Tengah malam yang cukup panas di rumah Grace. Biasanya orang-orang istirahat disaat seperti ini, tapi tidak dengan Grace malam ini. Hujan di luar masih belum reda tapi aura panas dan mencekam di dalam rumahnya ini tak kunjung hilang.
Untuk apa Anna datang tengah malam kemari dan tiba-tiba menampar pipi Grace. Bahkan bekas kemerahan masih membekas di wajah Grace. Saking kerasnya tamparan itu.
"Lo apa-apaan dateng-dateng main fisik?! " Grace jelas tak terima, tak peduli siapa yang berdiri di hadapannya kalau ia merasa ia tak bersalah untuk apa diam?
"Lo ngomong apa aja ke Ravi?! Gue udah usaha mati-matian ya buat dapetin hati dia! " Grace hampir saja tersedak ludahnya karena hampir tertawa keras. Anak SMP mana ini? Main labrak dengan alasan aneh seperti itu?
"Lo lebih tua dari gue, tapi kelakuan kaya bocil baru puber tau gak? " Grace sedikit tertawa.
"Lo--"
"Apa? Gue gak ada ngomong apa-apa sama Ravi. Kalaupun dia tahu, dia bakal tahu sendiri tanpa harus gue kasih tahu. "
"Oh ya? Haruskah gue kasih tahu kalau lo tidur sama bokap gue dan jadi simpenan bokap gue? " Grace mematung. Ucapan Anna barusan berhasil membuat tubuhnya lemas seketika, kejadian kelam itu kembali berputar di dalam pikirannya. "Kenapa diem aja? Takut? Takut Ravi benci sama lo? " masih tak ada jawaban dari Grace, pikirannya kalut.
"Jaga mulut lo! " Jagat menuruni tangga dengan piama warna merah jambu kesayangannya.
"Oh pahlawannya dateng, gabisa berdiri sendiri ternyata. " Anna tertawa jahat bak tokoh antagonis dalam sinetron.
"Emangnya lo gapunya siapa-siapa? " Jagat berjalan menghampiri Grace, ia memegang pundak dan lengan adiknya, hingga akhirnya Grace jatuh meluruh ke lantai dengan tangisnya yang mulai pecah.
"Dih, diajak ngomong malah nangis, dasar gila "
"Bacot!! " urat pada leher Jagat mulai mencuat keluar, rahangnya mengeras matanya melotot seolah bisa jatuh keluar kapan saja.
"Hahah... Dasar jalang pelakor! Akhh!! Sakit!! " Jagat menarik pergelangan tangan Anna untuk menjauh dari hadapan Grace.
"Lo pergi dari hadapan gue, jangan pernah lo nginjekin kaki lagi disini! "
"Dih, ngapain juga gue balik lagi kesini. Toh juga dah puas gue liat keadaan dia. Makanya punya adek tuh dididik yang bener, jangan jadi pelak--"
Brakk!!
Jagat memukul pintu rumah hingga suara itu mungkin terdengar oleh tetangganya.
"Mulut lo bisa diem gak? " suara bariton Jagat mulai terdengar, tatapannya seperti ingin membunuh mangsanya yang tengah berdiri tepat di hadapannya.
"Gue gak takut ya sama ancaman lo! "
Jagat tersenyum remeh dan sedikit terkekeh akan ucapan gadis tak tahu diri di hadapannya.
"Sekarang kelihatan sifat aslinya, kemarin-kemarin sok polos buat apaan? " Anna terdiam tatapannya masih penuh dengan kebencian. Tangannya mengepal di samping dress warna krem nya. "Oh biar si Ravi jatuh hati? Atau cowok-cowok lain juga? Lo juga kan sok polos tuh di depan gue. "
"Pede banget, ganteng aja enggak! Gak doyan gue sama cowok jelek kaya lo! "
"Yakin gak ganteng? Harus ya gue tanya ke seluruh cewek-cewek fakultas buat nanya gue ganteng atau enggak? Mata lo sehat kan? "
"Diem lo jelek! Gue gak ada urusan sama lo! " Anna langsung berbalik dan pergi begitu saja tanpa mengenakan payung.
Jagat yang semula wajahnya tersenyum langsung berubah drastis, tatapannya seperti harimau yang sudah menemukan mangsanya dan siap untuk disantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain in December | Mark Lee
FanfictionTepat saat hujan di bulan Desember, Aku menyadari bahwa ternyata Aku mencintaimu. "Happy anniversary sayang... I love you. "