30 | dari shena, untuk jaehyun

3K 390 68
                                    

2000+ words, agak panjangdibanding chapter sebelum-sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2000+ words, agak panjang
dibanding chapter sebelum-sebelumnya.

vote nya jangan lupa dan
hayu spam komen

♧♧♧

TW // mention of death, blood, and self harm.

ramainya suasana pelataran belakang rumah orang tua aleta bukan semata-mata tanpa alasan. pesta perpindahan sungchan menjadi alasan mengapa perkumpulan kali ini terjadi. dan ini sudah direncanakan dari hari-hari sebelumnya.

di sana, sudah ada ayah aleta yang sedang berbincang di meja, diikuti oleh papa jayden yang turut hadir malam ini. pun pula para anak muda beserta ibunya aleta yang telah membagi tugas untuk menyiapkan makanan di pesta ini.

entah sudah berapa lama waktu yang ditentukan, kehadiran lina dan shena juga masih belum terlihat. aleta sebelumnya tak pernah memperkirakan akan seperti apa pertemuan pertama mereka setelah sekian lama tak jumpa. canggungkah? atau seperti biasa-biasa saja?

hingga beberapa saat, suasana ramai teredam ketika sosok yang telah ditunggu-tunggu tiba. lina menjadi orang pertama yang bergerak mendekat, disusul shena kemudian. mengucapkan kalimat maaf karena datang terlambat lalu menyerahkan paper bag sebagai dalih oleh-oleh kepulangannya ke luar negeri.

sejenak, canggung meliputi atmosfer di sini. barulah ketika lina dengan spontan menawarkan jasa bantuannya, mereka bubar pada posisi awal. lina sengaja memberi ruang pada aleta dan juga shena, yang kemungkinan memang membutuhkan waktu untuk berduaan.

aleta membasahi kerongkongannya yang terasa kering, mengangkat tangannya untuk sekedar menyapa lalu sedikit tersenyum pada shena yang juga sama canggungnya. "apa kabar, kak?" aleta mencoba memberanikan diri.

yang disapa menjawab dengan senyum tipis. "baik. kamu?"

"baik juga, kak"

berduaan dengan suasana canggung seperti ini tak pernah mereka rasakan sebelumnya. namun malam ini, keduanya seolah enggan membuka suara lebih banyak. keduanya sama-sama bungkam, seperti dua orang asing yang baru saja kenal.

"aku lagi motong-motong nih. kakak mau ikut bantu gak?" dari tahap ini saja, aleta mencoba untuk kembali akrab dengan sepupunya.

shena mengangguk mengiyakan. "boleh deh." lalu keduanya melenggang menuju salah satu meja yang sudah terdapat banyak bahan makanan.

"aleta" shena memanggil, membuat aleta yang sebelumnya hanya fokus pada alat pemotongan, memalingkan wajahnya barang sebentar.

"ya?"

"kamu bahagia gak?" kata shena, tiba-tiba. lolos membuat pergerakan tangan aleta berhenti di tengah jalan. memperhatikan wajah kakak sepupunya dengan wajah penuh tanda tanya.

WALI KELASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang