02

42 11 2
                                    

Happy Reading-! Jangan lupa untuk tekan tombol bintang hehehe.. Gratis kok:D

-------

Suara langkah kaki dari lorong terdengar jelas menuju ruang rapat. Saat ini ruangan masih diisi oleh beberapa orang. Namun suara orang-orang yang duduk menikmati gibahan dari Alam dengan tampang serius dan julid itu meramaikan ruang rapat yang hanya berisi beberapa orang.

Ravi hanya memutar bola matanya malas.

Ia langsung mengetuk pintu sebanyak tiga kali. Dan akhirnya para manusia-manusia pengikut lambe turah Alam kini menemukan distraksi baru. Mereka mengalihkan pandangannya yang sebelumnya sibuk pada topik pembicaraan panas yang dibicarakan Alam malah terfokus pada seorang Ravi yang berdiri sembari dengan ekspresi datar. Tanpa pikir panjang Ravi langsung menghempaskan pantatnya pada bangku kosong di samping Anna.

Gadis di sampingnya hanya tersenyum menahan debaran yang tak karuan dalam dadanya. Saat ini mungkin di dalam tengah ada hajatan.

"Rav! " Alam memasang wajah serius namun terlihat lawak.

Ravi hanya menghela nafas dan menatap Alam dengan tatapan datar. Ia malas meladeni omongan Alam yang benar-benar tak penting.

"Apa? "

"Ada berita panassss! Gosip yang masih angettt~ "

"Ya apaan? Gak usah basa-basi males gue. "

"Gue denger-denger si Grace lagi deket sama ketua BEM, alias si Jagat. " ucap Alam.

Ravi kini bergeming. Ia menatap wajah Alam yang kini benar-benar serius. Namun dalam sekejap Ravi tergelak. Tiada yang lucu sebenarnya, namun apalah daya karena tawa Ravi yang menular akhirnya semua orang dalam ruangan ikut tergelak.

"Gamungkin lah! Grace itu susah buat dideketin. " Ravi hanya menggelengkan kepalanya. Sudah Ravi duga, memang omong kosong belaka.

"Cihh jangan terlalu percaya sama cewek, Rav. Mereka susah dipercaya! " cibirnya Alam dengan wajah julidnya yang mirip ibu-ibu dalam film indosiar saat tokoh protagonis baru saja difitnah oleh tokoh antagonis.

"Hehh!! Enak aja! Gak semua cewek kaya gitu ALAM BAKA!! " protes Sheila yang dibalas dengan juluran lidah dari Alam.

"Hahah... Jagat gak bakalan bisa deketin apalagi dapetin hati Grace. "

Ravi sama sekali tidak percaya akan perkataan seorang Alam. Karena omongannya tentang Grace selalu berakhir menjadi sebuah omong kosong. Seperti dulu saat Alam mengatakan kalau Grace dan Dimas memiliki hubungan di belakang Ravi. Namun nyatanya? Nihil. Mereka hanya sahabat bahkan Grace menganggap Dimas tidak lebih dari seorang kakak baginya.

"Hehhh jangan ngasal lu! Cewek tuh doyan cowok yang cool kaya si Jagat atau mungkin si itu siapa kulkas berjalan? Dimas! Iya Dim---"

"Heran gue, lo hobi gibahin sahabat lo sendiri? " suara berat kini menyahut dari pintu masuk ruang rapat.

Semua orang di ruangan itu langsung membisu. Alam mematung sembari mengerjapkan matanya beberapa kali dengan wajah cengo. Laki-laki berkacamata itu hanya menggelengkan kepalanya dan langsung duduk di bangku paling ujung depan.

"Ba-yem" Dimas mengusap mulut Alam dengan telapak tangannya karena mulutnya yang masih menganga.

Alam yang tersadar akhirnya mingkem dan kembali duduk di kursinya. Semua orang mulai terfokus pada laki-laki yang tengah duduk di depan sembari fokus membaca dan membolak-balikkan lembar kertas di hadapannya.

"Dim, gak perlu lo ingetin. Toh lalat pun ogah masuk ke mulut dia yang penuh sama dosa kebanyakan gibah hahahah... "

Plak!

Rain in December | Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang