21

12 3 1
                                    

"Katanya gak semua bisa selesai dengan uang, tapi nyatanya dengan uang semua kesulitan bisa dihadapi dengan mudah"
.
.
.

Grace masih terheran heran akan kejadian langka ini, biasanya ia akan jadi sorotan saat berjalan di koridor, tapi sekarang bahkan tak ada yang berani menatapnya, atau hanya perasaan Grace saja?

Ia hanya menjalani harinya seperti biasa, tapi ada yang mengganjal, ia lupa apa yang sebenarnya ia lupakan.

Di raihnya buku di rak atas perpustakaan yang saat ini masih sepi, hanya berisi beberapa mahasiswa yang mungkin tengah sibuk dengan tugas-tugasnya. Grace membaca sampulnya kemudian membukanya, sembari membaca buku ia berjalan ke arah meja dan duduk untuk melanjutkan membaca.

"Sejak kapan kursi perpustakaan empuk bener? " Grace bangun kemudian kembali duduk lagi menekan pantatnya seolah ia duduk di sofa yang sangat empuk.

"Sakit anjir! " rintihan itu berhasil membuat Grace terlonjak dan jatuh ke lantai.

"Z-zoya, sorry gak sengaja " Grace sangat gugup sekaligus malu.

"Lain kali jalan sama duduk tuh lihat-lihat jangan main asal duduk aja, iya kalo yang lu dudukin cewek kaya gue, lah kalo cowok? Apalagi kalo cowoknya mesum, mau lu? " omel gadis itu.

"Iya... Maaf... " Grace hanya cemberut kemudian duduk di hadapan Zoya, sahabatnya.

Grace kembali fokus pada buku yang ia ambil dan buku catatan berwarna pink miliknya. Zoya menyangga dagunya dan menatap jemari Grace yang sibuk mengukir tulisan di atas kertas putih itu.

"Lo kayaknya punya buku kaya gini juga gak si? Yang khusus buat diary lo? "

"Hm? " Grace menghentikan kegiatan tulis menulisnya dan menatap Zoya. "Iya, tapi ada di rumah mama, gue gak berani ngambil. "

"Tck! Tuh nenek lampir keterlaluan bat pen gue laporin kelakuan dia sama bapaknya. " gerutu Zoya sembari menatap gadis yang duduk di meja paling pojok belakang perpustakaan.

"Ngapain tiba-tiba bahas dia? " Grace langsung mengalihkan perhatiannya dari buku.

"Ya siapa suruh dia kelihatan, tuh lagi di pojokan sama pacar lo. "

Mendengar itu Grace langsung melotot dan ikut memerhatikan gerak gerik Anna yang terlihat sumringah mengobrol bersama Ravi. Tapi sayangnya ia hanya bisa melihat punggung Ravi dari tempatnya duduk, jadi ia tak bisa melihat ekspresi wajah Ravi saat bersama saudara tirinya.

"Udah jan diliatin, kena efek sampingnya ntar. "

"Efek samping apaan? " Grace mengernyit.

"Muntah, jijik, mules, pening, darah tinggi, sakit kepala. " Zoya mengatakannya dengan lancar tanpa merasa berdosa sedikitpun, bahkan ia berusaha keras untuk menahan tawanya yang sepertinya akan meledak jika tidak ia kendalikan.

"Njir jahat bener lo, tapi emang bener sih. "

"Kan udah gue bilang " Zoya terkekeh.

"Btw lo tadi kenapa bahas soal bokap tiri gue sangkut pautnya sama Anna apaan emang? "

"E-eh? Haha e-enggak. Oh iya lo hari ini gak ada yang bully lagi kan? Kalo ada bilang aja ke gue biar gue tebas pala mereka! "

"Gak, gak ada kok. Tapi heran juga kok tiba-tiba gak ada, biasanya kan perlahan gitu, kalo ini langsung ilang kaya debu ketiup angin. "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rain in December | Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang