Yang terlihat baik-baik saja bisa saja itu hanyalah cover,
Karena setiap orang pasti punya masalah hidup.
.
.
.
.Kamar bernuansa monochrome malam ini terasa sangat sunyi. Hanya terdengar suara grusak-grusuk dari sprei dan selimut. Ravi sibuk mengguling-gulingkan badannya di kasur. Kemudian tangannya terulur ke arah nakas.
Ia mengambil ponsel nya.
Pukul 21.56 WIB
Ravi menghela nafas. Ia langsung bangkit dari tempat tidur dan mengambil Gita--Gitar taruhan. Gitar itu memang hasil dari taruhannya dengan sahabatnya.
Dulu mereka pernah taruhan, yang bisa menghibur Grace yang tengah terpuruk, Aksa akan membelikan gitar mahal itu pada orang yang berhasil. Dan di antara Alam, Ravi, dan Andy--Ravi lah yang berhasil membuat Grace tertawa. Meskipun hanya dengan guyonan garingnya dan tawa renyahnya. Grace berhasil tertawa.
Kejadian 3 tahun lalu itu benar-benar membawa kenangan indah. Alam yang dapurannya pelawak pun akan kalah dengan tawa seorang Ravi.
Ia duduk di tepi kasur dan memetik gitar nya. Menikmati setiap suara petikan gitar yang ia ciptakan. Suara musik sendu mengalun dalam ruang kamar Ravi. Suara merdu Ravi juga ikut mengiringi petikan gitarnya hingga tercipta harmoni yang luar biasa dari keduanya.
Ravi mengulas senyum tipis. Ia langsung mengambil ponsel nya dan membuka ikon kontak, lalu mengetikkan nama kontak Grace di ponselnya.
Raveenska
Baby... Are you sleeping?
00.16Ravi langsung menutup ponselnya dan melemparnya ke samping. Ia merebahkan badannya dan menatap langit-langit kamar. Rasanya seperti digerumuni sepi dan jenuh. Batinnya berkecamuk ketika mengingat kejadian 3 tahun silam.
Ravi mengulas senyum. Diam-diam ia merasa lebih baik ketika ia tahu bahwa yang bisa membuat Grace tertawa adalah dirinya. Ditatapnya Gita dengan penuh rasa bahagia.
Gitar mahal itu benar-benar hasil jerih payahnya dalam memperjuangkan Grace. Jika saja ia tidak berhasil membuat Grace tertawa mungkin patut dipertanyakan 'Sebenarnya yang pacar Grace itu yang mana? Karena seharusnya sebagai pacar bukankah ia adalah sumber kebahagiaan Grace? '.
Banyak yang bilang cinta itu bisa menutup mata dan telinga. Dan saat ini itulah yang Ravi rasakan. Telinganya akan menjadi tuli ketika seseorang mengatakan hal-hal buruk tentang Grace atau hubungan mereka. Ravi juga akan menutup mata ketika Grace tersenyum dengan tatapan nanar.
Ravi tahu isi hati Grace. Namun ia menolak tahu.
Sudah satu jam kini berlalu. Masih belum ada jawaban dari pesannya. Ia menatap nanar pada layar ponselnya, kemudian tersenyum sumir.
"Sudahlah, Rav. Jangan terlalu bodoh dalam mencintai. " ujarnya pada dirinya sendiri. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menghilangkan rasa sakit di dalam dadanya.
Ravi langsung memejamkan matanya. Ia sibuk berhalusinasi dalam pikirannya. Setidaknya itu bisa membuatnya melupakan sejenak masalahnya dengan Grace.
Mungkin mereka terlihat damai, namun ada satu masalah besar yang ada di antara mereka. Yaitu masalah hati dan perasaan, mereka memang terlihat baik-baik saja seperti tidak ada apa-apa yang terjadi. Tapi cinta sepihak membuat Ravi tersakiti dan Grace terbebani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain in December | Mark Lee
FanfictionTepat saat hujan di bulan Desember, Aku menyadari bahwa ternyata Aku mencintaimu. "Happy anniversary sayang... I love you. "