02 | testpack

10.6K 1K 28
                                    

gak keberatan kanuntuk tekan votedan komen dulu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

gak keberatan kan
untuk tekan vote
dan komen dulu?

♧♧♧

Sudah satu minggu sejak acara keluarga di rumah Shena berlalu. Tak ada yang berubah, semua masih tertawa dalam bahagia. Hubungan Shena dan Jaehyun masih tetap berlanjut. Sedangkan gadis itu hanya perlu memastikan agar dia benar-benar tidak hamil anak dari wali kelasnya tersebut.

Malam itu, sekitar pukul setengah sepuluh malam Aleta berinisiatif untuk berenang di kolam renang belakang rumah. Mencari penyakit memang, tapi itulah cara yang biasa Aleta lakukan saat ingin menenangkan pikiran.

Tubuhnya mulai masuk ke dalam air, menahan dinginnya air malam yang begitu menusuk kulit. Aleta hanya terus berenang dari ujung ke ujung tanpa henti. Tak memperdulikan fakta bahwa ia juga sedang kedinginan saat ini.

Otaknya terus saja memikirkan bagaimana jadinya jika dia hamil, bagaimana jika satu keluarga besarnya tau, bagaimana kecewanya ayah, ibu dan kakaknya, dan bagaimana marahnya Shena saat mengetahui itu. Memikirkannya saja membuat kepala Aleta semakin terasa pusing.

"Lagi banyak pikiran?" suara Taeyong dari arah belakang membuyarkan Aleta yang sedang melamun.

"Eh Kak Taeyong? Enggak kok" jawab Aleta sembari naik ke atas permukaan kolam. Duduk di samping Taeyong yang sedang berjongkok di samping dirinya.

"Kamu kenapa? Akhir-akhir ini banyak diam gak kayak biasanya" tanya Taeyong.

Memang, Aleta tau kakaknya pasti sadar dengan perubahan sifatnya yang tiba-tiba diam. Padahal kemarin Aleta masih suka tertawa karena menonton boygroup kesukaannya.

"Ada yang kamu sembunyiin dari Kakak?" tanya Taeyong, kali ini terdengar sangat ingin tau dan begitu sangat serius.

"Soal itu, nilai Aleta akhir-akhir merosot jauh Kak. Aleta takut Ayah sama Ibu marah. Kakak jangan kasih tau ke mereka ya" pinta Aleta memohon, mengarang cerita mengenai nilainya yang turun jauh agar Taeyong tak lagi penasaran. Kemudian matanya melirik sedikit ke arah Taeyong yang sedang terdiam memikirkan jawaban. Lalu setelahnya, Taeyong mengangguk yakin.

"Iya. Mau Kakak beritahu atau enggak juga, Ayah sama Ibu gak bakalan marah. Bahkan mereka gak pernah memaksa kamu untuk masuk ke tiga besar. Masuk sepuluh besar aja udah syukur-syukur" jawab Taeyong, menenangkan keraguan adiknya selama ini.

Benar juga, selama ini bahkan kedua orang tuanya tidak pernah menuntut Aleta agar mendapat nilai yang sempurna. Tapi kali ini beda, bukan hanya soal permasalahan nilai untuknya.

"Ya udah kamu masuk. Malam-malam berenang malah jadi demam besok" perintah Taeyong kemudian dijawab anggukan oleh Aleta.

♧♧♧

Aleta terbangun dengan wajah yang penuh dengan keringat, bibirnya pucat serta kering, hidungnya pilek dan baru beberapa menit yang lalu Aleta muntah-muntah. Aleta hanya menghela nafas, inilah sebab yang akan dia dapat karena berenang malam-malam. Masuk angin disertai demam. Taeyong pasti marah jika melihatnya pucat seperti ini.

Dengan cepat Aleta beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Berpakaian putih abu-abu karena pagi ini ada upacara bendera. Sedikit memoles liptint pada bibirnya agar tidak ketahuan oleh Taeyong, yang tabiatnya suka marah-marah.

"Selamat pagi semua" Aleta turun disertai senyum yang tak memudar. Melihat seluruh keluarganya yang tengah berkumpul di meja makan untuk sarapan pagi.

"Pagi sayang" jawab ibunya dengan membawa piring berisi empat telor ceplok.

"Loh? Kak Taeyong belum siap-siap buat ke kantor?" tanya Aleta dengan sedikit menaikkan satu alisnya lalu duduk di kursi sebelah Taeyong.

"Gak hari ini cuti. Jadi nanti pergi sekolahnya sama Kakak aja"

Aleta pun mengangguk, tak menyanggah keinginan kakaknya tersebut, "Iya, Kak" jawabnya, lalu memakan makanan yang sudah dibuatkan oleh ibunya.

Sesampainya di sekolah, Aleta bersaliman. Lalu melambaikan tangannya begitu mobil Taeyong melaju pergi.

"Aleta!!" teriak seorang gadis dari arah belakang. Spontan membuat atensi Aleta melirik ke arah gadis yang tengah berlari menuju Aleta.

"Gila. Gue rindu banget sama lo" Gadis itu mengatur nafasnya karena sehabis berlari. Memeluk Aleta yang sedang menunjukkan wajah penuh kebingungan.

"Rin, lo sehatkan? Kita gak ketemuan baru sehari loh" tutur Aleta sembari menaikkan satu alisnya.

"Ya pokoknya gitu deh" Karina menyengir.

"Ga jelas" balas Aleta tertawa. Keduanya kemudian berjalan memasuki sekolah karena bel sudah berbunyi. Menandakan bahwa upacara bendera sebentar lagi akan dimulai.

Setengah jam upacara dimulai, keringat sudah membasahi pelipis gadis itu. Demamnya kembali kambuh, padahal tadi pagi lemah tubuhnya masih bisa diatasi. Tapi mungkin karena terkena sinar matahari membuat kepalanya menjadi pusing.

"Leta, lo gapapa? Muka lo pucat gini" bisik Karina. Wajahnya tampak begitu jelas dengan kekhawatiran.

"Gue anterin lo ke UKS deh kalo gitu" gumam Karina. Bersiap-siap ingin mengantar Aleta berisitirahat di UKS. Tak menyadari, bahwa satu pandangan sekarang melihat ke arahnya.

♧♧♧

"Gimana? Udah mendingan belum?" Karina menyodorkan segelas air putih kepada Aleta yang sedang berbaring di ranjang UKS. Upacara sudah selesai sejak sepuluh menit yang lalu, namun Karina tetap setia menemani gadis itu hingga sekarang.

"Lumayan. Tapi kayaknya gue butuh tidur sebentar karena habis minum obat. Lo masuk aja duluan, kasian nanti lo ketinggalan mata pelajaran"

"Ga bisa. Nanti lo sendirian disini" ucap Karina, menolak permintaan dari Aleta mentah-mentah.

"Gapapa, Rin. Lagiankan di sini gue juga mau tidur. Begitu bangun nanti gue langsung ke kelas kok"

Karina terdiam sebentar. Berdebat dengan Aleta hanya akan membuang-buang waktu, pikirnya. Secara Karina memang tidak pernah menang jika berdebat dengan gadis keras kepala ini.

"Ya udah deh. Istirahat nanti gue kesini, bawain makan siang buat lo" kata Karina. Kemudian memulai langkah pertamanya meninggalkan Aleta sendirian di ruang UKS.

Beberapa menit kepergian Karina. Sesosok lelaki masuk dengan langkah pelan.

"Kamu sakit?" tanya seseorang itu, sembari melangkah dekat duduk di kursi sebelah ranjang.

"Menurut Bapak?" jawab Aleta, ketus.

"Wajah kamu pucat"

"Bapak gak usah khawatir kok, Pak. Pucat saya bukan karena saya hamil, tapi karena saya lagi demam" Aleta kembali bertutur kata. Sama sekali tak memandang ke arah Jaehyun yang kini menatapnya dengan tatapan khawatir.

"Tapi apa salahnya kalau kamu coba dulu"

Kening Aleta berkerut, "Maksud Bapak?"

"Testpack"

deg!

Tubuh Aleta membeku begitu mendengar satu kata yang diucapkan Jaehyun.

"Gak mungkin, Pak. Saya bisa pastikan kalau saya cuma flu biasa karena berenang tadi malam" Aleta menyanggah. Mencoba menenangkan jantungnya yang berdetak kencang.

"Ya udah kalo cuma karena flu, saya pamit dulu. Udah waktunya saya mengajar. Kamu istirahat yang cukup" katanya, lalu berjalan keluar hingga tubuh lelaki itu tak lagi terlihat oleh pandangan.

Ah sial! Apa dia benar-benar harus membeli testpack sepulang sekolah?

tbc.

21/02/2021
©imyourprincesssss

WALI KELASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang