibuka. "Sudah gue duga. Lo cuma tobat sambel."
"Pasti mulutnya si Jamie kutu kupret yang bocorin." Gue bersungut-sungut sambil melebarkan daun pintu.
Hubungan gue dan Jaye nggak selalu tentang dugem sebenarnya. Dia sohib gue dari jaman kuliah dan hidup susah. Sekarang, kami sibuk masing-masing dan cuma punya waktu after hour. Jadi dulu, tempat hiburan malam selalu jadi pilihan.
"Gimana info yang gue minta? Ketemu?" tanya gue begitu balik dari dapur dan melemparkan minuman kaleng ke Jaye. Dia sudah duduk nyaman di sofa ruang tamu.
"Weits, sabar! Nafsuan banget. Kelamaan puasa lo!" Jaye tertawa kampret sambil membuka kaleng. "Kalau ketemu, gue dapet apaan?"
"Voucher bobo bareng gue tiga hari tiga malam." Dengkus gue kesal. Meneguk soda banyak-banyak, berharap kesel gue ketelen.
"Najis!" Jaye menghentikan tawanya. Berdehem sebelum mengubah nada bicaranya menjadi lebih serius. "Gue baru ingat, dia ceweknya kenalan gue, si Willy. Wajar kalau lo nggak inget, kalian cuma ketemu sekali."
Jaye bilang, waktu itu kami udah mau balik, terus ketemu dua orang itu lagi teler berat. Jaye nganter Willy yang udah kebelet jackpot ke toilet sedangkan Farrah dititip sama gue. Foto pertama kemungkinan diambil pas itu. Setelah itu, Jaye berinisiatif mengantar mereka pulang ke apartemen Willy. Nah, sangat mungkin foto dalam kamar diambil di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winterhearted (END)
RomanceMantan playboy dan playgirl dipertemukan ketika keduanya sama-sama patah hati dan ingin bertaubat. Tampaknya, takdir sedang bermain dengan magic moment bernama 'kebetulan'. Mulai dari Jakarta hingga Raja Ampat, keduanya terus dipertemukan secara tid...