kindly vote and comment, my dear readers💙💙
***
Caroline menghela napas pelan. Kembali ditatap sebingkai foto yang kini dipegangnya erat. Laki-laki yang terlihat dua tahun lebih tua darinya dalam foto tersebut merupakan sosok yang menemani Caroline dengan setia ketika kecil. Seseorang yang dihadirkan Tuhan sebagai salah satu cara agar ia tetap tersenyum, juga sebagai penyemangat di tengah banyaknya kegiatan.
Nama belakang yang terpandang, jelas membuat Caroline harus bisa menjadi penerus keluarga yang tidak hanya pandai di akademik, tapi juga pandai dalam hal bela diri.
Gadis itu kembali meletakkan foto tersebut, menatanya rapi, sebelum akhirnya keluar untuk makan malam.
Tenang, aku gak pernah lupa sama kamu. Besok-besok, jangan jatuh-jatuh kayak tadi, ya, bang Rafa.
Salah Caroline juga, sih, meletakkan foto berharga di pinggir meja.
*****
"BEB CAROOOO~"
Teriakan Felix menggema. Caroline dengan malas menoleh ketika dirasa ada yang merangkul bahunya.
"Apa?"
"Udah sarapan?"
"Udah."
Felix diam beberapa saat, sedang memikirkan cara agar si crush-nya ini mau nemenin dia sarapan.
"Temenin, ya? Aku belum sarapan." Laki-laki itu pada akhirnya berucap to the point saja.
Caroline memgernyit, kemudian menoleh pada Felix. "Aku?"
"Iya. Kamu temenin aku makan."
Caroline menggeleng kuat. Bukan, bukan itu yang dia maksud. "Lain itu maksud gue. Pake lo-gue kaya biasa." Felix tersenyum menyebalkan dibalik masker hitamnya. "Oh, kaya biasa? Sayang, sih, yang biasanya."
"What a silly!" Caroline memutar matanya malas. "But, up to you. I don't care."
Felix menoleh cepat ke arah Caroline. Menyadari kesalahannya, gadis itu menyela Felix yang ingin bicara.
"Gak. Jangan manggil gue sayang. Lagian jauh-jauh lo, ngapain ngerangkul gue segala?" Caroline melepas rangkulan Felix kemudian melangkah cepat mendului laki-laki itu.
"YAH, BEB CAROOO, TEMENIN BANG FELIX MAKANNN!!" teriaknya yang berhasil membuat wajah Caroline merah padam. Malu banget punya temen kayak Felix, serius. Malu-maluin banget, bye!
Felix berlari mengejar Caroline, satu tangannya terangkat naik menggapai bahu Caroline, ia menahannya membuat langkah gadis itu terhenti paksa.
"Apa, sih, Lix?!" tanya Caroline kesal sembari berbalik badan menghadap Felix. Tangannya menyilang di depan dada, sementara ekspresinya sangat tidak bersahabat.
"Temenin gue ke kantin, ya, beb Caro? Gue laper bangettt," ucapnya lesu. "Belum sarapan, nih!" Kali ini Felix menampilkan ekspresi ingin menangis.
"Malas banget. Lo bisa ke kantin sendiri, ya, Lix! Jangan manja."
"Gue gak makan, deh, kalo gitu. Ntar gue salahin lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA Cogan
Teen FictionIni kisah tentang seorang gadis yang hidupnya dikelilingi para cogan berbeda sifat. Sayangnya, ini bukan cerita gadis polos incaran para cogan. Bukan juga cerita cewek lugu yang terjebak diantara cogan-cogan. Caroline bukan seperti itu. Dia, beda da...