"Cy, gue kebelet," ucap Caroline pelan, nyaris berbisik pada Lucy.
"Lo aneh-aneh aja, ah, Ro, udah tau yang lagi ngajar pak Bisma," balas Lucy dengan bibir yang dicebikkan.
"Emang kenapa, sih? Kalo kebelet gimana? Egois banget kalo gak di bolehin!" protes Caroline.
"Jangan nyaring-nyaring napa, tuh, guru denger mampus kita!"
Caroline menghela napas panjang. Pelajaran pertama hari ini adalah matematika wajib, yang tentu pak Bisma si guru ter-killer seantero SMA Cogan-lah yang mengajar.
Untungnya guru tersebut sedang sibuk berkutat dengan soal-soal yang akan dijadikan pr bagi murid IPA 1 nanti. Jika tidak, Caroline dan Lucy sekarang pasti sudah mendapat masalah gara-gara terlalu ribut.
"Tapi Cy, gue bener-bener gak bisa nahan. Kebelet parah!" Lucy berdecak pelan. "Lo, mah, gue gak berani mau izin," balas gadis itu yang tangannya tiba-tiba dingin.
"Gosh, tangan lo kenapa sampe dingin gini?" Caroline nyaris tertawa, untungnya gadis itu dapat menahan tawanya.
"Quiet!"
"Temenin gue, ya, Cy, gue takut ketemu si aki-aki!!" rengek Caroline pelan.
Kemarin, ketika Caroline ke perpustakaan seorang diri, di pertengahan jalan dia bertemu aki Tono. Dari gombalan tingkat pasar sampai gombalan tingkat garing disuguhkan pada Caroline oleh pria itu. Kesal, sih, banget, cuma dia tidak tega mau membentak aki-aki. Sudah tua, maklumin saja, lah.
Untung kemarin ada Felix yang tidak sengaja lewat di depan perpustakaan, Caroline jadi bisa mengikuti laki-laki itu dan bebas dari gombalan receh aki Tono.
Mulai dari situ, untuk pertama kalinya, Caroline yang dikenal sebagai gadis cuek yang galak dan kemana-mana selalu sendiri, tidak mau lagi sendirian ketika keluar kelas.
"Ya, udah, deh, lo tapi yang ijin. Duluan sana, gue nyusul," kata Lucy sambil tercengir.
Berdecak pelan, Caroline akhirnya mengangguk. Dengan memantapkan hati, gadis berambut sepunggung itu melangkahkan kaki menuju meja guru. Disusul Lucy yang sudah komat-kamit merapalkan doa dalam hati.
Seisi kelas sontak memerhatikan ke depan saat kedua gadis itu maju menghampiri pak Bisma. Berbagai tatapan ditujukan pada keduanya. Mulai dari bingung, bertanya-tanya, cemas, khawatir, gelisah, dan takut kenapa-napa.
"Moga aja Odel ayang gue gak kena marah," ucap Aaron pelan.
"Moga si beb Caro juga gapapa," sahut Felix yang tak sengaja mendengar ucapan Aaron.
"Nyambung aja lo!"
"Excuse me, Sir." Caroline membungkuk kecil dengan ramah. "Saya izin ke toilet sebentar. Berhubung Bapak masih sibuk, materi belum dilanjutkan, saya mengajak Lucy biar ada teman," ucapnya sopan.
"Diizinkan. Sepuluh menit tidak kembali, dapat tugas tambahan dari saya," balas pak Bisma yang kemudian tak ambil pusing pada keduanya.
"Baik, terimakasih, Pak," balas Caroline kembali membungkuk sedikit, kemudian menarik lengan Lucy untuk berlari pelan keluar kelas.
"Kenapa pake lari-lari, sih? Ntar dikira boongan stupid!"
"Gapapa, biar makin panas pak Bisma," kata Caroline sambil tertawa pelan.
"Panas gimana?"
"Pak Bisma tadi gak mau kasih izin, keliatan banget dari mukanya yang bete pas gue minta izin tadi. Cuma karena gak ada alasan buat nahan kita, jadi gitu, deh." Caroline mengedikkan bahunya tak acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA Cogan
Teen FictionIni kisah tentang seorang gadis yang hidupnya dikelilingi para cogan berbeda sifat. Sayangnya, ini bukan cerita gadis polos incaran para cogan. Bukan juga cerita cewek lugu yang terjebak diantara cogan-cogan. Caroline bukan seperti itu. Dia, beda da...